26: Dilema

28 11 0
                                    


RISA menutup kembali telepon genggamnya cepat. Dimasukkannya ke dalam tas agar tak mengganggunya selama di sekolah. Dia belum sempat membaca pesan terakhir yang masuk. Namun kalau dia membacanya, pasti dorongan untuk membalas akan muncul dan membuatnya tak mematuhi komitmennya untuk belajar lebih baik di semester 2.

Dari rapor yang dibagikan, diketahui bahwa Risa mendapat peringkat 15 di kelas. Di tengah-tengah. Rata-rata nilainya pun turun dibanding ketika dia SMP. Orangtuanya menganggap, mungkin Risa belum terbiasa dengan sekolah di Indonesia sehingga tidak mempersoalkannya berlarut-larut. Namun Risa tetap saja kaget. Dia merasa terlalu santai dan teralih. Oleh karena itu dia sangat bersyukur ketika Rama bilang dia akan pergi liburan dengan keluarga ke Bali. Risa jadi ada waktu melahap buku-buku paket terbarunya untuk semester dua selama liburan.

Ini hari pertama masuk setelah libur sekolah. Semua terlihat bersemangat. Hana bahkan masuk dengan senandung riang sambil membagikan roti ke semua anak di kelas. "Hari ini, gue ulang tahun," bisiknya pada Risa. Oh iya... hampir saja lupa.

"Happy birthday, Haaan... Semoga sehat dan bahagia selalu!" seru Risa seraya merentangkan tangan untuk memeluk Hana. "Semoga segera punya pacar juga," lanjutnya pelan.

"Sudah kok hihihihi," kikiknya.

Risa mengerutkan kening. Buru-buru dia melerai pelukannya.

"Baru semalam sih," tambah Hana lagi. Oh pantes belum cerita-cerita... Tapi sama siapa? Dia kan sukanya sama Caro...

"Eeiits!!!" Hana menangkap tangan Ken yang baru saja datang dan berjalan melewati mereka. "Kamu udah ambil roti belum?"

Ken mengangkat roti dari tangan satunya. Bibirnya mengulas senyum tipis. Dia kembali melanjutkan langkahnya ke tempat duduknya seiring Hana melepaskan genggamannya. Sementara itu, mata Risa membelalak dan bibirnya mulai bergerak, "Kok bisa?"

Hana hanya menggoyangkan kepala dan memutar bola mata. Dia mendorong Risa agar duduk di kursi. Suasana kelas kembali menghening karena wali kelas mereka sudah masuk ke dalam ruangan.

Sesuatu pasti terjadi saat LDKS. Rama dan Hana tidak menceritakan apa pun setelah hari itu. Risa juga tidak terlalu penasaran dengan acara tersebut sehingga dia tidak bertanya. Baik Rama maupun Hana sama-sama tidak bisa dihubungi selama acara. Ketika pulang pun, Rama masih belum menjawab pesannya. Dia baru menjawab keesokan hari setelah beristirahat cukup. Namun ya obrolan biasa... Mereka sempat pergi nonton film, itu pun tidak ada bahasan tentang LDKS. Jadi asumsi Risa, acara itu berjalan lancar dan tidak terlalu spesial.

Selama pelajaran, Hana bolak-balik menengok ke belakang. Bertukar pandang dengan Ken. Biasanya cowok itu bertampang serius dan tegang selama jam pelajaran, tapi kali ini dia lebih santai dan ramah.

Loh Caro nggak masuk? Risa baru menyadari ketidakhadiran Caro setelah memperhatikan interaksi teman sebangkunya dengan Ken. Kursi di samping Ken kosong. Aneh... Kalau diingat-ingat, dia juga sudah lama tidak berkomunikasi dengan Caro. Risa tidak tahu apakah dia ada di rumah atau tidak. Dia juga tak menghubunginya sama sekali. Pokoknya selama liburan, Risa merasa dunia berputar normal.

Saat jam istirahat, Hana ke kantin bersama Ken. Risa memilih tinggal di kelas dan menghampiri Robin yang terlihat sedang memainkan telepon genggamnya. Tumben dia nggak ngekor Ken.

"Bin, ditinggal juga lo sama pasangan baru? He... he...," sapa Risa setengah meledek.

Robin mengangkat kepalanya sebentar sebelum kembali ke layar telepon genggamnya. Dia menghela napas panjang. "Biarinlah..."

Ada yang nggak beres nih. "Lo lagi berantem sama Ken? Gara-gara Hana?"

"Gara-gara Caro si dodol."

O! Caro MioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang