Tak terasa waktu berlalu begitu cepat setelah kepindahan Grace tepatnya satu bulan yang lalu Vannesa kini merasa sepi, dia sudah mencoba mencari teman lagi(?) Untuk kesekian kalinya namun ia benar benar merasa tidak cocok akhirnya ia memutuskan untuk tak berinteraksi lagi hanya jika memang dibutuhkan dia akan melakukannya, sisi introvertnya terkadang membuatnya sedikit terbebani namun di satu sisi dia juga menyukainya
Hari ini seperti biasa dia pergi berjalan jalan untuk menghilangkan suntuk, kedua orang tuanya juga sedang pergi keluar kota. Akhir akhir ini Vannesa merasa dirinya sedikit aneh, ia selalu merasa di awasi kapanpun dan dimanapun ia berapa sampai sampai saat dia berada di toilet rasa itu masih ada dan dia sedikit risih sekaligus gelisah takut takut jika dia sedang diuntit namun segera ia enyahkan pikiran itu dan berusaha bersikap biasa saja. Kaki itu terus berjalan menyusuri sebuah trotoar sambil menikmati aktifitas beberapa orang disana, melihat beberapa interaksi yang dilakukan orang orang itu sedikit menghibur hatinya sampai saat dia sampai di tempat penyebrangan dis melihat anak kecil yang tiba tiba menerobos dan lari ke tengah jalan
Vannesa melihat ada sebuah mobil yang melaju kencang dari arah kanan dan entah keberanian dari mana dia berlari menuju anak kecil itu dan melindunginya, ia menutup kedua matanya sambil memeluk anak kecil itu jantungnya sudah berdetak tak karuan dan bersiap siap untuk merasakan rasa sakit akibat tabrakan namun sekitar dua menit ia tak merasakan apa apa secara perlahan ia membuka matanya dan hal yang tak masuk akal menyerang penglihatannya, benar benar hal yang diluar nalar manusia orang orang yang berada di sekitarnya mendadak berhenti seolah olah menjadi seonggok patung yang di pahat sedemikian rupa bahkan ia melihat air yang akan tumpah pun berhenti di ambang ambang seolah menjadi beku anak yang ia peluk pun sama
Melepas dari keterkejutannya Vannesa segera menggendong anak itu dan berlari ke tepi jalan, setelah ia sampai mereka semua kembali normal bergerak layaknya manusia manusia biasa, orang orang itu juga kebingungan namun segera sadar dan mengerumuni Vannesa menanyakan apakah dia baik baik saja sekaligus berterima kasih, ia hanya menimpali seadanya dan mengangguk sambil tersenyum denhan masih memikirkan kejadian yang barusan ia alami
"Apa itu tadi? Apakah sekarang aku sudah gila sehingga mengalami halusinasi?" Gumamnya sedikit takut dan masih tidak percaya, dia terus berjalan tak tentu arah kedua kakinya membawa ia kesebuah taman dengan pohon beringin besar sebagai pusatnya, Vannesa mencari spot ternyaman dan duduk disana. Sambil menghela nafas ia bersandar di pohon itu, angin berhembus perlahan seakan paham dan berusaha menghiburnya
"Apakah tadi itu nyata? Kurasa aku harus pergi ke psikiater nanti. Benar kata Grace aku harus menyingkirkan ego ku dan mencari teman agar aku tak merasa sepi seperti ini" Batinnya saat sibuk melamun tiba tiba ada seseorang yang duduk disampingnya
"Boleh aku duduk disini?" Ucap laki laki itu sambil tersenyum, Vannesa yang sedari tadi melamun pun terkejut dan menjawab seadanya
"A-ah silahkan silahkan" Balasnya sedikit terbata, baru saja dia berfikir tentang mencari teman eh ternyata ada manusia yang menghampirinya apakah ia jadikan teman saja? Pikir Vannesa yang mulai melantur
"Terimakasih, omong omong kamu sendirian disini?" Tanya laki laki itu mulai membuka percakapan
"Yah seperti yang terlihat, hanya ingin menikmati waktu dengan diri sendiri" Timpal Vannesa membalas laki laki itu, akhirnya keduanya mulai berbincang dan entah kenapa Vannesa merasa nyaman nyaman saja seakan laki laki itu seperti mengerti dan tau semuanya, ia juga baru mengetahui bahwa umur mereka hanya terpaut tiga tahun saja jadi itu mungkin salah satu faktor karena laki laki itu juga lebih dewasa
"Sudah sore aku pulang dulu, sampai bertemu lagi Van" Ucap Nara nama dari laki laki tampan itu, jujur Vannesa akui Nara itu benar benar tampan jika dia berada disekolah sudah pasti menjadi incaran banyak wanita
KAMU SEDANG MEMBACA
Elemental Academy
Fantasía[Complete✔] [PROSES PENERBITAN] Menjadi seseorang yang begitu spesial bukanlah sesuatu yang mudah apalagi itu bukanlah murni keinginnya, ia tidak tau apakah itu sebuah hadiah atau sebuah kutukan yang patut dibanggakan. Vannesa Diamond ia sebenarnya...