Hola!!
Selamat membaca sayang-sayangku semua!!
Luph!!
Jika bisa jangan tampakkan senyummu, karena itu bisa saja membuatku terbunuh kapan saja
.
.
.
"Tunggu" teriak seorang lelaki dewasa menghentikan langkah Gaby dikoridor, Gaby menoleh untuk sekedar memastikan apa benar jika ada orang yang memanggilnya barusan.Gaby berpaling menghadap lelaki dewasa itu lalu mengernyitkan dahinya, pasalnya lelaki itu adalah lelaki yang selalu mengalahkannya diperlombaan. Apa yang dia lakukan? Pikir Gaby
"Dylan? Ada apa manggil gue?" tanya Gaby dengan bingung
Dylan menghela nafasnya sebelum berbicara, sedari tadi dikelas saat pelajaran seni musik, ia tidak fokus lantaran selalu memikirkan gadis yang bersama dengan Gaby dikantin waktu istrahat tadi. Sebelumnya Dylan tidak pernah begitu, bahkan memikirkan seorang gadis pun ia enggan tapi, berbeda dengan gadis itu, entah apa yang sudah mempengaruhi dirinya sampai ingin mencari tahu siapa gadis itu.
"sebenarnya tujuan gue hanya ingin nanya aja sama lo, siapa gadis yang sama lo dikantin tadi?" tanyanya langsung tanpa basa-basi, itulah Dylan Bernado Smann, lelaki yang memiliki tampang yang rupawan. Enggan untuk basa-basi, menurutnya to the point lebih baik dari pada terbelit-belit.
Gaby menaikan alisnya "Siapa yang lo maksud?"
"Gadis yang tadi sama lo" ulang Dylan lagi
Gaby tampak menerawang, kemudian ia menjentikkan jarinya "Oh, gue tahu, apa yang lo maksud itu adalah Bella?"
Kening Dylan berkerut "Bella?"
Gaby mengangguk "Ya, dia namanya Bella, memangnya kenapa Dylan? Apa..jangan-jangan..lo suka lagi sama sahabat gue?"
Dylan nampak terkejut, dengan menghilangkan keterkejutannya ia malah menggaruk tengkuknya yang tak gatal "ng..nggak, gue kan cuma mau tau aja"
Gaby memincingkan matanya "Bener?" Dylan mengangguk
"Oke, gue masih nggak percaya, mana mungkin lo nanya sama gue cuma mau tau namanya doang? Ini pasti ada sesuatu yang lo sembunyikan, jawab apa yang nggak gue tau?" gesak Gaby sambil bersidekap dan menaik-naikkan alisnya
Dylan menghela nafasnya pasrah, dia tidak bisa membohongi ataupun memanipulasi Gaby, dia dan Gaby sudah lama akrab dan berteman dengan baik, meskipun jika bertemu diperlombaan setelahnya disekolah ia tidak pernah mengobrol, bisa dibilang jika kali ini adalah pertama kalinya mereka mengobrol disekolah.
"Dia menarik perhatian gue Gaby, gue nggak tau itu kenapa?" Ucap Dylan
Gaby tersenyum "kenapa lo nggak tau? Harusnya lo menyadarinya"
"Menyadari apa?" tanya Dylan bingung
Gaby lantas berdecak, orang ini selalu saja membuatnya kesal "itu tandanya lo menyukainya dan bisa jadi lo lagi jatuh cinta"
Dylan menggeleng "nggak mungkin, gue aja baru tau namanya, dan selama ini gue nggak pernah ngeliat dia disekolah. Dan dikantin tadi, itu pertama kalinya gue melihatnya"
"Bella memang jarang terlihat, karena ia nggak suka menjadi pusat perhatian, bella lebih suka keheningan dibanding keramaian, itu bisa membuatnya nggak nyaman, selama ini ia sering menghabiskan waktunya diperpustakaan dengan menyendiri" jelas Gaby panjang lebar pada Dylan
Sekarang satu fakta yang Dylan ketahui mengenai Bella, yaitu gadis itu tidak menyukai keramaian dan menjadi pusat perhatian. Sejak kehidupannya berubah drastis dan setelah ia mengetahui fakta sebenarnya yang selama ini keluarganya sembunyikan akhirnya terungkap. Keluarganya membencinya dan tidak menginginkannya, meskipun dia adalah anak kandung tapi mereka menganggap Bella hanyalah anak pungut.
Bella hancur saat mengetahui kenyataannya, bagaimana bisa mereka seenaknya membuang anak kandung mereka sendiri? Mereka mengatakan bahwa Bella hanya anak pembawa sial dan pengacau dalam keluarga mereka, selama ini hanya satu yang peduli dan perhatian padanya, kakaknya, Daniel.
"Agak susah mengajaknya kekantin, apalagi jika mereka menatap Bella seakan-akan Bella adalah manusia paling menjijikan" Gaby memahami keadaan Bella sekarang, gaby lebih tahu kehidupan bella karena dia bersahabat tidak hanya satu hari tapi sudah bertahun-tahun lamanya, bahkan orang tua mereka bersahabat dengan baik.
"Gaby, maaf menunggu la..ma" Bella menatap Gaby dan Dylan secara bersamaan, pasalnya Bella tidak mengenal lelaki dewasa itu dan bertemu sebelumnya.
"Bella, lo udah selesai?" tanya Gaby bermaksud mengalihkan perhatian Bella yang sedari tadi bingung mengamati Dylan.
Bella mengangguk "ya gue kebetulan udah selesai, gue kira lo pulang lebih dulu tadi"
Gaby menggeleng "Oh ya, kenalkan dia Dylan, lelaki yang ngalahin gue diperlombaan itu, ayo bukannya lo ingin memarahinya karena udah lancang mengalahkan sahabat lo ini"
Bella membelalakan matanya karena ucapan Gaby barusan, iapun langsung mencubit lengannya Gaby membuat pemiliknya mengaduh kesakitan. Dylan sendiri terkekeh melihat tingkah Bella dan Gaby yang sebenarnya ia tidak mengerti.
"Bella ini sakit" rengeknya dengan mengerucutkan bibirnya
Bella menatap kesal "Siapa yang nyuruh lo bicara kayak gitu?"
"Bukannya itu lo sendiri yang ngomong waktu itu? Jadi, apa salahnya gue bilang itu sama Dylan jika lo ingin memarahinya karena telah mengalahkan sahabat lo ini" protes Gaby panjang kali lebar kali tinggi dan kali runcing sisi
Ingin sekali Bella menyumpal mulut Gaby yang tidak bisa diam, gadis itu kenapa selalu saja Frontal dan membuatnya kesal. Bella bahkan sudah malu apalagi Dylan menatapnya terus sehingga membuatnya sangat risih. Yang sebelumnya ia tampak acuh jika ada orang yang memperhatikan ataupun menatapnya secara langsung ia tidak pernah perduli tapi berbeda dengan Dylan, Bella merasa tidak nyaman jika ditatap oleh Dylan.
"Jadi, lo ingin marahin gue karena gue udah ngalahin sahabat lo itu?" suara itu membuat Bella memejamkan matanya sejenak lalu memberanikan diri menatap lelaki itu, Bella pun hanya memasang senyum kikuk.
Dylan tersenyum dengan tulus membuat Bella yang melihatnya langsung cegukan, Gaby panik ketika melihat Bella cegukan, begitupun dengan Dylan. Ia sampai bingung, kenapa saat Bella melihat dirinya ia malah cegukan, ini bahkan tidak masuk diakal.
Gaby menggoyang-goyangkan bahunya Bella "Bella, lo kenapa? Bella lo baik-baik ajakan?" tanya Gaby sangat panik, ia juga tidak bisa berpikir harus melakukan apa untuk mengembalikan Bella.
Beberapa detik cegukan Bella berhenti, Gaby dan Dylan pun menghela nafas lega. Bella mengelus dadanya karena merasakan sesak. Sudah satu minggu ia mengalami kejadian sesak pada dadanya setiap bangun tidur.
"Kenapa lo tiba-tiba cegukan Bella?" Tanya Gaby dengan kesal dan juga ada nada kecemasan disana
"Karena senyumannya" Balas Bella polos dan sekenanya yang sedari tadi ada dibenaknya.
Dylan terkekeh mendengarnya, gadis itu membuatnya sangat gemas ingin mencubit kedua pipinya itu "Kalau begitu gue pergi dulu, sampai bertemu kembali Bee"
Pamitnya dengan mundur perlahan dan Bella masih mengamatinya, tanpa diduga cegukan yang sebelumnya sudah reda kini timbul lagi karena lelaki itu mengedipkan sebelah matanya sambil tertawa dan berlari meninggalkannya. Astaga, lelaki itu benar-benar ingin membunuh Bella.
***
🎶🎶🎶
Sufian Suhaimi - Di matamu
🎶🎶🎶
Salam,
Istrinya Song Yoon Hyung
KAMU SEDANG MEMBACA
The Happier With Him
RomanceMerasa diasingkan, diabaikan dan tidak dianggap ada oleh orangtuanya. Itulah yang dirasakan oleh seorang gadis berusia (17thn), Bella Anthonia Chaves, gadis yang kini tengah bersekolah dengan mengambil jurusan dalam bidang seni itu mempunyai kisah y...