Adzan subuh berkumandang lima menit yang lalu. Ikhomah terdengar. Umat muslim mulai melaksanakan shalatnya. Shalat dengan khusu, menghadap kiblat. Berkomunikasi dengan Allah melalui cara itu. Berdo'a meminta ampun atas segala dosa-dosanya dan mengucap syukur atas semua kenikmatan yang berlimpah atas apa yang diberikan Allah pada mereka.
Sama halnya dengan Ziya, gadis itu usai melaksanakan kewajibannya dengan ibunya, ia memilih untuk merapihkan tempat tidurnya yang sudah tak berbentuk--bantal di lantai dan juga selimut yang acak-acakkan--karena tidurnya yang tidak bisa diam.
Setelah merapihkan tempat tidurnya, ia menuju lantai bawah. Melangkahkan kakinya ke dapur yang sudah tercium bau masakan masuk ke hidungnya. Ia tersenyum lebar melihat ibunya yang sedang mengaduk isi panci.
"Masak apa, Bu?"
Ulfa, ibunya itu menoleh saat suara anaknya itu terdengar. "Sayur sop. Kamu kok tiba-tiba ada di situ?"
"Ya, emang aku ada di sini," sahut Ziya.
Ibunya bingung dengan jawaban anak gadisnya. Tapi, kemudian mengangguk. "Iya juga ya."
"Sini bantuin ibu," titah Ulfa pada Ziya.
Gadis itu mendekati ibunya dan bertanya, "Bantuin yang mana? Aku gak mau kalo goreng-goreng mah. Takut, ibu."
Belum disuruh saja sudah mengeluh dan menawar.
"Siapa yang nyuruh kamu buat goreng, sih? Itu lho, Ji, irisin bawang sama cabe dipotongin," jelas Ulfa.
Ziya langsung membulatkan bibirnya. Lalu mulai mengiris bawang yang sudah dikupas. Sebenarnya ia tak bisa masak, tapi kalau sekadar mengiris dan memotong mah sudah handal--meskipun belum handal sekali sih.
Alasan kenapa ia tak mau jika disuruh menggoreng adalah karena ketika suatu hari saat ia menggoreng ikan, dan ia membalik ikan itu, minyaknya malah bertaburan--alias nyiprat-nyiprat dan mengenai tangannya sampai melepuh. Dan hasilnya, hingga sekarang ia jadi trauma untuk melakukan hal itu lagi.
Hari ini, adalah hari ia libur sekolah semester ganjil--akhir tahun. Di mana yang liburnya hanya dua minggu, dan akan berangkat ke sekolah kembali saat tahun sudah berganti--tahun baru. Biasanya, Ziya akan meminta keluarganya untuk berlibur. Ya, istilahnya sih menyegarkan otak.
"Oh iya, abis sarapan pagi, ayah sama ibu mau ngomong sesuatu sama kamu. Penting. Dan semoga kamu paham," ucap Ulfa tiba-tiba teringat pembicaraannya tadi malam dengan Fadil--suaminya yang tak lain adalah ayah Ziya.
Ziya mengambil cabai setelah selesai mengiris bawang, ia menoleh sebentar pada ibunya yang tengah mematikan kompor. "Apasih, Bu? Kok nakutin gitu," katanya.
Ibunya berbalik badan menghadapnya yang masih terus memotong cabai. "Enggak kok. Gak akan nakutin sama sekali."
Ziya hanya diam saja. Menerka-nerka apa yang akan dibicarakan oleh kedua orang tuanya itu padanya.
•~•
"Dedek Aiz?"
Panggilan itu dari seorang kakak yang sedang mencari keberadaan adiknya. Zikri. Lelaki itu sedang bermain petak umpet dengan Aiza, adik kecilnya. Sambil menunggu sarapan yang dibuat oleh bundanya matang, ia mengajak Aiza untuk bermain. Dan langsung disambut senang oleh adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You (END)
Romance#3 in Spiritual 29-06-20 (CERITA SUDAH PINDAH KE DREAME) Setiap manusia diciptakan dengan jatah umur, rezeki, dan jodoh yang telah ditentukan oleh Allah untuk mereka. Lantas, jika salah satu dari ketiga hal tersebut datang dengan tiba-tiba bagaimana...