Happy Reading🤗
***
Saat ini aku sedang berjalan-jalan bolak-balik sambil membaca buku tebal yang sedari tadi ikut berbolak-balik menuruti arahan tanganku.'Duuh mana sih, susah amat dah' gerutuku mencari jawaban dari soal-soal yg di berikan ibu Lola guru matematika.
Aku ingin mengambil satu buku di paling atas rak buku itu, tiba-tiba ada tangan kekar yang mengambil buku tersebut, dan membuat ku kesal, karena buku itu isinya rumus matematika. Siapa tau ada jawaban dari soal yang diberikan bu Lola.
"Heh itu buku gue duluan yang mau ambil, sini balikin" ucapku ketus. Namun laki-laki tersebut hanya diam saja seperti tidak mendengar apa-apa seraya membuka lembaran-lembaran dari buku itu.
"Hey... lu tuli apa budeg seh?, gue butuh sama itu bukunyaaa" emosi ku memuncak karena enggak ada jawaban dari orang songong ini.
"Hmm..... lu mau pinjam buku ini?" Tanya lelaki itu yang akhirnya buka suara sambil menyodorkan buku yang tadi telah ia ambil. "Oh iya kenalin nama gue....Andi, siswa baru di kls XI IPS 1" ucap nya lagi sambil mengulurkan tangannya dan tersenyum.
Aku kaget dengan perilakunya namun sebagai anak yang baik aku pun membalas uluran tangan Andi dan mengenalkan diriku balik "gue Aila, anak kls XI IPA 2" jawabku dan langsung menyambar buku yang ada di tangannya.
Kriiinngggg........ suara bel berbunyi tanda waktu istirahat telah usai.
"Aila, oke gue ingetin nama itu...gue duluan ya udah bell" Ucap Andi dengan senyum manis di wajahnya.
"Iyaaa..." jawabku membalas senyuman Andi lalu langsung sibuk dengan tugas yang di berikan Bu Lola. Aku memang sedang di hukum, karena tadi pagi aku lupa mengerjakan PR yang di berikan oleh Bu Lola kemarin karena terlalu asik membaca novel yang ku pinjam di perpustakaan kemarin.
"Aneh...perasaan tadi dia songong banget , sekarang malah senyum manis begitu, aneh" batinku bingung dengan perilakunya tadi
***
Aku sedang jalan pulang bersama Sisil, kami bertetangga. Maka dari itu kami selalu bersama jika berangkat dan pulang sekolah.jadi gang masuk kerumahku dan rumahnya itu sangat sempit dan angkot tidak bisa masuk, hanya motor saja yang bisa masuk.
"Aila, masa gue mau pindah rumah" dengan raut wajah sedih seraya menggenggam erat tanganku.
"What!!!, kenapa emangnya?" Aku kaget mendengarnya dan tanpa sadar makanan yang masih ada di mulutku keluar semua dan mengenain wajah Sisil.
"WANJAY SELOW DONG MBA! Kotor muka gue tai". Marahnya. Dan akupun langsung tertawa terbahak-bahak.
"Oke Next ceritanya" ucapku meminta Sisil untuk melanjutkan ceritanya.
Sambil membersihkan wajahnya dengan tisu dia melanjutkan ceritanya.
"Jadi seminggu yang lalu samping rumah gue kosong, karena seluruh keluarga di rumah itu meninggal karena kecelakaan ketika pergi jalan-jalan ke puncak, dan sekarang rumah itu jadi angker, keluarga gue sering di ganggu dengan suara-suara misterius, gue juga pernah denger sesekali ada orang yang nyanyi di rumah itu, jadinya keluarga gue sepakat buat pindah dari rumah yang sekarang gue tempatin, dan gue akan pindah jauh dari rumah lu Ai, tapi gue gak tau di daerah mana". Katanya panjang lebar sambil menunjukkan raut muka sedihnya kembali.
"Yah Sisil, kalau lu pindah siapa yang bisa gue ajak bercanda, ngobrol, curhat, terus siapa juga yang bakal cerewet lagi kalo udh masuk kamar gue, berantakin kasur gue, berantakin baju-baju gue, temenin gue manjat pager kalau telat sekolah". Aku sambil memegang dadaku agar terkesan dramatis. Memang kepindahan Sisil kali ini sangat menohok hatiku soalnya kami itu temenan dari kecil susah senang bareng-bareng. Teganya Sisil meninggalkan aku.
"Jangan lebay Ai, lu bisa kok jalanin tanpa gue hahaha, emangnya lu doang yang rasain kaya gitu, gue juga sama!, nanti siapa yang jadi guru les gue kalo ada PR". Tertawanya, tapi aku tahu itu terpaksa.
"PR mah gampang, lu bisa tanya gue dari Handphone".
"Yaudah deh, insya Allah gue bakalan sering main ke rumah lu, janji!" Kata Sisil sambil mengangkat jarinya menunjuk huruf V
"Okelah kalo begitu, tapi janji nanti kalau lu udah jauh dari gue jangan sombong!".
"Asiap! Kapten" jawabnya sembari melakukan hormat ke arahku
"masa kapten sih, baginda ratu dong hahaha" ucapku asal sambil tertawa untuk mencairkan suasana.
***
Sampai rumah~"Assalamualaikum mamah...." ucapku dengan suara nyaring seperti biasanya.
Tanpa balasan.
Praaang.....suara piring pecah berasal dari dapur
"Mamah...". Teriakku terkejut melihat mamah yang sedang menangis mengenaskan, "mamah kenapa mah? Jawab aku mah". Saking paniknya aku mengedarkan pandangan dan menemukan pria paruh baya yang berada di sudut ruangan dapur. Emosiku langsung saja memuncak.
"Apa yang anda lakukan dengan mamah saya!, apakah anda belum puas menyakiti hati mamah saya, di manakah rasa kasih sayaang anda dulu?" Ucapku sinis dengan nada bicara yang sangat formal. Aku sengaja seperti itu, bukan maksudku untuk tidak sopan tetapi ini sudah keterlaluan, Yap dialah Papahku orang yang telah menghianati Mamah.
Kenapa aku tahu? karena tempat curhat mamah adalah aku! Mamah sangat percaya padaku dan aku tidak mau mengecewakan kepercayaan mamah, dan dengan curhatan mamah aku bisa belajar bahwa hidup di dunia ini harus kuat dan tidak boleh lemah. Dan aku pun berjanji untuk menjaga mamah dari apapun yang akan menyakitinya
"Papah tidak bermaksud me......"ucap papahku terhenti aku sengaja memotong omongannya.
"Bermaksud apa? Membahagiakan atas apa yg papah lakuin selama ini?" Kataku.
Saat sedang ingin berbicara lagi, tiba-tiba mamahku melarangku.
"Aila sayang sudah nak kamu ke kamar aja istirahat ya" ucapnya lembut
"Tapi mah...."
"Masuk kamar! Mamah enggak mau masalah ini terlibat sama kamu lebih jauh" jelas mamaku dan aku langsung masuk ke kamar yang berada di lantai 2. Aku langsung mengambil pulpen, dan buku diary lucu berawarna pink dan bergambar panda. Buku itu selaluku gunakan untuk menumpahkan isi pikiran ku.
"Papah kembalilah seperti dulu yang aku kenal" gumamku sedih
****
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love
Teen FictionIf you know, i really love you!❤ __________________________________ " eh Ai, keknya tuh cowok anak pindahan deh, cara bahasanya medok gitu" kata Mita terkejut " iya juga tuh, tapi bodoamatlah" kataku acuh, sembari menengok ke arah jendela yang pas s...