"Hai Aila sendirian aja..."
~~Rion:
"Lu kaga berhak ikut campur urusan gue. Mulai sekarang lu jangan pernah temui gue!."
Hah apasih panas-panas begini masih ada aja orang yang bertengkar. Gue menjalankan mesin motor pelan-pelan karena lumayan banyak orang sedang berlalu lalang.
Suara itu terdengar familiar di telinga gue. Gue penasaran dan langsung saja melajukan motor ke arah suara itu.
Hmm pantes suaranya familiar ternyata si Aila.
Tapi gue perhatiin kayaknya lagi ada masalah deh antara Aila dan temannya, apa gue samperin aja ya?
Gue penasaran dan gue samperin dia. "Hai Aila sendirian aja?" Sapa gue berusaha untuk ramah.
"Eh hai Rion, tumben lu di sini ngapain?" Tanya nya dan merubah wajahnya seperti biasa saja.
"Pinter juga lu nyembunyiin hati lu yang ambyar Ai haha, gue tau lu bertengkar kan sama Sisil?" Tanya gue. Gue sengaja berkata seperti itu, gue suka frontal orangnya kaga suka basa basi.
Dia diam sejenak dan menghela nafas panjang. "Pasti lu lihat ya yang tadi?, bukan apa-apa kok gue cuma kaga mau sahabat gue terluka. Walau sekarang Sisil jauhin gue, gue yakin pasti nanti malam dia nelfon gue dan minta maaf."
"Bagaimana lu tau?" Tanya gue sembari menautkan alis gue.
"Woi! Gue sahabatnya dari embrio, mana mungkin gue kaga hafal kebiasaannya!" Bentaknya seraya menyedekapkan kedua tangannya kesal.
"Njir ngakak gue haha." Gue tidak bisa menahan tawa. Aila, walau lagi marahpun lu lucu. Eh.
"Udah ya Rion gue mau nyari mamah gue, bye!" Aila pergi meninggalkan gue yang habis tertawa terbahak-bahak.
Melihat belanjaannya yang di bawanya sangat banyak, gue tidak tega melihatnya. Badannya yang kecil itu seakan akan ingin melayang di terpa angin yang lumayan kencang, gue menyusulnya dan menawarkan motor gue untuk di naikinya.
"Gue ke sini bareng mamah gue, kalau gue duluan pulang bareng lu gimana mamah gue. Lucu dah lu!" Oke sabar Rion, ini cewek mungkin sedang PMS niat lu baik jangan dendam please.
Gue tetep tersenyum menghadapinya, lagipula gue tidak ada keperluan lagi. Pesanan mamah sudah gue beliin semua.
Triinngg...
"Halo mah, ada apa?" Tanya Aila yang gue tau telfon itu pasti dari mamahnya.
"Sayang, kamu kemana aja? Mamah cariin tau ga? Jadinya mamah pulang duluan deh. Kantong plastik merah yang kamu bawa ada uang sisa kembalian yang mamah lupa taruh di dompet, kamu pakai uang itu untuk naik taksi oke. Hati-hati sayang"
Tuuut.....
Ya ampun. Gue makin tersenyum lebar mendengar suara dari handphone itu, cewek di depan gue ini menggerutu kesal.
"Tuh denger kan? Sini gue anterin, firasat gue gapernah salah." Sombong gue di depannya. Dan Aila pun tanpa berbicara langsung menaiki motor dengan wajah cemberutnya itu.
"Udeh cepetan jalan gue pusing liat keramaian." Omelnya, dan gue pun melesat meninggalkan ramainya dan kebisingan lautan barang-barang kebutuhan masyarakat.
"Eh kok belok sini sih? Rumah gue ke arah sana Rion!" Teriaknya seraya menepuk-nepuk punggung gue.
Gue sengaja membawa Aila ke tempat lain, gue mau ajak dia ke taman. Siapa tau kan badmoodnya hilang.
Gue berhenti di depan sebuah pigura cantik yang di tumbuhi bunga-bunga yang menjalar melingkari tiang-tiang yang berdiri kokoh. Indah dan cantik cocok untuk sport foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love
Teen FictionIf you know, i really love you!❤ __________________________________ " eh Ai, keknya tuh cowok anak pindahan deh, cara bahasanya medok gitu" kata Mita terkejut " iya juga tuh, tapi bodoamatlah" kataku acuh, sembari menengok ke arah jendela yang pas s...