18 Juli 2018 Pukul 21.05
Hari ini Aku memutuskan menulis buku harian, mingguan ato sebut aja Diary dari kegiatan sehari-hari ku. Ya, sebagai seorang Kamen Rider.
Mungkin kalau ini udah jadi banyak, bisa Aku kasih ke anak-anak ku kelak di kemudian hari. Walaupun gak tahu siapa yang bakal jadi Ibunya ha ha ha. Semoga saja perempuan baik solehah mawadah warrohmah dengan paras Idol badan model Gravure ha ha ha.
Aku baru ngelarin skripsi dengan gelar ST. Sarjana Tolol, semua teman ku mencibir demikian. Sebab Aku masuk kuliah bersamaan dengan keponakan ku yang masuk SD dan kami lulus nya barengan juga.
Tapi hal itu seharusnya dapat dimaklumi. Aku melindungi bumi dari serangan monster-monster jahat dan para kriminal bedebah yang gak tau kalo mau maling uang jaman sekarang itu, kuliah komputasi terus belajar jadi cracker (temennya ceker, gugel lah kalo gak tau).
Tapi sepertinya memang bukan uang dan kekayaan yang menjadi motivasi mereka. Entah politik ato iseng aja gitu biar di notis. Kadang-kadang Aku mikir mereka ini jangan-jangan para jones yang gak dianggep terus kebelet femes makannya ngelakuin kejahatan. Padahal ya tinggal donlod aplikasi Tik Tok terus goyang dua jari.
Tapi (untuk yang ketiga kali), bisa saja mereka (para jones) ini ingin bunuh diri minum limbah textil di pabrik terdekat malah mutasi jadi monster. Tidak ada yang mustahil kalo niat, hanya saja annoying parah. Membuat Aku suudzan ke monster dan penjahat ini yang sengaja gangguin kedamaian- kehidupan Ku.
Seperti kejadian tadi siang, Aku habis mengikuti tes wawancara lamaran kerja yang ke dua kali nya. Bagian HRD hanya bilang "Nanti kami akan menghubungi anda lagi". Ucapan PHP yang gak jelas di terima ato enggak dan lebih cenderung enggak. Uang bulanan dari Bapak semakin menipis. Membuat ku ragu walau untuk membeli es krim Vanila di minimarket, yang sekarang sudah di mulut Ku.
Tinung ! Tinung! - begitulah bunyi nya. Sensor kecil penanda masalah, menggantung di telinga kiri Ku.
Demit! Aku mengumpat lalu menekan sensor seperti anting itu. lalu terbuka layar proyeksi yang hanya Aku saja yang dapat melihatnya. Terpampang mini map kecil dan radar dengan satu titik merah yang bergerak-gerak tidak beraturan. Jarak dengan sumber masalah tidak telalu jauh, tapi Aku malas kalo harus ke parkiran gedung tempat wawancara untuk ngambil motor dulu.
Sambil lari-lari kecil Aku mencoba menelfon teman ku Nugroho yang sering disapa "Bucenk".
'Cenk! maneh (kamu) dimana?!' Seru ku saat telfon diangkat.
'Di kantor, nape?'
'Sibuk ga? ada momon (istilah untuk monster yg ku buat sendiri) muncul ey'
'Zombi bukan? Kalo bukan males gue'
'Mana aing (aku) tau, liat aja belom lagi otw kesana ini'
'Ya ude semangat!'
'Si anjir, kantor maneh deket TKP, coba cek-in lah momon kayak gimana.'
'Ya udah gue cek dulu,tar gue telpon lagi'
'Sip'
Nugroho atau "Bucenk", Adalah teman ku sejak SMA kami bertemu tidak sengaja saat Aku mau berubah melawan monster yang sama.
Dia juga pahlawan? Entah lah, Bucenk hanya terobsesi dengan zombie dan menyebut dirinya Zombie Killer. Apalagi bila pertemu dengannya pertama kali
'Kamu pernah liat Zombie', ucap Bucenk. Aku menggeleng. 'Berterima kasihlah ke gue', lanjutnya. Ya bisa di simpulin kita gak pernah liat zombi gara-gara udah dia bantai semua,katanya. Mungkin itu untuk cerita lain kali.
Telepon kembali berdering, dari Buncenk.
'Gimana?' Tanya Ku pada Bucenk.
'Ada momonya tinggi bentuknya kayak udang di lurusin'
'Ricuh gak, ato ada korban?'
'Ga ada korban, tapi ada satpam nyelamatain tante-tante yang pingsan'
'Ok aing udah deket'
Dari kejauhan sudah keliatan keributan dan jalanan yang mulai macet. Aku meloncati beberapa mobil sambil menyuruh orang yang ku temui agar tidak mendekat ke tempat kejadian. Jarak Ku semakin dekat. Bentuk udang raksasa lurus itu jadi lebih mirip pempek selonjor.
Tidak ada yang berani mendekati Momon itu. Dua mobil rusak menjadi korban amukannya, saat ini dia sedang kesangkut kabel telepon yang membentang di tengah jalan.
Aku kemudian mengambil posisi paling foto genik dengan background yang kece, jadi kalo berubah ada yang memoto hasilnya bagus.
Tangan ku sudah bergaya paling keren, dengan referensi tutting hand yang ada di Yutub.
Lalu berteriak.'BERUBAH!'
Dari barisan tulang belakang mulai menjalar armor super keren yang menyelimuti seluruh tubuh dan kekuatan super.
Berubah sempurna, walau memakan waktu 8 detik, agak lama juga sih.
Ku gerakan kedua jari tangan ku menyapu alis di kepala yang sudah di tutup helm, dan menyilangkannya di depan tubuh sambil membentuk pistol dari jari. Aku mengatakan
'Wahai jiwa yang berkabut hari ini kau akan kembali cerah!'
Slogan yang ku teriakan sebelum bertarung, agak norak sih. Aku pernah mengganti nya beberapa kali seperti 'Cang kacang panjang yang panjang ucing'. Ya sekarang juga masih nyari yang cocok.
Setelah bergaya dua tiga detik biar gak blur kalo ada yang memoto . Dengan gagah Aku berlari ke arah Momon yang baru saja lepas dari jeratan kabel telepon.
Tiba-tiba..DIN! DIN!
Gerakan ku terhenti, sebuah mobil melaju cepat dari arah berlawanan macet melaju sangat cepat. Dengan kondisi Ku sekarang, semua indra menjadi berkali-lebih hebat dari manusia biasa. Aku dapat melihat di dalam mobil dua ibu-ibu berteriak dan berpelukan satu dengan yang lain. Stir mobil nya gak di pegang.
BRAK! ..... BRAK!
Suara tabrakan keras sekali, darah pun berceceran. dalam waktu yang sempit Aku berhasil menahan laju mobil itu. Aku termenung sebentar lalu membantu kedua predator jalanan yang suka pasang lampu sen kiri belok ke kanan ini keluar. Air bag menyelamatkan nyawa mereka.
Setelah menepikan kedua nyonya itu ke trotoar, Aku mulai memunguti sisa-sisa mayat Momon yang tidak sengaja tertabrak dan meninggal saat itu juga. Aku meminta orang di sekitar situ untuk membawa tempat sampah yang besar untuk membuang nya.
Hari pun di tutup dengan kerja bakti warga simpang jalan dan pengalihan arus oleh polisi setempat. Dan sekarang Aku mau tidur besok harus melamar kerja lagi. Ya orang tua menuntut jadi pegawai padahal enak jualan es krim.
suzuku
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Kamen Rider
RandomMereka merasa aman ketika aku melawan monster tapi mereka gak peduli waktu aku patah hati. Diary keseharian Kamen rider.