21 Juli 2018, Pukul 21.20
Hari ini badan ku pegal-pegal, walau sudah biasa rasanya tetap tidak mengenakkan. Jangan dikira menjadi Kamen Rider itu tidak capek. Capek pake banget, apa lagi beban pikiran sebagai manusia biasa tetap ada.
Akibat pertarungan kemarin berlangsung sangat lama. Bukan karena momon yang kuat, tapi momon yang sangat lincah bentuknya meyerupai macan, dan kecepatan nya juga berkali-kali lipat dari itu. Kondisi malam dan kota yang kurang penerangan pun menjadi salah satu faktor Aku kesulitan mengalahkannya.
Sekitar dua jam lebih aku dapat mengejar dan melumpuhkan nya. Alhasil pagi ini badan ku sakit karena kelelahan. Seharian Aku berdiam di rumah dan sorenya Bucenk mengajak ku makan di luar. Bucenk setiap kami bertemu pasti topik pembicaraannya seputar zombie. Entah selalu saja ada update tentang hal itu bagi Bucenk.
Sekarang sebelum tidur sepertinya Aku mau menulis lanjutan kehidupan awalku sebagai Kamen Rider. Kalau tidak salah sampai mantan ku Rahma tahu Aku kamen rider.
Ya, setelah Rahma tahu bahwa Aku adalah Kamen Rider atau dapat bisa dibilang pahlawan super. Kami sesekali berkencan di tempat-tempat yang bisa di bilang unik. Aku pernah membawanya keatas gedung tertinggi di kota. Ya Aku menggendong Rahma dan meloncati pinggiran gedung hingga sampai kepuncak.
Rahma sesekali menjerit atau tertawa, suaranya masih terngiang-ngiang di kepalaku. Dan tentu saja Aku merusak fasilitas umum, seperti bekas pijakan yang merusak dinding dan lain-lain. Aku juga pernah mengajaknya melihat bintang di tempat pengamatan bintang yang memiliki teropong raksasa di kota. Dan tentu saja Aku membobol kunci nya.
Bila mengenang masa-masa itu Aku lebih seperti penjahat dibanding pembela kebajikan, Ha ha ha. Namun ada satu hal paling bodoh yang aku sesali hingga saat ini. Aku selalu mengajak nya saat melawan monster. Tidak satu-dua kali, banyak dan itu adalah ide yang bodoh. Aku menggapanya keren saat itu, ketika seorang pahlawan membawa pacarnya untuk membasmi kejahatan.
Memang sempat terbesit di pikiran hal ini dapat membahayakan Rahma. Tapi Aku masih bocah lagipula Rahma merasa tidak masalah, toh kenapa ambil pusing. Hingga suatu hari, Aku lupa hari apa yang pasti di sekolah. Rahma menjadi mendadak super populer lebih dari sebelumnya.
Ada foto di koran pagi yang menampilkan Aku dengan wujud Kamen Rider sambil menggendong Rahma, dan foto itu jelas. Judul di Artikel nya sudah seperti Head line majalah gosip mingguan, kalau tidak salah "Skandal Satria Bertopeng dengan Gadis SMA". Ya bila itu bukan Rahma Aku akan tertawa, namun ini lain cerita.
Pihak sekolah tidak terlalu mepersoalkan, tapi teman-teman dan murid seisi sekolah dapat mengenali gadis yang ada di foto tersebut. Dari sini semua permasalahan merambat dengan cepat seperti kain menyerap air.
Kabar Rahma mulai tersebar keluar sekolah dan lingkungan rumahnya. Tidak sedikit wartawan yang sengaja menunggu di depan sekolah untuk mewawancari hal ini. Bahkan lucu nya Aku sebagai pacarnya pernah pula di wawancarai tanggapan kasus ini. Apa mereka tidak terbesit sedikit pun pemikiran bahwa Aku adalah sosok Satria Bertopeng itu.
Topik ini menjadi berita hangat Kota selama dua minggu. Dan selama dua minggu itu Aku sengaja tidak mengajak Rahma bila ada momon menyerang. Dia bisa mengerti, tapi terkadang hidup tidak selancar yang kita pikirkan.
Suatu hari Rahma di culik, ya klise sekali. Penculiknya, manusia biasa. Ini kelemahan ku, Aku tidak dapat mengetahui posisi Rahma karena radar yang ada di kepala ku tidak berfungsi untuk mencari manusia normal. Seharian Aku mencarinya bertanya sana-sini. Hingga Aku di telpon oleh orang tua Rahma untuk kerumahnya.
Aku kira orang tua Rahma tidak tahu identitas asli ku. Tapi setelah mereka bercerita Aku merasa menyesal. Rahma bercerita pada Ibu nya tentang diriku, ya pada mulanya dia tidak percaya. Hingga berita selama dua minggu ini dan kasus penculikan sebagai puncaknya.
Kedua orang tua Rahma adalah sosok manusia yang cerdas. Mereka meminta Aku untuk segera menyelamatkan anaknya, karena bila melalui polisi pasti akan terjadi keributan, proses yang panjang dan khawatir kondisi Rahma memburuk. Motif penculikan itu bukan uang dan harta, namun obsesi penjahat ini untuk menjadi monster.
Ya memang gila, para penjahat ini berpikir bila berhadapan dengan Kamen Rider ada potensi bertemu dengan monster dan menjadi salah satu nya. Aku dengan segera menuju rumah tempat Rahma di tawan. Para penculik itu tentu telah bersiap-siap, dengan memberi tahu lokasi mereka kepada orang tua Rahma, karena bisa saja Aku atau Polisi menyergap kapan saja.
Pikiran ku penuh oleh emosi saat itu. Komplek perumahan sempit, yang hanya ada satu jalan setapak. Tanpa peduli itu jebakan Aku langsung menerjang lurus semua yang ada di hadapan ku. Beberapa rumah hancur tembok nya. Ya Aku menembus tembok, mengancurkan tanpa memperdulikan apapun kecuali Rahma.
Senja hari itu tidak ada indah-indahnya sama sekali. Debu bangunan, suara tembakan, bahkan kobaran api bersatu di udara. Aku berhasil meyelamatkan Rahma yang berada di salah satu rumah. Dengan kondisi di ikat, di dalam lemari. Geram, hanya itu yang Aku rasa.
Rahma tidak sarakan diri. Aku memeluknya dan melompat keluar dari tempat itu. Rasanya mendidih seluruh tubuh. Aku merebahkan Rahma di bangku taman tidak jauh dari situ. Tentu saja para bedebah itu mengejar ku. Tangan ku berwana kemerahan gejolak energi yang besar meliputi seluruh tubuh Ku.
Semua berlalu begitu cepat. Aku meninggalkan kobaran Api dengan mengendong Rahma yang sejak tadi menangis. Suara sirine pemadam kebakaran mulai terdengar, kami beranjak dari komplek yang telah luluhlantah termakan kobaran api.
Itu pertama kalinya dalam seumur hidup Aku membunuh manusia biasa.
Berdosa dan tidak berdosa.
Setelah kejadian itu hubungan kami menjadi buruk. Aku dapat melihat ketakutan yang disembunyikan di mata Rahma. Sosok Ku yang terpantul di jendela rumah Rahma malam itu juga tidak dapat Aku lupakan, merah dan mengerikan.
Kabar skandal kami tertimbun dengan berita kebakaran dan pembunuhan masal. Tidak ada saksi hidup kejadian itu kecuali Aku dan Rahma. Dan pada akhirnya kami putus. Aku ber alasan keberadaan ku berbahaya bagi nya dan Rahma ber alasan akan pindah dari kota setelah lulus.
Entah firasat ku saja, tapi pada saat itu rasanya kami masih saling menginginkan satu dengan yang lain. Berandai-andai bila saja Aku bukan Kamen Rider, atau andai saja Aku tidak bodoh saat itu.
Semenjak berpisah dengan Rahma aku menjadi tidak stabil. Namanya anak muda, galau ha ha ha. Tapi Aku jadi membenci semua hal ya, semua hal. Dan ini berdampak dengan pola bertarung ku, bisa dibilang menjadi brutal.
Sampai sekarang Aku tidak pernah menjadi sosok merah itu lagi. Namun pada hari-hari itu rasanya Aku frustasi dan melakukan semua seenaknya, tanpa tanggung jawab. Hal positif yang dapat Aku ingat mungkin Aku lebih rajin membasmi para momon dibanding sebelumnya.
Setelah lulus SMA ada beberapa gadis yang berpacaran dengan Ku, namun tidak pernah awet. Aku selalu menjaga jarak agar kejadian Rahma tidak terulang. Namun hal itu membuat Aku tidak menjadi diri sendiri dan mengecewakan pasangan ku saat itu. dan pada akhirnya Aku memilih untuk sendiri.
#sadHidup dengan mengalahkan monster secara terus menerus, entah sampai kapan hal ini akan terus berlangsung. Sampai sekarang Aku masih bingung apa sebenarnya para monster itu.
Alasan mengapa mereka muncul dan menagpa merusak kota. Diriku di masa depan pernah bilang bahwa mereka membuat negara monster kelak. Apa benar tujuan mereka hanya untuk menyatakan eksistensi mereka, atau yang lain.
Tidak ada yang tahu, tapi untuk saat ini Aku rasa cukup untuk diriku menjadi pelindung kota ini dari para momon, juga untuk membayar hutang Ku di masa lalu.
Mungkin...
Dah Ah, Aku mau tidur.
Selamat malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Kamen Rider
RandomMereka merasa aman ketika aku melawan monster tapi mereka gak peduli waktu aku patah hati. Diary keseharian Kamen rider.