Nomer Dua

41 2 0
                                    

19 Juli 2018, Pukul saja aku mas. (17.20)

Hari ini cape gile, wawancara kerja seharian  dari jam sembilan ampe jam 4 sore. Sekarang baru bisa rebahan dan Aku berharap tidak ada momon yang mengganggu atau sms operator yang udah kaya pacar obsesif.

Tidak ada yang menarik soalnya di ulur ha ha ha. Ini anak aku kalo baca di kemudian hari mereka kesal tidak ya. Back  to the point, hari ini wawancara berlangsung lancar, menurut ku. Mereka bilang dua bulan lagi aku sudah dapat bekerja. Lumayan lah sebenarnya Aku jenuh bila kerja duduk di kantor. Apa bedanya dengan keadaan di bangku pendidikan.

Terkadang terpikir apa selamanya Aku akan menjadi pegawai kantoran. Berangkat pagi pulang petang, mengorbankan 5 hari dalam seminggu dan dibalas 2 hari kemudian. Menjadi siklus berulang tiada akhir?

Namun Aku hanya memenuhi perintah orang tua agar tidak di kutuk menjadi batu. Soalnya nanti yang lawan momon jahat siapa bila Aku di kutuk. Dan ngomong-ngomong kalau ada momon menyerang saat Aku bekerja gimana ngatasinnya, masa pegawai baru udah bolos aja. Tapi itu perkara nanti saja yang penting jalani dulu.

Bila di ingat-ingat momon memang selalu mengganggu hidup Ku. Membolos sejak SMA dan Kuliah sudah menjadi makanan sehari-hari. Sampai suatu hari Aku merasa jenuh dan ingin pensium jadi Kamen Rider. Sudah berkali-kali Aku ingin melakukannya namun tidak jadi karena with a great power comes great responsibility. Bullshit , sih tapi mau gimana lagi Ha ha ha.

Pepatah mengatakan. Di saat kamu ingin berhenti, ingatlah kembali kenapa kamu memulainya. Dan hal ini gak mempan dengan kasus ku.

Jadi semua berawal saat masih di bangku SMA sekitar 7 tahun yang lalu, wew lama juga ya. Aku masih ingat banget pagi itu. Pagi buta menjelang fajar seorang anak masih terlelap dengan damainya, tidak berpikir untuk sekolah. Dia mendapat jatah libur karena kakak kelas XII sedang melaksanakan Ujian Nasional. Bagi seorang anak kelas XI ini adalah hal terbaik . Liburan extra.

Tiba-tiba cahaya terang mengisi ruangan kamar menjadi putih bersih. Membat anak itu setengah terbangun namun tidak peduli. Hingga sebuah telepon genggam menghantam tepat mengenai batang hidung nya secara harfiah. Sakit sekali rasa linunya masih terasa sampai sekarang.

Aku menjerit terbangun ingin marah, sambil memastikan siapa yang menjahiliku pagi-pagi. Tapi tidak jadi saat melihat sosok berdiri tegap memunggungi sumber cahaya.

'Wahai Jiwa yang kotor saat nya kau membayar dosa-dosa mu', ucap sosok itu.

'Ampun jangan diambil nyawa saya, saya belum tobat!, Jerit ku ketakutan.

'Ha ha ha..' sosok itu tertawa jahat. 'Berhasil juga sudah dari dulu pingin melakukan ini', lanjutnya lagi.

Aku masih kebingungan, ' Anu bang, silau kalo bukan malaikat maut tolong matiin senternya' ucap ku sambil menutupi mata karena silau.

Cahaya itu kemudian meredup, di ikuti tawa sosok itu yang kemudian mendekat. Mataku mulai berakomodasi, mulai jelas bentuk sosok itu. Tubuh tegap dengan seluruh tubuh diselumuti armor metalik dan mata merah besar. Mirip ultraman belial di kasih armor.

Sosok itu kemudian duduk di bangku sebelah tempat tidur ku. Menunduk memperhatikan ku dan berbicara

'Aish muda sekali Ha ha ha.' Aku hanya terdiam menatapnya, bercampur aduk sudah rasa takut dan bingung.

'Lepaskan, pelase.' Ucap sosok itu pada dirinya sendiri. Seketika itu juga badannya seperti luntur meninggalkan sosok om-om dengan baju lab yang sudah kucel. Tidak butuh waktu yang lama Aku sadar sosok itu berwajah perisis dengan ku.

'Suprise, TADAAA!!', seru om-om itu dengan pose norak sambil duduk. 'Kamu pasti bingung, seperti yang kamu liat Aku adalah Kamu di masa depan.' lanjut om-om itu. Mulut ku masih tak bisa berkata apa-apa, sesekali berpikir bahwa ini mimpi atau bukan.

Keluarga ku belum ada yang bangun, Aku dimasa depan itu mengajak untuk ke bawah ruang dapur katanya melewati ruang dan waktu membuatnya lapar. Sambil mengunyah perkedel kentang sisa makan malam, dia menceritakan banyak hal.

Dari mobil terbang itu nanti gak akan ada, pemerintahan yang makin bobrok, perang kecil terjadi dimana-mana sampai para monster berpopulasi sangat banyak dan menjadi cerdas.
'Gila mereka sampai bikin negara sendiri.' kata nya.

Ceritanya di akhiri dengan dia memberi ku dua anting-anting berbentuk dadu merah. Aku disuruh untuk memakainya. Terpasang di kedua telingaku seketika itu juga rasa sakit menjalar dari kedua cuping telingaku.

Seperti sengatan listrik yang mengalir. Aku dapat merasakan anting di bagian kanan menembus daun telingaku dan merambat di balik kulit kebelakang kepala menuju tengkuk lalu berhenti. Rasanya sakit sekali. Aku berlutut dipenuhi oleh keringat dingin.

Diriku dari masa depan hanya tersenyum sambil menyodorkan segelas air putih. Setelah meminum habis, belum sempat aku protes. Dia mulai menjelaskan itu alat untuk berubah menjadi sosok nya tadi. Dia tidak menjelaskan secara mendetail tapi bila ingin berubah buat pose huruf T dengan lengan, 'kayak siraman rohaninya ultraman Taro geser ketengah dikit'. Jelasnya.

Aku penasaran dan mencoba nya membuat pose huruf T, dan berteriak 'BERUBAH!' Seketika itu juga dari jajaran tulang punggung mulai terasa panas dan merayap keseluruh tubuh. Hitam sesaat pandangan ku. tidak sampai satu detik yang Aku lihat ruangan dapur dengan sangat detil, suara-suara bermunculan dimana-mana, dan badan ku terasa seringan kertas.

Aku mencoba berjalan ke pintu tapi tiba-tiba tubuh ku melayang dan menabrak tembok di sebelah pintu. Bunyi yang keras membangunkan seluruh penghuni rumah. Buru-buru Aku keluar rumah agar tidak mengagetkan keluarga ku.

Aku masih berusaha bergerak dengan normal, berjalan kaki sambil mengobrol fasilitas armor dengan Diriku di masa depan. Tidak lama dia berpamitan setelah memberi tahu bahwa aku sekarang memiliki kewajiban menjaga perdamaian. Konyol sekali, itu yang ku pikirkan. Sial nya setelah Dia  pergi kembali ke masa depan Aku lupa untuk bertanya bagaimana melepas suit armor ini.

Yah, hari itu Aku habiskan meloncat-loncat gedung paginya dan siang hari terduduk di pinggir sungai memikirkan bagaimana cara melepas suit armor ini. Aku kebelet pipis. Ternyata kondisi mendesak membuat otak menjadi lancar berpikir.

'Lepaskan, please.' Kata Ku. teringat diriku dari masa depan melakukan hal ini tadi pagi. Ku lepaskan semua kegelisahan dengan air yang mengalir di sungai. Aku pulang sore hari dan tentu saja di omeli orang serumah. Mereka pikir Aku di culik.

Tentu saja Aku tidak bias menceritakan alasan Ku pergi dari rumah dan kejadian yang aneh pagi itu. Selain mereka akan menganggap ku gila, Aku ingin merahasiakan sosok baru di dalam tubuh ini.

Diary Kamen RiderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang