Nomer Tiga

29 2 0
                                    

20 Juli 2018 Pukul-an naga petir ( 19.05)

Huuuuuuhhhhh... 

Aku sedang makan malam sekarang, di warteg. Sengaja biar murah. Tapi beberapa detik yang lalu mulai kesal. Ingin muntah, tapi gak jadi soalnya udah bayar, sayang. Tepat di depan ku dua sejoli yang Aku harap menjadi sejomblo sesegera mungkin. 

Kenapa yah, kadang Aku sebal saja, orang yang bermesraan di tempat umum. Rasanya ingin teriak di depan mereka 'Woi ini warteg, buat makan bukan buat pacaran!'. Ya kalo mau pacaran di cafe kek ato kalo gak modal  itu taman kota kosong malem-malem. Bebas dah mau ngapain.

Entah, sejak kapan Aku jadi sensi dengan orang yang pacaran. Yaaa selain Aku akui, 5 tahun menjomblo bukanlah waktu yang sebentar. Mungkin itu juga yang menjadi penyebabnya. Namun, bukan berarti gak laku loh ya. Tapi ini lebih seperti prinsip, harga diri dan kebodohan.

Kenapa Aku bilang seperti itu. Aku selalu tidak pernah punya waktu untuk mereka. Karena waktu ku sendiri saja sudah di tambah dengan amukan monster ato kejahatan terang-teranagn di dunia modern ini. Makin canggih, makin banyak masalah.

Alasan lainnya, super hero manusia laba-laba fiksi aja tau. Bila Aku memiliki pacar tentu saja mereka akan selalu dalam keadaan bahaya, terlebih lagi bila tahu identitas rahasia ku, 
ha ha ha. Hal ini mengingatkan ku di awal-awal memiliki kekuatan ini.

No responsibility at all.

Bila di ingat-ingat waktu itu sudah ada sebulan Aku mendapat kekuatan. Yang Aku sebut saja, "Kamen Rider". Soalnya keren bisa berubah seperti mereka, walau pun bukan lewat sabuk. Ngomong-ngomong sabuk dulu Aku pernah pingin ada aksesoris sabuk beneran biar mirip kamen rider di cerita fiksi Jepang. 

Lalu Aku buat sendiri, memodif dari mainan yang aku beli. Jadi setelah berubah Aku baru memakai itu sabuk. Alhasil bisa di tebak, hanya satu pertarungan sabuk itu hancur berkeping-keping. Antara mau marah, nangis atau tertawa. Udah mahal lama modif, eh langsung hancur.

Balik lagi ke saat baru memiliki kekuatan dan mendeklarasikan diri sebagai "Kamen Rider".  Waktu itu kondisi mau naik ke kelas XII kalau tidak salah. jadi perpisahan sebelum libur UAS naik kelas.

Aku menyatakan cinta.

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA,
pengen teriak malu banget ditulis nya Ha ha ha.

Ga papa deh aku lanjut. Jadi si Dia itu anak kelas ku sendiri dari  awal masuk mata ini langsung terpikat ke dirinya. Gadis itu bernama.... Rahma. Aku sudah berencana nembak dia tapi gak jadi-jadi. Akhirnya hari itu aku merasa saat yang tepat. Dengan percaya diri Aku nembak Rahma.

Aku masih ingat banget. Dia nunduk enggak bilang apa-apa. Soalnya dia termasuk anak yang populer tapi tarafnya pertengahan gitu. Dan itu membuat ku sedikit ragu pada awalnya. Setelah Rahma mengankat kepalanya di bilang, 'OK'.

Senang sekali rasanya. Seperti tercapai sebuah achivement kehidupan. Oh iya buat catetan, sebenarnya Rahma bukan pacar pertama ku. Karena waktu SMP Aku pernah memiliki pacar tapi engga lama soalnya nembaknya juga lewat sms. Sad indeed.

Kisah kasih dengan Rahma adalah yang paling Aku ingat dan berkesan. Selain Dia cantik dan pintar, dia juga yang tahu identitas ku sebagai Kamen Rider. Ya, Sebagai anak muda yang berotak pendek, tentu saja rasa gengsi dengan pasangan lain selalu ada. Aku tidak memiliki kendaraan sendiri jangan kan pamer mobil, motor aja itu punya paman. Saat itu. Sekarang sih motor Ku sendiri.

Akibat tidak bisa pamer apa-apa dan Rahma juga mulai bergaul dengan gadis populer yang lainnya Aku menjadi sangat minder. Padahal kalau di pikir-pikir sekarang itu konyol sekali. Karena kekayaan yang anak-anak itu dapatkan, adalah uang pemberian orang tua mereka.

Hingga suatu hari, kelabilan remaja di dalam tubuh Ku bergejolak. Kalau tidak salah kejadian itu malam minggu, dan pasti Aku malam mingguan dengan Rahma. Gara-gara berpacaran dengan dia Aku jadi jarang melawan momon. Toh pasti nanti ada yang mebereskannya entah itu Polisi, Tentara atau Pahlawan yang lain, menyedihkan memang pola pikir Ku saat itu.

Kami menelusuri malam dengan motor paman. Waktu itu kota masih tidak terlalu macet. Walau pasti berhenti di lampu merah yang lumayan lama. Aku sedang mengobrol dengan Rahma tentang cita-citanya yang ingin menjadi librarian. Tiba-tiba anting kiri Ku berbunyi, ada momon disekitar sini.

Jarak nya tidak terlalu jauh, Aku memacu sepeda motor dengan cepat. Dapat di bayangkan raut wajah Rahma pasti panik. Kepulan asap mulai terlihat saat posisi Ku semakin dekat. 

Tapi kenapa ya, di pikir-pikir sering sekali momon ini kalau nyerang memicu bakar-bakaran, udah kayak mahasiswa demonstrasi. Atau jangan-jangan wujud asli momon mahasiswa yang protes pada pemerintah, jadi demo bakar ban gak berhasil. Mereka jadi momon agar di dengar orasinya, hmm bisa juga.

Oke balik lagi dengan Aku dan Rahma. Kami kemudian turun dan Aku memarkirkan motor di atas trotoar yang sepi. Saat Aku ingin menuju tempat perkara, Rahma menarik lengan Ku sambil bertanya,' Mau kemana? Jangan kesana!' Sembari merapikan rambut nya yang kusut.

Aku terdiam beberapa saat dan ide bodoh itu muncul. Tanpa berbicara satu katapun, kecuali

'Berubah!' Ya aku berubah dengan pose norak yang Aku anggap keren.

Rahma terbelalak, di balik topeng Aku tersenyum. Aku mengangkat tubuh nya, menggendong dia seperti putri. Lalu loncat ke arah keributan. Tidak seperti jaman sekarang waktu itu smart phone masih jarang apalagi kamera HP yang bagus. Jadi tidak ada kamera yang memoto ku dengan bagus, padahal pose ku sangat keren waktu itu.

Aku meletakan Rahma, dan memintanya untuk menjauh agar tidak terlibat pertarungan. 

'Hei, Monster jahat! Ucapkan selamat tinggal untuk hari esok mu!'

Ya itu cringe  banget, dan Aku berteriak sambil kayang. Bercanda.

Slogan murahan itu membuat momon yang mengamuk menjadi fokus terhadap Ku. Aku lupa kekuatannya apa kalau tidak salah cakar raksasa atau semacamnya lah. Butuh beberapa serangan sehinga Aku mengalahkannya dengan serangan pamungkas. Yang Ku buat sendiri.

Setelah berpose keren, menatap kerumunan dengan slow motion. Aku loncat kembali menggendong Rahma dan meniggalkan kerumunan. Expresi raut wajah Rahma seperti bercampur senyum dan heran. 

'lepaskan,please'. Kata Ku untuk melepas armor.

Saat itu Aku merasa bangga, sangat bangga. Rahma juga bilang begitu saat tahu bahwa pacarnya adalah Kamen Rider. Ya Jangan protes, saat itu usia kami bahkan belum mencapai 17 tahun. 

Yang paling Aku ingat hari itu.

Rahma bilang 'Kalo temen-temen tahu pasti pada iri, tapi Aku gak akan ngasih tau. Soalnya itu rahasia paling spesial, lebih spesial dari dokumen intelejen negara.' Aku tertawa mendengarnya. Perumpamaan yang normal bagi Ku untuk gadis penikmat novel misteri.

Ke-naifan kami yang masih anak ingusan, merasa hidup tinggal jalani saja. Ternyata mengubah semua hal dalam hidup ku sekarang. Itu....

Anting Ku berbunyi sepertinya ada momon, Aku harus bergegas.
see ya later.

Diary Kamen RiderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang