PART 34 - 1

17.3K 1.1K 48
                                    

Halo, teman2
Untuk kamu2 yang sudah baca sejauh ini, apakah kamu sudah follow/ikuti akun wattpad saya?
Kalau belum, saya sarankan sekarang juga untuk follow/ikuti(caranya pergi ke profile wattpad Evathink, sentuh "ikuti/follow").

Jika kamu tidak mengikuti, kamu akan ketinggalan banyak informasi, karena hanya yang mengikuti yang bisa menerima pesan profile dari saya. Seperti ketika saya memberi tahu tentang promosi BACA GRATIS karya2 saya di Lontara App pada mei 2021, hanya yg sudah mengikuti saya yang mendapat pesan ini

Jadi jangan lupa FOLLOW/IKUTI saya agar tidak ketinggalan informasi.

Terima kasih^^

PART 34

Lando tidak biasa bangun pagi, namun hari ini ia melakukannya. Hari ini Sharen akan pergi meninggal-kannya, dan Lando tidak mau melepas kesempatan terakhirnya untuk melihat wanita itu.

Dan saat ia keluar dari kamar dalam keadaan masih setengah sadar dengan kepala yang terasa berat akibat kurang tidur karena sepanjang malam memikirkan Sharen, wanita itu sudah berdiri di ruang tengah dengan tubuh tampak kaku.

Sharen mengenakan gaun bermodel sederhana de-ngan panjang selutut yang masih saja membuatnya terlihat anggun. Lando pikir tidak ada pakaian yang jika Sharen kenakan tidak membuatnya terlihat anggun. Tubuh wanita itu begitu indah.

Lando mengangkat alis dengan perasaan berat saat menatap Sharen dan mendapati wajah yang dipoles makeup tipis itu tampak berbeda. Mata Sharen terlihat sembap. Apakah wanita itu menangis tadi malam? Bersedih dengan perpisahan mereka seperti yang ia rasakan?

Tatapan mata Lando beralih ke bagian lain. Tak tampak keberadaan koper di dekat Sharen.

Hati Lando seketika merasa ringan. Apakah Sharen berubah pikiran dan memilih tinggal lebih lama de-ngannya? Atau selamanya? Sebagai istri sungguhannya?

Tinggal bersamannya selamanya. Istri sungguhan. Kedua hal tersebut tidak terdengar mengerikan seperti yang Lando bayangkan saat memikirkan pernikahan beberapa waktu lalu.

Ia menghampiri Sharen dan tersenyum tipis, senyum tulus dan... lega. "Sharen..." untuk pertama kali Lando memanggil nama itu dengan getar lain di hatinya. Getar haru karena akhirnya Sharen-nya tidak pergi mening-galkannya.

Wajah yang tampak pucat di depannya tersenyum kaku.

"Lando..." suara itu serak berbisik.

Senyum Lando melebar. Ia melangkah mendekati Sharen dan bersiap membuka tangannya untuk menerima Sharen ke dalam pelukannya.

Namun kesadarannya tersentak. Tangannya seketika kaku. Ini bukan film cinta romantis yang akan berakhir bahagia. Sejak kapan ia menjadi pria melankolis? Apakah karena terlalu banyak minum anggur tadi malam dan sekarang kesadarannya belum kembali sepenuhnya?

"Aku senang kau sudah bangun. Aku akan pergi. Bisakah kau katakan pada pengawalmu agar tidak me-nahanku?"

Lando menatap Sharen terkejut, lalu menyeringai masam. Entah bagaimana dadanya bisa terasa sesak. Ia seperti pria lemah menghadapi perpisahan dengan ta-wanannya.

"Tentu saja," suara Lando serak menjawab. Ia me-natap Sharen dan memilih duduk di sofa terdekat karena memang ia sudah tidak kuat berdiri lebih lama lagi di dekat Sharen atau ia akan meraih tubuh itu ke dalam pelukannya, menguncinya erat dan menghalangnya pergi.

"Aku akan membayarmu," kata itu tanpa sadar ke-luar dari bibir Lando.

"Tidak! Aku tidak menjual diriku padamu, Lando."

Lando mendongak menatap wajah Sharen yang memucat. Dan seketika mendesis jengkel.

"Tidak. Bukan seperti itu, Sharen. Kau sudah membantuku sejauh ini untuk mendapatkan rumah itu, dan kau berhak mendapatkan balasannya. Aku akan mengatur sebuah rumah atau kondominium untukmu dan sejumlah uang."

Lando tidak tahu apa lagi yang bisa ia lakukan selain menjamin kehidupan Sharen baik-baik saja, memberinya tempat tinggal yang layak. Jika saja Sharen mau tinggal dengannya...

Sharen menggeleng kepalanya. "Aku tidak butuh apa pun, Lando. Kau tak perlu melakukan apa pun, aku cuma ingin kau katakan pada pengawalmu agar membiarkanku pergi. Sejak tadi mereka menahanku."

Bagus. Lando menyeringai marah. Sharen masih dengan sifat keras kepalanya, bahkan berniat pergi pagi-pagi sekali, sama sekali tak berusaha menunda keper-giannya, atau setidaknya berpamitan. Menurut Lando, apa yang pengawalnya lakukan sangatlah benar.

Dalam diam, Lando menertawakan dirinya sendiri. Lihatlah, sungguh ironis. Pada saat Sharen begitu senang bisa bebas darinya, ia dengan menyedihkan masih ber-harap Sharen akan tinggal dengannya lebih lama lagi.

Tawanan Hati Sang Taipan - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang