"Yaa, cut!" teriak sutradara menghentikan pengambilan gambar series yang sedang digemari di negeri Gajah Putih, SOTUS.
Panasnya cuaca sore hari membuat para pemain dan juga crew sedikit kewalahan terlihat dari peluh yang berlomba-lomba membasahi baju dan lusuhnya wajah orang-orang disana.
"Kit, apa kamu lelah?" suara penuh cemas terdengar untuk pria manis yang sedang duduk disampingnya sambil menyandarkan kepalanya di sofa ruang make-up artis yang khusus disediakan untuk pemeran utama series tersebut.
Singto, pria tampan pemeran Kongpob, mengibas-ngibaskan tangannya secara intens kesamping wajah Krist, pria manis pemeran P'Arthit, berharap kibasannya dapat mengurangi hawa panas yang mungkin saja masih menempel ditubuh pria manis pujaannya itu.
"Sedikit, Phi' " hanya itu jawaban yang terlontar dari bibir merah Krist, kini kepalanya berpindah dari sandaran sofa ke bahu Singto.
Singto hanya bisa tersenyum menerima beban kepala Krist, menoleh dan menyesap harum rambut Krist yang menguar dari wangi shampoo yang dipakainya tadi pagi. Krist membalas mesra senyuman lelaki yang telah menyita perhatian dan hatinya beberapa bulan terakhir ini sambil memainkan jemari Singto berharap lelah dan penatnya berkurang. Singto paham kalau sudah seperti ini artinya Krist lelah dan butuh perhatiannya.
Saat tangan Singto ingin membelai rambut kekasihnya tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan memunculkan wajah salah satu crew yang ingin memberitahukan bahwa syuting hari ini telah selesai.
Krist secara spontan langsung mengangkat kepalanya dari bahu Singto dan melepaskan genggaman tangannya berangsur duduk menjauh.
Ada kesedihan yang tergambar secara samar pada wajah Singto melihat tingkah Krist seperti itu.
"Apakah kamu masih malu, Kit?" hembusan nafas Singto mengiringi pertanyaan dalam batinnya.
.
.
.
Series yang dibintangi Krist dan Singto sudah selesai masa tayangnya dengan meraup kesuksesan yang tidak diduga-duga. Menghantarkan para pemainnya ke puncak popularitas tertinggi, begitu pun dengan Krist dan Singto.
Kesibukan menghadiri fan meeting diberbagai tempat, disertai dengan bumbu-bumbu fan service yang harus mereka lakukan, membuat pasangan tersebut banyak diincar para pelahap berita gosip.
"Singto, pada series Sotus diceritakan anda menyukai head heazer yang notabene adalah seorang lelaki juga, apakah itu terbawa pada kehidupan nyata anda? Maksud saya apakah anda pernah menyukai laki-laki juga?" pertanyaan wartawan yang tanpa basa basi langsung diarahkan pada Singto setelah acara fan meeeting selesai dilakukan.
"Series ini memang membawa pengaruh besar dalam hidup saya dalam memahami arti cinta yang sesungguhnya. Bahwa cinta tetaplah cinta, tidak memandang terhadap siapa kamu menjatuhkan pilihan cintamu. Laki-laki atau wanita hanyalah tampak luar dari apa yang ingin kamu lihat, sedangkan cinta adalah apa yang kamu rasakan didalam" Singto menjawab pertanyaan wartawan sambil tersenyum manis melirik Krist yang asyik dengan handphone ditangannya, seperti tidak ingin terbawa suasana wawancara.
"Bagaimana dengan anda, Krist? Apakah ada kemungkinan di masa depan anda akan menyukai atau jatuh cinta dengan sesama jenis? Jika iya siapakah yang kiranya dapat membuat hati anda tergerak? Singto mungkin?" pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan untuk Krist cukup membuatnya gugup, dan menjawabnya tanpa pikir panjang lagi.
"Aoow... tidak mungkin Phi. Aku tidak mungkin menyukai sesama jenis, aku straight, laki-laki normal yang masih menyukai wanita. Cukup di series saja aku menjadi Gay, tidak dikehidupan nyataku, Phi".
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot
FanfictionHanya kumpulan oneshot peraya yang dibuat kalo ada waktu senggang Selamat menikmati