5 Maret 2013
Dua manik menyatu dalam satu tatapan, menyalurkan perasaan yang terpendam dengan senyum manis dari kedua insan. Tatapan yang menyelami keindahan dan saling memuji dengan rasa syukur karena Tuhan mempersatukan mereka.
"Kurasa Tuhan sedang tersenyum saat menciptakanmu" ujar si pria berkulit Tan exotis memutuskan tatapan keduanya.
"Tidak ada kekurangan yang tampak darimu sedikitpun" lanjutnya dengan diakhiri senyum manis yang memabukkan.
"Bukan aku yang tak memiliki kekurangan tapi ketahuilah kau tidak menggunakan matamu untuk melihatku tapi kau gunakan cintamu untuk menyadari kehadiranku" tukas lawan bicara didepannya.
Senyum keduanya semakin melebar menyampaikan setiap rasa yang ada hingga satu diantaranya tak kuat menahan buncahan tawanya yang dipendam sejak tadi.
"Hahahaha, p'Sing,,, apa kau tidak ingin muntah setelah mengeluarkan kata-kata menjijikan itu ?" tanyanya masih diselingi dengan tawa.
Yang dipanggil P'Sing pun membuang nafasnya kasar dan menyenderkan punggungnya mencari posisi ternyaman untuk duduk. Ia pandangi pria yang masih tertawa didepannya dengan pandangan datar.
"Kau menghancurkan suasana, padahal tadi sudah sangat bagus momennya" ujarnya kesal.
Duduk di atas pegunungan sambil menanti matahari tenggelam bersama seseorang yang spesial, tidak kah itu sangat romantis ?
"Sangat bukan kau jika romantis begitu" ejek pria berkulit putih dengan mata kelincinya yang menyipit lantaran masih tertawa
Singto, si pria berkulit Tan atau lebih akrab dipanggil P'Sing oleh juniornya, katakanlah junior karena memang mereka senior dan junior dulu sebelum saling mengungkapkan rasa yang mereka miliki.
"Diam bangsat atau ku lempar kau kejurang itu" ancam Singto sadis.
"Wahhh, kau membuat surat lamaran duda sendiri" bukannya takut, Krist justru lagi-lagi mengejek Singto membuat seniornya itu geram.
Singto bangkit dari duduknya dan menghampiri teman-temannya yang lain meninggalkan Krist yang masih sesekali menertawakannya.
Dipandangi punggung itu, tawa itu sudah tak ada hanya senyum yang menyimpan berjuta makna.
"Tuhan, aku bersyukur bisa memilikinya, tolong jangan ambil kebahagiaanku ini, aku ingin terus bahagia bersamanya" batin Krist dan ikut menghampiri beberapa temannya dimana Singto juga ada di sana.
***
Bintang bertaburan dilangit menemani kesendirian sang bulan.
Membawa rasa nyaman saat memandangnya, benar-benar indah ciptaan-NYA.Singto memandang wajah kekasihnya yang berdiri disampingnya dengan senyum lembut dan mata yang tertuju pada langit.
Baginya tak ada keindahan lain di dunia selain sesosok manusia yang berdiri disampingnya itu.
"Aku bisa meleleh jika dipandangi terus, kau pikir mudah bersikap seakan biasa saja dipandangi pria yang kucintai ? Aku hampir tak bisa bernafas dengan baik, takut melakukan kesalahan dan kau menangkap kekuranganku itu" ujar Krist tanpa mengalihkan pandangannya untuk menatap kekasihnya itu.
"Aku mencintaimu "
Jangan ditanya bagaimana reaksi Krist saat ini, ia hampir pingsan tapi malu dengan batang yang menempel didepannya.
"Uwekkk" Krist membuat gestur seperti ingin muntah.
Setelah beberapa saat keheningan melanda mereka tersenyum bersamaan saat pandangan mereka berpapasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot
FanfictionHanya kumpulan oneshot peraya yang dibuat kalo ada waktu senggang Selamat menikmati