Seorang pria berjalan dengan langkah lebarnya melewati setiap pasang mata yang menatapnya penuh minat. Ia terus melangkah dengan gigi bergemelutuk kuat dan bibir yang bergerak-gerak ingin mengeluarkan semua sumpah serapah yang dipendamnya.
"Yaaaa, Krist Perawat apa ini ?" tanyanya tajam setelah melempar beberapa lembaran kertas ke meja dimana ada seorang pria yang duduk santai dibangku kantin sambil meminum pink milk kesukaannya ditemani oleh semua teman-teman si pria manis itu.
Krist, pria yang disebut namanya itu mendongak pada pria yang berkacak pinggang didepannya dan mengeluarkan aura membunuh yang begitu tajam dari sorot mata kelamnya.
Lembaran kertas yang dilemparkan tadi diambilnya, dan Krist menyeringai begitu melihatnya.
"Bukankah kau sudah membacanya phi ?" tanya Krist dengan wajah yang dibuat seimut mungkin untuk menakhlukkan si pria.
"Sudah berulang kali ku katakan jangan memanggilku Phi, aku bukan kakakmu aku ini dosen pembimbingmu" jawab si pria tidak mengurangi ketajaman ditiap katanya.
"Ayolah p'Sing,,, saat aku kecil kau yang menyuruhku memanggilmu dengan sebutan Phi, kenapa sekarang berbeda ?" Krist menopang dagunya untuk melihat ciptaan tuhan yang menurutnya begitu sempurna walaupun sekarang dengan wajah kesalnya namun menurut Krist ketampanan yang dimilikinya tidak berkurang sedikitpun.
"Berhenti memasang wajah menjijikan seperti itu, perbaiki judul skripsimu dan aku akan menilainya kembali" ujar Singto dingin dan langsung pergi dari sana tidak kuat jika harus menghukum anak didiknya yang sangat kurang ajar itu.
Gun, sahabat Krist yang ikut menghuni meja itu mengambil kertas yang dipegang Krist dan membaca judul apa yang digunakan sahabat baiknya itu.
Mata Gun melotot sempurna, jika ia yang jadi dosen tampan itu mungkin dia sudah habis mencincang Krist sekarang.
"Jadilah pacarku"
"Krist, kau benar-benar sudah gila" ujar Gun menggeleng-gelengkan kepalanya."Krist, kau boleh mencintai tapi jangan jadi bodoh seperti ini" ujar sahabat Krist yang lain, Gunsmile.
"Apa susahnya sih dia menjawab iya ? Padahal aku sudah mencintainya 7 tahun ini dan sudah saling kenal sejak aku masih kecil" Krist tidak habis pikir dengan jalan pikiran dosen muda itu, Krist yakin dirinya cukup tampan untuk ukuran seorang pria, berkulit putih bening dan bahkan ia cukup mulus.
Apa kurangnya seorang Krist hingga dosen tampan yang awalnya mengajarinya memanggil namanya dengan sebutan p'Singto sekarang malah kesal saat Krist memanggilnya begitu."Dia itu sahabat kakakmu dan lagian usia kalian terpaut jauh, mengkin dia tidak ingin di cap pedo oleh teman-temannya" jawab New.
"Jauh apanya ? Hanya berjarak 10 tahun, dimananya yang jauh ?" Krist tidak terima dengan jawaban New yang menurutnya sebuah alasan tidak masuk akal itu. Cinta tidak pandang usia.
.
.
.
Diruangan para dosen, Singto duduk menyandar dibangkunya, kepalanya ditumpu pada ujung bangku dan tangannya memijat kepalanya yang terasa sangat pusing.
"Sing, kau sakit ?" tanya Nat, sahabat Singto yang berprofesi sebagai dosen juga.
"Kepalaku hampir meledak" jawab Singto masih memejamkan matanya dan terus memijit kepalanya sendiri.
"Karna mahasiswa yang sedang kau bimbing itu ?" tanya Nat menahan senyum, sebenarnya tanpa bertanya juga ia sudah tau jawabannya.
Siapa lagi yang membuat seorang Singto, dosen tertampan dengan segudang prestasi bisa memijat kepalanya menyerah menghadapi sikap seorang Krist.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot
FanficHanya kumpulan oneshot peraya yang dibuat kalo ada waktu senggang Selamat menikmati