Ep.05

40 4 0
                                    

"(Y/n)-ah, aku menyukaimu. Kau mau menjadi pacarku?" pertanyaan itu hampir membuatku tersedak pizza yang sedang kukunyah.

"Uhuuk!!"

"Astaga! Tunggu-tunggu, aku ambilkan minum dulu." ucap Eunwoo oppa yang langsung bangkit dan berlari ke dapur.


Sebenarnya kalau kata teman-temanku, hal seperti ini sudah tidak perlu dikejutkan, karena dari sikap Eunwoo oppa padaku, berbeda dibandingkan sikapnya pada teman-temannya. Tapi tetap saja ini membuatku terkejut.

Orang lagi menikmati pizza, tiba-tiba Eunwoo oppa bicara begitu, bagaimana aku tidak kaget?

Eunwoo oppa kembali sambil membawa segelas air yang langsung kuminum.

"Maaf." gumam Eunwoo oppa.

"Salam kurang dari 5 jam, sudah berapa kali oppa mengucapkan maaf padaku?" ucapku sambil mendengus kesal. Eunwoo oppa hanya tersenyum canggung.

"Jadilah pacarku, (Y/n)-ah." ucap Eunwoo oppa setelah beberapa saat terdiam. Aku menatapnya kemudian menganggukkan kepalaku. Seketika itu juga Eunwoo oppa memelukku dari samping dan mencium pipiku, aku hanya terkekeh.

Sedetik kemudian, Eunwoo oppa menggiring daguku untuk supaya wajahku menghadapnya dan kemudian ia mengecup bibirku singkat.


***

Hari ini adalah hari minggu. Dan hari ini aku dan Bin sudah merencanakan untuk pergi jalan-jalan ke taman kota.

Bin menyewa sebuah sepeda keranjang. Padahal aku ingin sekali naik sepeda gandeng. Huft!

Akhirnya aku dan Bin jalan-jalan dengan sepeda itu. Aku duduk di belakang sambil memeluk Bin yang sedang menggoes sepeda itu memutari taman kota ini sambil menikmati pemandangan.

Aku memejamkan mataku sambil menikmati angin yang dihasilkan laju sepeda dan juga wangi tubuh Bin yang kusuka.

Mungkin dia memakai parfum yang terkesan manis. Dan aku sangat menyukai parfum seperti itu.


"(Y/n)-ah. Kau tidak tidur, kan?" tanya Bin tiba-tiba. Aku langsung membuka mataku.

"Tentu saja tidak. Kalau aku tertidur, aku sudah terjatuh dari sepeda sejak tadi." ucapku.

"Kau mau membawanya?" tanya Bin tiba-tiba.

"Apa?"

"Sepeda. Kau duduk di depan nanti aku yang akan menggoesnya."

"Baiklah." kemudian Bin menghentikan laju sepeda kami dan kami bertukar tempat.

Aku duduk di depan sedangkan Bin duduk di belakang. Tapi kaki Bin tetap di goesan sepeda, jadi kakiku harus kulipat agar tidak mengganggu kegiatan Bin menggoes.

Bin juga memegang setir sepeda bersama denganku. Dan kepala Bin di sandarkan di bahuku agar dia bisa melihat ke depan.


Sepanjang perjalanan, senyumku tidak bisa luntur. Terkadang terkekeh karena Bin yang mengeluh kelelahan. Dia sangat menggemaskan.

"Kita berhenti situ yuk. Istirahat dulu." ucapku sambil menunjuk ke arah bangku taman yang kosong yang terletak tak terlalu jauh dari tempat kami.

Dengan cepat Bin melajukan sepeda kami hingga bangku itu.

"Aku carikan minum dulu ya. Kau duduk dulu di sini." ucapku yang langsung berlari ke tukang penjual minuman yang memang berada tak jauh dari bangku itu.

Aku kembali dengan membawa minuman dan juga ice cream.

Aku memperhatikan Bin melahap ice cream-nya dengan bulir keringat yang muncul di keningnya.


Dengan segera aku mengambil tissue dari dalam tas selempang kecilku dan mengusap keringatnya membuat Bin berhenti memakan ice cream-nya sejenak dan menatapku.

"Besok-besok kita nonton film aja yuk. Kasian kau harus berkeringat seperti ini. Haha." ucapku sambil tertawa. Tiba-tiba Bin menempelkan ice cream-nya ke ujung hidungku.

"Ya!! Lengket tau!!" pekikku yang malah membuat Bin terkekeh. Baru aku ingin mengusap hidungku, tangan Bin langsung menahan tanganku. Kemudian wajahnya mendekat dan dengan kecepatan kilat, dia mengecup ujung hidungku.

Aku menatapnya sambil berkedip beberapa kali dan membuatnya tertawa.

"Jangan menatapku seperti itu. Kau terlihat seperti kelinci ilang, kau tau?" ledeknya. Aku langsung melayangkan sebuah pukulan di lengannya dan menatapnya kesal.

"Tumben sekali kau tidak membeli ice cream untuk dirimu sendiri?" tanya Bin.

"Duitku hanya cukup untuk membeli 2 air minum dan 1 ice cream." ucapku jujur.

"Kenapa tidak pakai uangku?"

"Gak papa." ucapku sambil menggelengkan kepalaku. Tiba-tiba Bin mengeluarkan dompetnya dan memberikannya padaku. Aku menatap dompetnya dan menatapnya dengan tatapan bingung.

"Nitip di tasmu. Hehe." ucap Bin sambil terkekeh. Akhirnya aku mengambil dompetnya dan memasukkannya ke dalam tasku.


Setelah selesai memakan ice cream-nya, Bin mengajakku untuk kembali jalan-jalan. Dan kali ini kami berjalan berdampingan dengan Bin menuntun sepeda.

Kenapa tidak naik sepeda?

Kata Bin biar lebih seru.

Astaga anak itu.


***

Saat aku sedang menonton tv di ruang tengah apartemen Eunwoo oppa, tiba-tiba hpku berbunyi dan menampilkan nomor asing.

Aku menatap hpku sejenak sebelum akhirnya menggeser tombol hijau.

Aku hanya diam hingga orang yang menelfon mengeluarkan suara.

"Yeoboseyo?"

Suara itu.

Seketika aku membeku begitu mendengar suara itu.


"(Y/n)-ah?"

Aku masih bergeming seakan aku tersihir menjadi batu.

"Ini nomor (Y/n), kan?" kali ini pertanyaannya hanya kujawab dengan gumaman saja karena otakku seakan membeku dan belum bisa difungsikan.

"Aku mendapat nomormu dari Minhyuk tadi. Maaf aku mengganggumu." ucap Bin dari seberang telfon.

Yup, yang menelfon adalah Bin.

Si namja menyebalkan itu.


"Ada apa?" tanyaku dengan nada datar, padahal jantungku berdegup sangat kencang.

"Eng.. apa besok kau ada waktu? Aku ingin bicara denganmu sebentar besok. Apa kau bisa?" tanyanya. Aku diam dan menatap ke arah Eunwoo oppa yang juga menatapku dengan tatapan bingung.

"Jam 12 siang. Temui aku di kedai ice cream depan sekolah kita dulu." ucapku dengan nada dingin.

"Baiklah. Sampai bertemu besok, (Y/n)-ah." ucap Bin yang kemudian telfon ditutup.

Meskipun telfon sudah di tutup, tapi hpku masih menempel di telingaku yang kemudian dengan perlahan kuturunkan.


"Ada apa?" tanya Eunwoo oppa menatapku.

"Bin."

"Bin yang menelfon barusan? Bagaimana dia mendapat nomormu?"

"Dia memintaku untuk bertemu dengannya besok." ucapku tanpa menjawab pertanyaan Eunwoo oppa. Seketika suasana menjadi hening.

"Aku akan menemanimu besok." ucap Eunwoo oppa yang membuatku menoleh ke arahnya.

"Oppa besok tidak ada kelas?" tanyaku dan Eunwoo oppa hanya menggelengkan kepala.

"Baiklah." kemudian kami kembali menonton tv.

TBC

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang