Pulang sekolah, aku dan Bin naik bus bersama.
Begitu turun dari bus, tiba-tiba Bin berjongkok di hadapanku. Saat kami sudah di halte dekat rumahku.
"Ya! Apa yang kau lakukan?" pekikku tertahan.
"Naiklah. Aku akan menggendongmu sampai rumah." ucap Bin.
"Ya! Kau gila?!"
"Cepatlah. Aku lelah."
"Enggak." ucapku sambil berusaha agar Bin bangkit berdiri.
"Naik dulu baru aku berdiri." ucap Bin.
"Gak ah. Malu. ini banyak orang, Bin."
"Aku gak peduli. Cepat naik. Kakiku sudah keram." aku menatapnya sejenak dan mau tak mau aku akhirnya naik ke punggungnya.
"Woww!!" pekikku terkejut. Karena aku tidak menyangka kalau digendong dipunggung, akan menjadi setinggi ini.
Bagaimana tidak? Manusia ini memiliki tinggi 180cm dan masih akan bertumbuh. Dan aku yang memiliki tinggi hanya 160cm ketika digendong seperti ini, aku seperti melayang.
"Bin-ah, aku takut. Kenapa jadi setinggi ini?" ucapku sambil meremas baju Bin dibagian bahu dengan kuat.
"Berpeganglah erat padaku. Akan kupastikan kau pulang dengan selamat, Park (Y/n)." ucap Bin. dan aku langsung memeluk leher Bin dan menenggelamkan wajahku ke leher Bin.
Sampai di gedung apartemenku, aku mendengar seseorang memanggilku.
"(Y/n) nuna!" seketika aku dan Bin langsung menoleh ke arah sumber suara dan melihat Minhyuk yang datang dari arah kami datang tadi.
"Eoh, Minhyuk-ah." ucapku. Aku melihat Minhyuk menatap Bin dengan tatapan sangat sinis.
"Ada apa?" tanya Bin dengan sangat polos.
"Masih berani kau pulang bersama (Y/n) nuna setelah kau meninggalkannya di perpustakaan sendirian kemarin?" tanya Minhyuk dengan nada dingin.
"Kemarin?" tanya Bin bingung.
Aduh, apa Minhyuk akan mengatakannya pada Bin? Astaga anak ini.
"Tidak-tidak, bukan apa-apa. Lupakan saja. Aku dan Minhyuk masuk dulu ya." ucapku yang langsung membekap mulut Minhyuk dan menggiringnya masuk ke apartemenku.
"Makasih sudah mengantarku sampai sini. Nanti akan kuhubungi." ucapku sebelum menutup pintu.
"Ya. kan sudah kubilang jangan bilang apapun pada Bin." omelku pada Minhyuk.
"Bukankah dia berhak tau kalau kau di-bully di sekolah karena hubungan kalian?"
"Tidak sekarang, Minhyuk-ah."
"Kenapa?"
"Pokoknya jangan." ucapku yang kemudian meninggalkannya ke kamarku.
Sampai di kamar, aku langsung berganti pakaian dan bermain dengan hpku. Aku mengirim pesan pada Bin apa dia sudah berada di rumah atau belum. Setelah beberapa menit menunggu balasannya, tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke hpku dan aku melihat nama Bin di layar hpku.
"Ya, Bin? Kau sudah sampai rumah?" tanyaku.
"Baru saja. Ah, aku ingin tanya sesuatu." aku hanya diam menunggu pertanyaannya.
"Apa maksudnya Minhyuk, tadi?"
"Eh? Eng.. yang mana?"
"Itu, yang dia bilang aku meninggalkanmu sendirian di perpustakaan."
"Eng itu.. Bukan. Bukan apa-apa."
"Serius?" tanya Bin dengan ragu.
"Aku serius Binie. Itu bukan apa-apa. Lupakan saja."
"Hmm.. baiklah kalau itu bukan apa-apa."
"Kau sudah makan?" tanya Bin membuka pembicaraan.
"Belum."
"Tadinya aku ingin mengajakmu makan bersama." ucap Bin.
"Ya sudah mau makan di mana?"
"Di rumahmu?" tanya Bin.
"Hmm.. aku harus tanya Jinwoo oppa dulu. Hehe."
"Ya sudah kalau sudah tanya, beritahu aku. Aku mau main dulu ya." pamit Bin.
"Cih! Main mulu!!" pekikku kesal.
"Hehe."
"Ya sudah kututup." ucapku kemudian menutup telfon.
***
Malam harinya, Bin datang ke apartemenku dan kami makan bersama, berempat.
Hari ini aku tidak memasak apapun, dan Jinwoo oppa memutuskan untuk membeli makanan dari luar.
Saat kami sedang menikmati makanan, tiba-tiba Jinwoo oppa bertanya pada Bin.
"Bin-ah, kenapa kemarin kau meninggalkan (Y/n) di perpus? Kau tidak tau dia dihukum merapikan buku-buku di perpus?" tanya Jinwoo oppa. Keadaan langsung hening, aku menatap Jinwoo oppa dengan tatapan terkejut sedangkan Bin menatap ke arahku dan Jinwoo oppa dengan tatapan bingung.
"Maksud hyung?"
"Kau tidak tau (Y/n) di hukum di perpus?"
"Dihukum kenapa?" tanya Bin dengan tatapan bingung. Aku hanya menundukkan kepalaku. Aku memang menceritakan semuanya pada Jinwoo oppa dan Minhyuk, tapi tidak dengan Bin.
Kenapa? Entahlah aku hanya merasa aku tidak ingin melibatkannya dengan masalah ini.
"Nuna berantem dengan temannya yang anak kepala sekolah." ucap Minhyuk.
"Kenapa kau tidak cerita padaku?" tanya Bin padaku dengan nada yang dingin. Aku hanya menggelengkan kepala.
"Aku akan buat perhitungan dengan Hyera, besok." gumam Bin dengan nada emosi. Aku melirik ke arahnya dan dia terlihat begitu marah.
***
Aku dan Eunwoo oppa jalan-jalan di taman kota dengan Eunwoo oppa tetap menggendongku. Kecuali saat ada di bus, tidak mungkin kami piggy back riding di bus, kan?
"Oppa, apa gak capek terus menggendongku?" tanyaku.
"Tubuhmu sama sekali tidak berat kok."
"Apa kita akan berjalan seperti ini sampai pulang?"
"Kalau kau mau, akan kulakukan."
"Ti-tidak. Jangan seperti ini terus. Tolong turunkan aku."
"Oke baiklah." Eunwoo oppa menurunkanku dan diam di hadapanku membuatku harus mendongakkan kepalaku untuk bisa menatapnya seutuhnya.
Tiba-tiba Eunwoo oppa membungkukkan badannya ke arahku dan mendekatkan wajahnya dengan wajahku.
Dengan reflek aku langsung memundurkan kepalaku juga kepalaku namun kakiku tidak beranjak.
"Haha! Kenapa wajahmu sangat menggemaskan?" tanya Eunwoo oppa yang langsung menegapkan badannya lagi dan terkekeh. Aku hanya memanyunkan bibirku dan menunduk. Wajahku terasa sangat panas.
"Kau ingin makan sesuatu? Ini jam makan siang, lho." ucap Eunwoo oppa.
"Terserah."
"Oke." ucapnya yang kemudian meraih tanganku dan menggandengnya. Aku hanya menundukkan kepala karena aku sangat yakin mukaku sudah memerah seperti kepiting rebus.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Romanceaku sejujurnya bingung mau kasih sinopsis apa.. yang jelas ini alur maju mundur. kalo pusing, maafkan aku. kalo banyak typo juga maafkan aku hehe.. intinya adalah ini cerita flashback kamu sama Mbin, si Meongyangi yang sekarang sudah terlampau tampa...