Masih tentang masa SMA, sebenarnya banyak sekali sosok yang sudah aku lihat. Yang aku tuliskan hanya segelintir dari mereka yang pernah berhubungan langsung denganku. Aku sudah bukan bocah lagi, usiaku sudah 17 tahun. Dan aku sudah semakin paham soal mereka. Sedikit demi sedikit aku mulai belajar soal silsilah keluarga, darimana aku mendapatkan kelebihan seperti ini. Papa juga sudah tidak segan membagi cerita maupun pengalamannya.
Sore ini pukul 06.00, aku dan beberapa teman sedang berada di terminal tempat kami menunggu bus datang, tujuannya 1. Bumi Perkemahan, aku lebih banyak menghabiskan waktu liburanku untuk Camping, susur hutan, menemukan jalan-jalan baru ke sungai yang ada dihutan, belajar survive, itu lebih menarik daripada harus keliling Mall.
Beruntung, kami tidak ketinggalan bus terakhir. Dijamanku dulu. Kami diijinkan untuk naik di atas bus. Di karenakan biaya sudah pasti lebih murah, maklum kantong anak sekolahan. Bumi perkemahan tempat aku biasa menghabiskan liburan berada di dekat pegunungan, aku benar-benar suka tempat itu. Aku suka mencium aroma pohon di pagi hari, mendengar suara sungai, wangi rerumputan, aku benar-benar suka dengan ketenangan ditempat itu.
Waktu maghrib sudah tiba, kami masih berada di atas bus. Jalanan diperbukitan sudah mulai gelap, tidak ada penerangan di sepanjang jalan ini. Hanya ada cahaya yang berasal dari kendaraan lewat, dingin sudah mulai menusuk ketulangku. Ya disini sangat dingin, maklum saja. Ini adalah daerah perbukitan dan pegunungan. Bus kami perlahan menaiki jalan yang menanjak, aku tidak bisa melihat jelas sekelilingku malam ini.
Kami menikmati setiap perjalanan, bermain gitar diatas bus, bernyanyi pelan, masa SMA memang indah bukan. Sampai akhirnya ketenangan yang kurasakan terusik karena kehadirannya. Bus melaju pelahan ketika menuju jalanan yang mendaki, disebelah kiri jalan ada bangunan kecil yang tidak terpakai. bangunan sekotak bekas talang air PDAM yang tidak terpakai. Tidak terlalu tinggi, mungkin hanya sekitar 2 meter. Diatas bangunan itu duduk sesosok wanita, memakai baju putih panjang. Rambutnya tergerai sangat panjang.
Dia memainkan rambut panjangnya, sambil tertawa cekikitan. Aku tau itu dia bukan manusia, kita sering menyebutnya KUNTILANAK. Aku sudah pernah melihat mereka sebelumnya, tidak banyak perbedaan. Hanya saja kali ini aku tidak melihat 1 sosok. Setelah sosok yang duduk manis diatas bangunan yang tidak terpakai. Ada beberapa lagi sosok kuntilanak yang bergelantungan diatas pohon. Mereka seperi komunitas yang sedang berkumpul. Disetiap pohon-pohon besar di sekitaran bukit ada mereka. Wajar saja aku merasa cuaca ini jauh lebih mencekam dari sebelumnya.
Aku mendengar mereka tertawa cekikikan, duduk diatas ranting-ranting pohon besar sambil mengayun-ayunkan kakinya. Rambut mereka panjang melebihi panjang badannya, ada yang memiliki wajah, ada yang wajahnya rata, bahkan ada yang malu menunjukkan wajahnya (tertutup oleh panjang rambutnya).
Aku mulai menghentikan nyanyianku, merapalkan semua doa-doa yang aku tau. Kemudian memejamkan mataku, ketika sala seorang teman bertanya kenapa aku berhenti menyanyi. Aku hanya menjawab singkat "AKU MENGANTUK", dan sudah menjadi kebiasaanku untuk tidak menceritakan apapun yang aku lihat. Karena jika aku ceritakan mungkin sebagian orang akan mempercayaiku dan sebagian tidak. Atau bahkan mereka akan ketakutan, aku tidak mau itu.
Pukul 20.00 setelah menempuh perjalan sekitar 2 jam dari kotaku, kami sudah tiba di bumi perkemahan. ada 10 orang yang ikut dalam perkemahan kali ini. 4 orang wanita dan 6 orang pria. Aku melupakan apa yang kulihat di perjalanan tadi. Dan kami mulai berjalan menuju spot yang kami inginkan. Air terjun.
Air terjun itu berada di tengah-tengah hutan melewati tempat perkemahan, kami tidak menginginkan zona nyaman. Camping di perkemahan yang telah disediakan tidak membuat kami tertarik, dari pintu masuk bumi perkemahan menuju air terjun harus ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 1,5 jam jika disiang hari. Jika dimalam hari mungkin lebih. Ini kali pertama kami menempuh perjalanan malam menuju hutan.
Perjalan mendaki gunung berbeda dengan perjalanan menyusuri hutan dan sungai, jika digunung setiap perjalanan sudah terdapat pos pemberhentian dan memang sudah ada team SAR yang akan mengawasi maka perjalan ke hutan menuju air terjun ini tidak ada pengawas. Aku berdoa dalam hati, dan kami mulai melakukan perjalanan. Dingin yang benar-benar menusuk sampai ketulang, kami terbiasa mengikatkan tali di pinggang sepanjan 1 meter kami secara berurutan. Itu berfungsi agar kami tidak terpisah satu sama lain.
Kami tiba di spot tujuan tepat pukul 22.30, Sampai disana kami memulai membagi tugas. Sebagian membangun tenda, sebagian menghidupkan api, mengambil air untuk dimasak dan lain sebagainya. setelah semuanya selesai kami tidak bergadang lagi, melainkan masuk ke tenda dan beristirahat. Ah semoga camping 3 hari 2 malam kali ini berjalan lancar. Doaku...
KAMU SEDANG MEMBACA
MATA BATHIN
HorrorINI BUKAN KISAH KARANGAN ATAU KHAYALAN, INI SEMUA NYATA. BUKA MATAMU, BUKA MATA HATIMU. MEREKA DISINI, BERSAMA KITA. CANT YOU FEEL THEM ??? I CAN FEEL THEM...