BAGIAN 8

14 2 0
                                    

Aku benar-benar suka udara pagi di hutan ini, suara sungai, suara kicau burung. Benar-benar sungguh luar biasa ciptaan sang Khalik, pagi ini selesai mempersiapkan sarapan pagi yang ala kadarnya kami duduk sebentar.

"Kita mandi ke sungai yok" Ucap Nida temanku

"Boleh, ayoklah sekarang kita gerak" Jawab Dona

Aku dan Putri hanya mengangguk setuju, kemudian bersiap-siap untuk pergi menuju sungai untuk mandi. Tenda yang kami bangun hanya berjarak 300 meter dari sungai. Aku masih sempat bercanda dengan teman-teman ku yang lelaki.

"Hey, jangan ada yang ngintip ya !"

Mereka melirik dan menatap jijik kami berempat, Nida dan Dona tertawa terkekeh melihat ekspresi mereka berenam. Yah persahabatan kami sudah terjalan sangat baik, sampai rasanya tidak mungkin ada perasaan yang keluar dari jalur. Kami berempat berjalan menuju sungai, sesekali tertawa. Aku sudah bisa mendengar suara gemercik air dari air terjun kecil disungai itu. Aku mengambil ranting yang tergeletak di tanah, menggunakannya untuk menghalau rumput-rumput liar yang menghalangi jalan. Dan akhirnya kibasanku terhenti sesaat ketika samar-samar aku mendengar suara tabuh gendang berbunyi, aku juga mendengar suara riuh orang-orang yang sesaat seperti menyambut kedatangan kami.

Aku takut, ini pertama kalinya aku mendengar suara tabuh gendang dan suara riuh sambutan dari mereka yang tidak dapat aku lihat, ya kali ini aku tidak dapat melihat mereka. Aku hanya bisa mendengar suara ramai mereka. Aku tidak menceritakan kepada ketiga temanku yang lain soal apa yang aku dengar. Aku bersikap tenang, mandi dan menikmati segarnya airnya sungai. Selesai mandi aku dan temanku duduk di bebatuan didekat sungai. Aku masih menguping pembicaraan mereka yang tidak dapat aku lihat, suara derasnya arus air tidak mengurangi suara mereka. Ini sepeti perkampungan, ya ini adalah perkampungan bunian. Aku tau kami berada diperkampungan bunian. Ini benar-benar pertama kalinya aku berada ditempat ini. Tapi aku bingung kenapa kali ini aku tidak mampu melihat mereka.

Aku berusaha sebisa mungkin membuka mata batinku, tapi aku gagal.

"Ayo kita kembali ke perkemahan" Ucapku pada mereka

"Ayoklah kita gerak" Jawab Nida

kami berjalan menuju tempat kami berkemah, aku masih tetap mendengar warga perkampungan ini berbicara. Seperti di pasar, sesekali mereka berbisik menceritakan kami berempat. Hilangnya konsentrasiku membuat kami masuk kedimensi lain saat itu, Ya kami tidak dapat menemukan jalan pulang !!!!

Sekali lagi aku kembali mengingat, jarak antara tenda dan sungai hanya 300 meter. Dan tidak ada jalan berkelok, lurus saja kemudian kami sampai di sungai. Kami tidak sadar sudah berapa lama kami terus memutari tempat yang sama berulang kali. Aku sudah melihat wajah lelah teman-temanku. Lalu kuputuskan untuk duduk dan berhenti sejenak. Putri dan Dona mulai menangis, Temanku Nida berlarian kesana kemari mencari sinyal Handphone.

Aku duduk diatas sebuah batu, aku memejamkan mataku kemudian membaca doa Nur Nubuwwah yang sudah diajarkan Papa. Aku mengulangi doa tersebut kemudian membaca Surat Pembuka Al Fatihah setelahnya. Kemudian membuka kembali mataku, lalu aku melihat sekelilingku. Baru aku sadari bahwa tidak ada satupun  pohon yang bergerak tertiup angin. Aku tidak juga mendengar suara air. Hutan ini jadi aneh fikirku, tak lama setelah itu aku mendengar suara laki-laki memanggil nama kami.

Dewiii.... Nida.... Putri.... Dona.....

Sontak aku berdiri mencari sumber suara dan ternyata teman-temanku sudah menemukan kami, dan yang lebih aneh mereka hanya berjarak 100 meter dari tempat kami duduk, aku berteriak memanggil mereka. Mereka melihat kami kemudian berlari menuju tempat kami duduk.

"Astagaaaaaa, dari mana saja kalian ?"

"Kami tersesat"

"Apa ? Bagaimana mungkin, ini bukan pertama kali kita kemari"

MATA BATHINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang