HARI INI

75 1 0
                                    

Tepat pukul 10:23 pagi ini aku duduk manis depsn teras rumah bayu,  dengan pemikiran bercabang tentang perjalan dan tisya kekasihku. Tentang melanjutkan atau kembali pulang membenar kan. Sungguh aku begitu terbebani dengan penyabangan pikiran yang luar biasa parah.

Tak lama, handphone ku berdering. Tisya yabg telfon.

"hallo mas" murung sekali nandanya,  aku cemas entah mengapa.

Tanpa banyak basa basi ku jelaskan semua perihal yang menyangkut panggilan tak terjawab sore itu,  belum habis ku jelaskan tisya memotong penjelasan ku, dengan desak tangis yang luar biasa.

"sudah mas, ibuk sudah pergi"
Terdiam, aku tak bergerak,  terpukul, aku menitihkan air mata. Baru kearin tisya bilang ibu nanyain aku, sungguh aku terbebani. Sungguh aku salah.

"malam ini mas balik,tunggu di rumah"

"ngga mas,  bukan itu. Lanjutkan perjalanan mu, bawa mimpiku bersama mu."

"ngga sya,  mas mau balik! "   tangisan ku semakin merintih,  merasa bersalah akan hal ini,  tak sanggup lagi aku berkata.

"jangan mas,  saat di rumah sakit,  ibu bilang,  jangan izinkan kamu balik,  sebelum mimpi mu selesai,  mimpiku ada di kamu mas,  tolong. Lanjutkan. Ibu sudah pergi, ibu akan lebih baik jika kau melanjutkan mimpi kita."

"tapi sya,  ini tentang kamu. Aku salah,  maaf,  aku ga angkat telfon mu.  Maafkan aku"

"tidak apa mas,  aku baik,  lanjutkan ya. Ku mohon. "

"baik sya,  terimakasih, aku selesaikan ini dulu."

"iya mashati-hati,  jaga dirimu baik baik. Tisya tinggal dulu yah,  mau ke ruang tamu dulu"

"kenapa kamu ngga? " ibu bayu keluar,  duduk di samping ku,  membelai pundak ku,
"kenapa ngga,  sudah-sudah. Mari cerita ke tante."

"ibu tisya meninggal tan."

"innalillahiwainnailaihirojiun, semoga amal ibadah nya di terima"

"aminnnn"

"lalu apa yang membuat mu masih di sini? "

"tisya, melarang aku kembali tante,  sebelum aku selesaikan perjalanan ku ini."

"lalu kamu mau kemana?"

"lombok tan,  besok aku beli tiket.

"mau ngapain ke sana? "

"aku mau ke rinjani tan, lanjutkan mimpi ku,  lalu ke padar island,  sampaikan salam tisya untuk nya."

"ohh gitu,  ysaudah,  lakukan lah,  bismillah,  jangan tinggalin shalat ya"

"iya tan,  pasti. Doain ya tan,  doain ibu tisya juga"

Tanpa basa-basi,  aku booking tiket penerbangan ke lombok,  akan aku sampaikan salam tisya pada padar island,  akan ku terikana permintaan maaf ku di puncak rinjani,  dan terimakasih tuhan telah pertemukan aku pada tisya,  gadis yang paham akan hobi ku,  gadis yang mengerti tentang mimpiku,  lalu akan ku jaga dia sebaik yang aku bisa.

Malam sebelum penerbangan ku, aku ikut makan malam bersama keluarga bayu (hari terakhirku di bali) sekaligus berpamitan dan berterimakasih telah menampung ku di bali,  keluarga hebat ini tak akan aku lupakan.

SETAPAK JEJAK, CINTA, DAN SAHABAT. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang