Sight - Jeonghan

60 2 0
                                    

  Rutinitas baru di pagi hari yang sekitar setahun lebih dua bulan ini selalu kulakukan. Setelah bangun tidur aku harus langsung mempersiapkan sarapan. Untuk dua orang lebih tepatnya. Aku dan suamiku, Yoon Jeonghan. Aku selalu bangun lebih awal untuk mempersiapkan keperluannya juga.

  Aku menguncir tinggi-tinggi rambutku kemudian melingkarkan tali celemek dipinggangku.

  "Kita lihat menu sarapan hari ini." gumamku sambil membuka kulkas.

"Bokkeum bap sepertinya enak." aku langsung mengambil beberapa bahan dan menutup pintu kulkas.

  Setelah memotong beberapa bahan kemudian aku memanaskan minyak di teflon dan mulai menyangrai bumbu. Aku berhenti mengaduk sebentar karna bumbu nya terlalu menyengat dan membuatku bersin-bersin. Hal yang paling ku benci saat memasak adalah di bagian ini.

  "Eoh chagiyaa~" suara serak yang merdu memanggilku. Aku pun menoleh ke belakang dan melihat Jeonghan oppa mengucek-ucek matanya. Aigoo neomu gwiyeowo~

  "Kau membuatku bangun dari mimpi indahku." rengeknya sambil mendudukan diri di kursi pantry.

  "Bilang saja kalau kau bangun karna lapar." protesku sambil tetap fokus memasak.

  "Eoh oppa! tolong ambilkan garam didekatmu itu." Jeonghan oppa beranjak dari tempat duduknya menuju kearahku.

  "Ini garamnya." katanya sambil mengucek-ucek matanya lagi.

   Aku mengambilnya tapi sepertinya ada yang salah.

   "Oppa! Bangunlah!" seruku membuat Jeonghan oppa kaget dan bertanya-tanya.

  "Waee? Waeyoo?" tanyanya kebingungan.

  "Yang kau ambil ini gula bukannya garam!" aku menunjukkan wadah gula ini kearahnya.

  "Jinjja?!" Jeonghan mengambilnya dan mendekatkan jarak pandangnya. "Tapi.. aku mengambil garam bukannya gula. Aku juga masih bisa membedakan yang mana garam mana gula, y/n-ah."

  "Lalu bagaimana kau bisa salah mengambilkannya?!" aku mengambil garam sebelum masakanku gosong.

  "Mollayo." Jeonghan mengendikan bahunya kemudian beranjak pergi mandi. Aku hanya mendecak kesal lalu kembali memasak.
_______

   "Eoh chagiyaa~" panggil Jeonghan setelah selesai mandi.

  "Apa lagi, hm?" aku menata sarapannya dipiring kemudian melepas celemeknya.

  "Sepertinya ada yang salah denganku." dia duduk di hadapanku sambil memijat pangkal hidungnya.

  "Kenapa? Kau pusing? Ada masalah di kantor?" tanya ku sambil mendudukan diriku di kursi pantry.

  "Ah tidak.. tidak.. hanya sedikit pusing.. tapi tak apa.." jawab Jeonghan sambil mengibaskan tangan. Sepertinya dia tak ingin membuatku terlalu khawatir.

  "Jeongmalyo? Kalau kau sakit lebih baik jangan berangkat kerja dulu." aku mencoba mengecek suhu pada dahi nya.

  "Tidak panas, hangat tapi masih tetap normal." gumamku sedikit keheranan.

  Jeonghan menurunkan tangan kiri ku kemudian mengusapnya. "Kubilang aku tidak sakit, hanya sedikit pusing. Aku akan tetap berangkat kerja. Tak enak jika terus-terusan merepotkan sekretaris Kim." Jeonghan tersenyum lebar walau aku tahu itu senyum yang dipaksakan.

  "Kau keras kepala! Ya sudah, Cepat habiskan sarapammu dan minum obat kalau perlu. Aku tidak ingin kau sakit!" ketusku sebelum menyantap sarapanku.

  "Siap! nyonya Yoon y/n." candanya di sela mengunyah sarapannya. Semoga saja kau tidak tersedak, tuan Yoon.

  "Boleh aku minta sosis milikmu?" tanyanya sambil melihat beberapa potong sosis di piringku.

  Aku hanya berdeham untuk mengiyakan. Jeonghan oppa mulai menjulurkan tangannya.

  "Ya! ya! Kenapa menumpahkan nasinya?! Sosisnya ada di sisi ini." protesku saat Jeonghan oppa "menghancurkan" sarapanku dengan menumpahkan beberapa bulir nasi.

  "eoh! aneh sekali~" Jeonghan oppa nampak sedikit terkejut.

  Aku mengkerlingkan mataku. "Kau memang aneh! ada apa denganmu? Kau benar-benar sudah bangun belum sih?! semua sosisnya di sebelah kanan bukan di sebaliknya." aku mulai emosi. Hal kecil seperti ini benar-benar membuatku marah.

  "Y/n-ah?" kali ini dia menatap ke arahku. Kedua tangannya terulur ke wajahku. "Wae?! Kau mau apa?!" Jeonghan oppa tidak menjawab. "Ya! kenapa kau melepasnya?! aku tidak bisa melihat dengan jelas!" Jeonghan oppa melepas kacamata ku dan malah memakainya.

  "Y/n-ah?!" seru Jeonghan oppa. Seperti anak kecil yang baru saja mendapat mainan baru.

  "Ada apa lagi?! cepat kembalikan kacamataku. Mata mu akan sakit, minusnya sudah terlalu banyak!" Aku hendak mengambil kembali kacamataku tapi Jeonghan oppa malah menepuk tanganku.

  "Heish! apho! (sakit!)" aku hampir menepuknya balik tapi tangannya lebih cepat menahan tanganku.

  Bukannya mengembalikan kacamataku, dia malah melihat kesekeliling sambil tersenyum. "gila!" celetukku. Jeonghan oppa memakaikan kembali kacamataku.

  "Y/n-ah, dimana kau menyimpan kacamata ku yang dulu? sepertinya aku membutuhkannya." aku menautkan kedua alisku.

  "Kau kena rabun jauh?" selidikku penuh tanya. setahuku Jeonghan pernah menggunakan kacamata itu tapi kupikir itu hanya kacamata biasa.

  "Aku memang sudah rabun jauh, kurasa sekarang bertambah parah karna aku jarang menggunakan kacamata." jelasnya sejelas-jelasnya.

  "Pantas saja kau salah mengambilkan garam." dia hanya tertawa menanggapi. "Kupikir tadi kotoran di matamu terlalu besar dan belum kau bersihkan, jadi kau tidak bisa membedakan mana garam dan mana gula." candaku diakhiri dengan decakan geli.

  "Dasar! aku bukan dirimu yang sejorok itu." ejeknya padaku sambil menjulurkan lidahnya. Aku hanya mengumpatnya balik dalam diam.

"Cepat habiskan sarapanmu dan berangkat kerja. Aku akan mencarikan kacamatamu lagi nanti. Kalau tidak sepulang kau kerja, kau bisa memeriksakan mata mu lagi." dia hanya menganggukkan kepalanya kemudian kembali menghabiskan sarapannya yang bahkan sudah dingin.

  "Walau aku tidak bisa melihat benda dengan jelas.." kata Jeonghan oppa di sela makannya.

  'lihat, sepertinya dia akan mengkardus lagi.' tebakku dalam hati.

  "..tapi aku tetap bisa melihat kecantikam wajahmu dari sisi manapun dan dari jarak sejauh apapun." Kekehnya diakhir kalimat.

  'iyakan?! minta dicolok juga makhluk satu ini.'

  "Sudah berangkat kerja sana! kau membuatku ingin memuntahkan seisi perutku." aku pura-pura menutup mulut dengan kedua tanganku.

  "Aish! arraseo, dasar wanita lemah asmara." ejeknya lagi.

  "Ya!" amukku. Jeonghan oppa segera berlari menjauh. Aku hanya terkekeh geli padahal jantungku sudah berdetak tidak normal karna hal sederhana yang dia lakukan. Hanya senyuman saja sudah terasa memabukkan.

END

What do you feel guys? Is it too cheesy, isn't it? :v

What do you feel guys? Is it too cheesy, isn't it? :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SVT's IMAGINE and FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang