Di sisi timur sekolahan, Taehyung, Jihoon, Jinyoung dan beberapa siwa kelas dua lainnya berlari tergesa sambil sesekali salah satu di antara mereka terbatuk lelah.
Tunggu! Suara batuk siapa itu? Jihoon menoleh ke belakang saat ia sadar ada Jinyoung yang entah sejak kapan ikut berlari bersama mereka. Dia batuk, cukup parah. Tidak hanya menggambarkan lelah, tapi juga sakit sepertinya.
Jihoon menarik tangan kurus Bae Jinyoung. Berhenti berlari, tidak memperdulikan Taehyung dan teman temannya yang sudah semakin menjauh.
"Kenapa kau ikut berlari? Aku tidak sudi menguburkanmu sekarang, Bae Jinyoung. Pulang saja. Aku akan menggantikanmu membantu Taehyung dan..... Jungkook"
"Tapi....."
"Pulang! Kau harus pulang. Orang tuamu menunggu di meja makan" Tegas Jihoon meminta Jinyoung menurutinya.
"Aku tidak ingin pulang sendirian. Kita semua harus pulang"
"Iya. Aku janji aku dan teman teman kita akan pulang." Jihoon bergeming, menatap pada arah mata hatinya sendiri. Aneh memang, Jihoonpun merasa ada yang aneh di dalam hatinya. Ada sedesir rasa takut kehilangan, tidak ingin Jinyoung terluka. Seolah pertemanan mereka sudah sampai pada tahap saling memahami satu sama lainnya.
Padahal, kalau di ingat lagi. Kedekatan mereka hanya sebatas kaleng minuman cola pemberian Jinyoung. Itu saja, tidak istimewa. Tapi, entah terlalu gede rasa atau apa, Jihoon merasa bahwa Jinyoung membutuhkannya. Layaknya teman, yang entah mengapa Jihoon pun yakin Jinyoung akan selalu membutuhkan bantuannya. Haha terlalu percaya diri memang, tapi itulah apa yang Jihoon fikirkan sekarang.
"Berjanjilah untuk selamat." Bulir air mata yang baru menggenangi area dalam mata Jinyoung tertangkap oleh sorot Jihoon yang tajam. Baiklah, ini yang paling Jihoon benci. Suasana kacau antara sedih dan haru bercampur aduk. Jinyoung menangis, oke, jika memang itu bukan tangisan takut kehilangan Jihoon, setidaknya Jihoon sudah menangkap bahwa itu adalah air mata untuknya.
“Jangan menangis”
“Berjanji!”
Jihoon tidak segera menjawab, hanya menghela napas panjang lalu menepuk dua pundak Jinyoung pelan, sampai akhirnya tersenyum “Iya” katanya lalu beralih pada Yoongi yang entah kenapa masih mematung di depan pintu kelas mereka, tapi sejujurnya memang tidak heran. Tidak mungkin Yoongi akan ikut memberi tau semua orang untuk pulang, sudah pasti ia akan pulang lebih dulu. Wajar saja.
“Min Yoongi!!”Seru Jihoon membuyarkan lamunan orang yang baru ia sebut namanya.
“.....aku titip Jinyoung. Bawa dia pulang bersamamu” Sambung Jihoon.
Sebenarnya, lamunan dalam benak Yoongi yang memang kadang dangkal kini tengah berputar sejuta resah yang luar biasa. Apalagi melihat teman temannya berhambur keluar kelas yang entah itu ikut memberi tau murid lain atau pun pulang tanpa mau ambil tau lagi pada teman teman mereka yang lain. Bingung dan takut rasanya. Bingung harus ikut pada kerumunan mana, atau bahkan takut salah memilih dan tetap akan menyesal apapun jalan keluarnya.
Tidak mungkin ia pergi, kasar rasanya. Membiarkan teman temannya berjuang sendirian, disaat ia memilih untuk pulang. Tapi, kalau dia ikut berpartisifasi, Yoongi takut mati. Senyuman adiknya, dan kekonyolan penuh hangat dalam lingkup keluarganya mengambil alih fokus. Ratu hatinya kini berpusat pada rumah. Yoongi ingin pulang.
Dua hari lagi, adalah hari ulang tahun adiknya. Dan Yoongi tidak ingin melewatkan itu.
“Percayakan dia padaku” Balasnya santai. Menarik diri untuk mendekat pada keduanya lalu menuntun salah satu tangan Bae Jinyoung untuk mengikuti arah langkahnya. Mereka akan pulang, tidak, lebih tepatnya minggat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide and Seek || Jungkook 『End』
Fanfiction[Mistery/Thiller] "One of them are killer? Oh, maybe the killer is you? ssshhh! if you choice a wrong way, you'll die!!"