[14]

1K 162 34
                                    

Ada bunga yang mekar berduri, ada rumput yang terinjak karena dianggap tidak berarti


“Kunci utama penyerangan, kalian hanya perlu bertahan. Aku yakin dia tidak menyiapkan rencana apapun untuk mengatasi keadaan semacam ini, Hans sudah terlanjur menganggap dirinya menang. Jika sempat, buatlah senjata agar kalian tidak keluar dengan tangan kosong” Luna merapikan rambutnya yang acak acakan setelah dipeluk erat si ketua kelas. Menerangkan rencana yang ia susun untuk membantu mereka yang selamat agar bisa terbebas dari Hans. Setidaknya sebelum ia menghilang, ada satu hal berguna yang ia lakukan menggunakan suara.

“Bergerak sekarang?”

“Tunggu apa lagi? Anak anak lain sedang membutuhkan bantuan, mereka dalam bahaya” komando Luna, berdiri mendahului yang lain.

“Nanti, kalau kau selamat. Jangan lupa, tubuhku ada di gudang belakang. Setidaknya, aku ingin menghirup wangi bunga” imbuh si gadis lalu tersenyum manis memperlihatkan deretan gigi putih kecilnya. Namun, senyum itu tidak bertahan lama, saat sorot matanya tidak sengaja menangkap bayangan aneh tepat disamping kanannya, kemudian beralih menatap tubuh Jinyoung yang tengah terlelap di samping Seokjin. Ada hal ganjil, yang akan sangat berat jika di ucapkan. Mata Luna memejam kuat, melirik Jungkook yang perlahan bangkit berdiri di susul yang lainnya, juga Seokjin yang kembali menggendong tubuh Jinyoung tanpa tau bahwa tubuh itu kini- sudah tidak bernyawa. Maaf Jungkook, sepertinya kau harus merasa kehilangan lagi.

“Lihat apa yang aku dapatkan” Intrupsi Yoongi antusias setelah kembali dari arah kanan ruang guru. Memperlihatkan sebuah pisau belati berukuran sedang yang berhasil ia dapatkan dari laci meja pak Sangmin.

“Waw, bagaimana kau tau ada belati disana?” Tanya Jungkook, menilik belati di tangan Yoongi.

“Pak Sangmin, dia pembina ekskul mapala. Aku sering melihatnya memainkan belati di area sekolah, kufikir dia menaruhnya dilaci meja-ternyata tebakkan ku benar” Jawab Yoongi kemudian menyerahkan belati itu pada Jungkook. Yang kemudian hanya dibalas tatapan bingung dari si ketua kelas. Menyadari Jungkook tidak menangkap maksud dari perlakuannya, Yoongi kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Biasanya, kriminal sepertimu sering akrab dengan barang barang seperti ini, kan. Aku... emm kau tau, aku punya trauma dengan belati” imbuhnya kemudian lalu tertawa canggung.

“Kau menyuruhku menggunakan ini?” tungkas Jungkook. Yang kemudian di angguki Yoongi.

“Aku jago karate. Kau bisa mengandalkan tinjuanku”

“Baiklah. Jaga Kenta, pastikan dia selalu ada di sampingmu. Dan kau Seokjin hyung, pastikan kau selalu berada di belakangku, aku akan melindungi kalian dibarisan paling depan” Jungkook meraup belati itu, menggenggamnya dengan sangat kuat. Dalam hati memantapkan niat untuk segera menyudahi kehancuran ini. Jimin, Taehyung, bertahanlah teman kalian yang so keren ini akan segera datang.

“Teman teman-” tiba tiba Seokjin mengintrupsi, menyita perhatian seluruh atensi diruangan guru, menghentikan sejenak niat awal mereka untuk pergi menyusul yang lain. Jungkook yang memimpin di depan pun menoleh, ada apa lagi sekarang?

“Maaf mengatakan hal ini, tapi-” Ujar Seokjin menggantung, menyapukan tatap pada yang lain. Tidak bergerak barang sedikitpun, masih berdiri tegap dengan tubuh Jinyoung diatas gendongannya. “-kurasa aku tidak merasakan detakannya lagi”

Jungkook total membulatkan mata kemudian bergegas mendekati tubuh Jinyoung diatas punggung Seokjin, yang kini tengah menutup mata menyandarkan kepala pada ceruk leher si yang lebih tua. Wajahnya pucat pasi bahkan hampir membiru. Dengan gerakan cepat, Jungkook meraih tangan Jinyoung, menekan tepat pada bagian nadi memastikan sendiri apa yang tadi dikatakan Seokjin. Berharap dengan sangat bahwa itu tidak benar, semoga saja Seokjin hanya salah merasakan, bukannya tadi Jinyoung hanya ijin tidur sebentar? Dia tidak pernah pamit untuk pergi.

Hide and Seek || Jungkook 『End』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang