"Alva, nanti kau tidak perlu menjemputku, oke?"
Alvaro dan Adsila masih berada didalam mobil meskipun dihadapan mereka kini adalah bagunan megah tempat orang orang menuntut ilmu mereka. Alva menatap Adsila disampingnya yang sedang tersenyum penuh arti.
"Memangnya kenapa?"
Alavro tanpa sadar memberikan tatapan curiganya pada Adsila. Pasalnya, jarang sekali Adsila tidak minta dijemput. Sekalipun ia ingin pergi ke mall terlebih dahulu dengan Clara. Tapi ini, untuk pertama kalinya Adsila meminta dirinya tidak usah menjemputnya. Aneh. Apakah gadis ini akan pulang ke mansion sendirian?
"Aku akan berkunjung kerumah Clara. Ibunya baru saja pulang dari rumah sakit"
Adsila menjawab dengan lancar. Tanpa gugup, tanpa lirik kanan kiri atau semacamnya. Yup! Gadis ini sudah membuat alasan agar Alvaro tidak perlu menjemputnya sore ini. Ia hanya berharap dengan alasan yang cukup aneh ini, Alvaro akan percaya dengannya.
"Kau sering berkunjung kesana. Dan aku selalu menjemputmu. Jadi aku akan tetap menjemputmu"
Alvaro menatap Adsila wajahnya mendadak berubah menjadi lesu. Kedua tangan Alvaro berada diatas kemudi.
"Clara akan mengantarku. Kau tenang saja"
Wajah Adsila seakan memohon pada Alvaro."Tidak. Aku tetap akan menjemput"
Adsila berpikir keras. Rasanya tidak mungkin memaksa Alvaro secara tiba tiba hanya dengan alasan itu. Dia harus menggunakan cara lain.
"Oke. Kau menjemputku. Jam 3. Tidak boleh kurang. Bagaimana?"
Ini adalah cara terakhir yang Adsila punya. Ia tidak ingin Alvaro sampai tahu jika siang ini ia akan bertemu dengan Kevin.
"Baiklah. Jam 3"
Alvaro mengulang kata kata Adsila.Tanpa basa basi Adsila keluar dari mobil dan segera memasuki gedung itu dengan perasaan sedikit lega.
🍁
Adsila berjalan menyusuri lorong yang tak sepi itu. Banyak mata yang memandangnya. Apalagi kaum adam, tak henti hentinya mereka melempar senyuman untuk Adsila. Bahkan kaum hawa dengan sopannya memberikan sapaan pada anak pemilik tempat mereka menuntut ilmu ini. Ini bukanlah hal baru bagi Adsila ia hanya membalas sapaan mereka semua dengan senyuman termanisnya.
Adsila memutar haluannya, memasuki sebuah ruangan yang cukup sepi itu. Menghampiri seorang gadis yang tengah duduk tenang bersama dengan handphone ditangannya.
"Clara aku tak habis pikir dengan kakak mu itu!" Omel Adsila secara tiba tiba dan langsung mengambil posisi duduk disamping sahabatnya, Clara.
Gadis itu hanya mengerutkan keningnya setelah memasukkan handphonenya kedalam tasnya. Ia tidak mengerti apa maksud dari ucapakan sahabatnya. Ia tahu siapa yang dimaksud Adsila. Hanya saja Clara tidak mengerti apa yang membuat Adsila mengomel padanya pagi pagi begini. Jarang sekali terjadi.
"Apa yang kau bicarakan?" Clara menatap Adsila disampingnya. Sungguh ia benar benar tidak tahu apa apa. Setelah mengobrol dengan Kevin soal pertanyaannya Clara langsung beranjak tidur. Dan tadi pagi ia tidak bertemu dengan Kevin karena pelayan bilang Kevin sudah pergi sejak jam 5 pagi. Apalagi kalau bukan meeting dadakan.
"Kevin, kakak mu mengajakku bertemu dengannya hari ini. Tidak! Siang ini!" Dengan nada tegas Adsila mengatakan apa yang mereka putuskan tadi malam. Mereka? Tidak hanya Kevin. Karena malam itu Adsila belum mengiyakan ajakkan lelaki itu.
"Ohh itu" Tak ambil pusing Clara kembali mengambil handphonenya ditas dankebali chattingan dengan kekasihnya.
Rupanya Kevin sudah berani mengajak Adsila kencan. Ck! Padahal mereka bru kenalan selama tiga hari. Dasar lelaki itu memang tidak sabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Prince
RomanceKevin sangat mencintai gadis itu. Adsila adalah cinta pertama untuk Kevin. Begitupun sebaliknya. Meski Adsila bukanlah kekasih pertama untuk Kevin. Sampai akhirnya perasaan cinta itu berubah menjadi benci. Adsila mengkhianatinya dengan seseorang. Da...