Satu

8.1K 728 50
                                    

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (QS Az Dzariyat : 49).

{ααα}

Matahari bersinar terik. Suara pengunjung pasar terdengar riuh. Para pedagang sibuk menjajakkan dagangan mereka, para pembeli menyahut menawar agar mendapatkan barang yang mereka inginkan dengan harga murah.

Di antara riuh orang-orang yang memenuhi pasar di hari minggu, seorang wanita berjilbab modis tampak tersenyum di depan wanita paruh baya penjual pakaian. Dia menggendong seorang balita perempuan berpipi tebal. Mengabaikan ceceran eskrim yang mengotori jilbab birunya, wanita itu sesekali memilih pakaian yang akan diberikan sang Tante yang merupakan pemilik toko.

"Tante, Hilya udah bentar lagi wisuda loh, gak pa-pa masih sering dikasih THR baju?" Hilya tersenyum manis. Tante yang sudah seperti ibu keduanya mengangguk.

"Ambil aja, pilih yang Hilya suka."

"Makasih." cengiran Hilya semakin lebar. Dia mencubit pelan pipi keponakannya yang mengelapkan ingus ke jilbabnya. Keponakannya tertawa senang.

"Kalo gitu Hilya ambil yang ini aja." Hilya mengambil tunik biru muda yang tadi sempat menarik perhatiannya. Dia menoleh lalu mendongak saat sadar ada seseorang yang kini berdiri di sampingnya.

Tinggi Hilya hanya mencapai pundaknya saja.

Hilya bergeser, memberi ruang untuk pelanggan. Namun pria itu justru menatapnya dalam, sedetik kemudian mengukir senyuman manis.

"Hilya Delima..."

Hilya yang sempat mengalihkan pandangan ke sisi lain kembali fokus menatap pria yang berdiri di dekatnya. Kenapa orang itu bisa tahu namanya?

Hilya tidak ingat pernah bertemu pria ini sebelumnya.

Siapa?

"Saya?" tanya Hilya heran.

Pria itu menarik napas dalam, mengembuskannya perlahan dan menatap Hilya serius.

"Saya Muhammad Althafranda." Altha memperkenalkan diri. Hilya mengangguk kebingungan. "Langsung aja, saya mau tanya. Kamu punya pacar?"

Hilya menggeleng. Masih tidak mengerti.

"Calon suami?"

Lagi-lagi Hilya menggeleng. Sebenarnya apa tujuan orang ini bertanya hal-hal pribadi?

"Kalau gitu..." Altha sempat menggantungkan kalimatnya. Mata mereka saling menumbuk dalam. "Apa kamu bersedia... menikah dengan saya?"

Hilya berkedip beberapa kali. Dia memiringkan kepala bingung. Apa sekarang dia sedang dilamar di tengah pasar?

"Hah?"

Bersambung...

Kekasih Pilihan AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang