"Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang." (QS. Maryam : 96)
Hilya membaca proposal pernikahannya dari Altha secara saksama. Wanita itu bersandar ke headboard ranjang sambil mendengar lantunan musik yang menentramkan suasana hatinya. Sejak pertama kali mereka bersua, Hilya tahu kelebihan Altha bukan hanya bakatnya sebagai 'stalker' saja. Proposal yang Altha berikan lengkap. Bahkan ada bab khusus yang menjelaskan tentang hobi dan kebiasaan tidur pria itu
Dalam waktu singkat, Altha bisa membuat proposal selengkap ini. Menunjukkan seberapa serius pria itu mencintai dan ingin menikahi seorang Hilya Delima.
Menikah.
Bagi Hilya, kata itu masih menjadi momok paling menakutkan dalam hidupnya. Terlalu banyak memori pahit yang tersirat dari pengalaman-pengalaman sahabat dekat. Hilya juga takut kalau disaat fisiknya menua, dia tidak lagi dicintai sedalam saat awal mereka menikah oleh pasangan hidupnya. Anak, mengurus rumah, mengurus suami. Apa Hilya siap melepaskan hidup bebasnya untuk hidup yang lebih rumit juga ... sakit?
Semua bintang terlihat sama, namun selalu ada yang bersinar paling terang. Semua wanita sama saja, harus diperlakukan lembut dan sama baiknya, tapi ada satu wanita yang akan menjadi satu-satunya, satu wanita yang akan selalu menjadi prioritas utama. Itu kamu, Hilya...
Gombalan receh macam apa ini?
Hilya terkekeh geli.
Di proposal itu, bahkan dijelaskan setelah berumah tangga bukan hanya mereka akan langsung tinggal terpisah dengan kedua orangtua mereka, tapi Altha juga sudah menyiapkan dua ART yang akan mengurus pekerjaan rumah sehinggal Hilya tidak perlu repot beres-beres atau pun memasak.
Hilya juga masih bisa melanjutkan kuliahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Altha tidak akan membatasi pengeluarkan Hilya, dia akan memberikan seluruh penghasilannya pada sang istri. Lalu, mata Hilya terfokus pada bab selanjutnya, poligami.
Hilya tidak pernah melarang seorang pria memiliki lebih dari satu istri, tapi pria seperti itu tidak akan Hilya berikan kesempatan untuk memiliki Hilya sebagai salah satunya. Poligami sah secara syari'ah, hanya saja di mata Hilya, para pria yang melakukan poligami hanya karena dibolehkan dalam agama sedikit... menjijikkan?
Bagaimana mereka bisa setia kepada Tuhan sementara mereka tidak bisa setia pada satu pasangan hidupnya. Bagaimana mereka menggunakan ayat-ayat suci hanya demi memuaskan hasrat yang tidak cukup dengan satu wanita saja? Apa yang disebut mensyukuri segala nikmat yang sudah dimiliki padahal mata masih tertarik dan hati terpaut pada sosok yang bukan miliknya.
Hilya tidak menentang poligami apalagi yang terjadi di zaman Nabi. Rasulullah menikahi janda-janda tua, miskin, dan budak hanya demi memberikan mereka perlakuan setara. Agar semua wanita dihargai tanpa memandang kasta.
Lalu, Hilya sering bertanya-tanya. Kesetaraan macam apa yang ingin pria capai di zaman ini ketika istri kedua, ketiga, dan kesekian yang mereka nikahi karena jauh lebih cantik dan muda dibanding istri pertama?
Jika Allah mengizinkan, saya ingin menikahi Hilya, satu-satunya. Sejak dulu, sekarang, dan Insya Allah sampai ke Jannah.
Air menumpuk di pelupuk. Tidak ada bahasan lagi di bab tersebut. Hilya memejamkan mata rapat, menarik napas dalam-dalam, untuk alasan yang tidak dia mengerti, kenapa dadanya bergemuruh seperti ini?
Sudah banyak pria yang berbisik cinta dan ingin menikahinya, tapi tidak pernah ada seorang pun yang menunjukkan sebesar apa cinta mereka seperti Altha.
Hilya merasa dia bukanlah orang baik, pengetahuan agamanya masih kurang, dan bacaan Qurannya saja belum benar-benar fasih. Dia terlalu berpikiran logis dan kritis, sehingga seringkali keputusan yang dia ambil sering melenceng sendiri dibanding anggota keluarganya yang lain dan begitu taat pada Sang Illahi. Karena itu Hilya tidak pernah tergugah dengan janji-janji manis yang pria berikan, dia terlalu takut saat dia mulai jatuh cinta dia justru akan dikecewakan.
Apa yang harus dia lakukan?
Hilya menutup proposal itu. Menutup wajah dengan kedua telapak tangan saat satu demi satu isakan lolos dari mulutnya.
Menenangkan diri. Melihat jam yang baru menunjukkan pukul setengah delapan malam, Hilya memutuskan akan mengundang Altha ke rumahnya dan mendiskusikan hal lain yang belum terdapat di proposalnya.
Hilya meraih ponsel di nakas, dia mulai mengetik.
Assalamu alaikum, Kak Altha. Kalau ada waktu malam ini, silakan mampir ke rumah dan kita bahas hal yang gak ada di proposal Kakak. Kalau bisa, tolong datang sebelum jam sembilan malam. Tapi seandainya Kak Altha sibuk kita bisa bicarain ini lain waktu.
Pesannya panjang, Hilya berharap pesannya tidak bertele-tele dan terkesan terlalu menuntut. Apalagi Hilya tahu Altha merupakan orang sibuk.
Sepuluh detik kemudian Hilya mendapat balasan. Dari Altha. Hilya tersenyum kecil dan membukanya.
Waalaikum salam, Hilya. Alhamdulillah, terima kasih karena kamu sudah mau menerima lamaran saya.
Hilya mengernyit. Kenapa Altha sudah memutuskan sendiri Hilya akan menerima lamarannya? Hilya membaca sisa pesan pria itu.
Saya udah ada di depan rumah kamu.
Hilya duduk tegap dan melempar ponselnya ke ujung kasur. Kenapa Altha sudah ada di depan rumahnya? Hilya sangat yakin kalau mereka bukan tetangga.
Hilya sudah tahu tapi dia tidak bisa berhenti mengatakannya, "Kak Altha... bener-bener creepy."
{aaa}
Terima kasih untuk kalian semua yang udah mampir ke cerita saya. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Pilihan Allah
روحانياتStalker syari'ah, julukan itu yang Hilya berikan pada pria yang sudah sejak lama selalu mengawasinya. Hilya Delima tidak terganggu dengan komentar orang-orang karena tetap memilih single di usianya yang ke-23. Dia tidak mau berurusan dengan laki-lak...