i

8.2K 1K 41
                                    

Suara pecahan vas bunga dari ruang tamu memaksa Mark untuk bangun dari mimpi indah bertemu kakaknya. Ia telah sadar sepenuhnya, namun masih enggan untuk membuka mata dan kini cairan bening telah merembes keluar melalui celah matanya.

Suara meneriaki satu sama lain kini telah terdengar lagi, membuat Mark semakin merapatkan selimutnya supaya suara-suara yang membuat hatinya sesak itu lenyap. Namun apadaya, semua sia-sia. Suara ayah dan ibunya malah semakin terdengar jelas di telinganya dan membuat hatinya semakin sakit.

"Sial!"

Umpatan itu terlontar beberapa kali dalam hatinya. Ia sudah tak tahan lagi dan memilih untuk nekat kabur dari rumah berlantai dua ini.

Mark membuka selimutnya dengan kasar, mengucek matanya yang membengkak karena terlalu lama menangis hari ini. Ia segera bangkit dan mencari dompetnya, tak lupa ia memakai mantel tebal berwarna coklatnya karena di luar sedang turun salju, dan mungkin salju-salju itulah yang akan menemani perjalanannya entah kemana arah tujuannya malam ini.

Ia turun dari tangga dengan pelan supaya tidak diketahui oleh kedua orang tuanya dan segera menuju pintu belakang.

"Maafkan aku Ayah, Ibu. Aku akan mencari Jungwoo hyung," ucapnya sebelum menutup pintu kayu itu pelan.

Sebenarnya ia tidak pernah tahu dimana keberadaan Jungwoo yang tiba-tiba saja menghilang sejak empat bulan yang lalu. Bahkan pihak kepolisian pun tak dapat menemukan jalan terang.

Mark berlari kecil meninggalkan rumah yang telah ia huni bersama kedua orang tuanya -dan Jungwoo selama delapan belas tahun ini. Sejujurnya, didalam hatinya ia tentu tak tega untuk melakukan hal ini karena tentu saja akan menambah beban orang tuanya -terlebih kepada ibunya, jika mengetahui putra bungsunya ikut menghilang. Namun bagaimana lagi, Mark sudah tidak tahan berada di rumah yang menurutnya bagaikan sebuah bui.

"Ahh- sial! Kenapa dingin sekali?!"

Mark merapatkan mantelnya untuk menahan dinginnya malam dengan butiran-butiran salju yang turun perlahan menuju permukaan bumi yang sedang dipijaknya, seakan ingin menebalkannya supaya jalan aspal hitam itu akan berubah menjadi putih karena hamparan salju.

Setelah sekian lama terus berjalan menerjang kedinginan, ia merasakan tubuhnya seperti membeku yang membuatnya harus menghentikan perjalanan dan berteduh di depan sebuah bangunan berupa toko roti bertuliskan 'closed' dibalik pintu kacanya.

Ia terlihat menggigil dan beberapa kali menggosok kedua telapak tangannya yang polos tanpa terbalut sarung tangan.

"Ya Tuhan, aku sudah tidak kuat lagi."

Mark mendudukkan tubuhnya di lantai toko itu, menekuk lututnya dan melipat kedua tangannya untuk menyembunyikan wajahnya.

Dalam hati ia berdoa, memohon supaya ada orang yang berbaik hati memungutnya ke tempat yang lebih baik.

Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki seseorang. Mark mampu mendengarnya saat langkah kaki itu mendekatinya.

Ia merasakan seseorang itu menyentuh bahunya pelan, memaksanya untuk mendongak untuk melihat siapa orang di depannya tersebut.

Seorang pria tinggi dengan mantel tebal berwarna hitam yang membalut tubuhnya.

"Tolong aku, a-aku mohon."

Mark berucap pelan meminta belas kasihan kepada orang di depannya untuk membawanya kerumahnya -mungkin, ia tak peduli orang itu adalah orang jahat atau bukan, karena sesungguhnya yang Mark inginkan hanyalah sesuatu yang kiranya bisa menghangatkan tubuhnya.

"Astaga, kau pucat sekali."

Suara berat orang itu terlihat sekali bahwa ia sedikit panik melihat keadaan Mark.

Orang itu memegang kedua sisi wajah Mark lalu melepas sarung tangannya dan langsung memakaikannya di kedua tangan Mark. Tak lupa ia juga melepas earmuff yang dipakainya untuk ia berikan kepada Mark.

"Naiklah ke punggungku, ayo."

Mendengar perintah itu, Mark langsung menurutinya. Dengan sedikit ragu, ia mengalungkan kedua tangannya pada leher pria asing tersebut.

Sebenarnya ia sangat gugup, apalagi pria itu adalah orang yang baru saja ia temui. Namun ia sangatlah berterima kasih pada Tuhan karena telah mengabulkan permohonan dalam doanya.

 Namun ia sangatlah berterima kasih pada Tuhan karena telah mengabulkan permohonan dalam doanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Halo yeoreobun~

Comeback lagi dengan ff baru yang merupakan book ketiga gue :3

Rasanya pen banget bikin something new tapi masih dengan cast yang sama dari ff gue yang lain hehehe

"SELESAI BACA JANGAN LUPA NINGGALIN KOMENTAR DAN NGE-KLIK IKON BINTANG DIBAWAH YA YEOREOBUN! KARENA LEBIH ENAK KALIAN NINGGALIN VOTE DAN KOMEN DARIPADA DITINGGALIN PAS LAGI SAYANG-SAYANGNYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SELESAI BACA JANGAN LUPA NINGGALIN KOMENTAR DAN NGE-KLIK IKON BINTANG DIBAWAH YA YEOREOBUN! KARENA LEBIH ENAK KALIAN NINGGALIN VOTE DAN KOMEN DARIPADA DITINGGALIN PAS LAGI SAYANG-SAYANGNYA."

-Lucas yang tidak woles-

maap pake capslock, gue nggak maksa kok, beneran.
( ˘˘з)♬♪

Extricate ㅡ Lumark [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang