Mengusap peluhnya.Dia terbangun dengan nafas tersengal, "Sial, mimpi buruk lagi."
Menatap pena dan tumpukan kertas di depannya, sepertinya dia jatuh tertidur ketika sedang berusaha menulis.
Menulis sudah jadi kesehariannya sejak tiga belas tahun yang lalu, -sebelas. Karena sudah hampir dua tahun ini tangannya selalu terasa kebas tiap memegang pulpen, atau jika berhadapan dengan laptopnya. Dia akan memaksa dirinya selama bermenit, atau bahkan berjam-jam agar dapat menulis. Yang, tentu saja berakhir dengan sakit kepala, dia akan bersungut-sungut memaki dirinya sendiri yang entah kenapa tiba-tiba saja seperti kehilangan mercusuar.
"Ada apa dengan ku, sebenarnya?" Hal yang selalu muncul dalam pikirannya setelah semua usahanya agar dapat kembali menulis tak membuahkan hasil.
"Ada yang salah."
"Pasti ada yang salah."
"Tentu saja ada yang salah."
"Apa yang sudah kulewatkan?"
"Apa yang sudah kulupakan?"
"'Dia'.. ada dimana?"
Dia mencengkram kepalanya, mengusap kasar wajah kesalnya.
"Aku harus menemukannya."
Laki-laki itu kemudian bangkit, menyambar jaket panjangnya, tak butuh waktu lama baginya untuk segera menghilang dari ruangan itu.
※※※※※※♡※※※※※※
I loose my muse... gw sedang mencoba secara perlahan untuk menemukan diri gw.. ^^"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena
PoetryJust my mood in words.. Kadang, pena adalah pilihan terbaik untuk bercerita.. Mereka tidak mencoba untuk mengerti, mereka hanya mencoba berempati.. Dan saya hanya seorang penulis amatir yang kadang merasa terlalu lelah.. My real world aren't looked...