Bingkai 6

737 46 0
                                    

Reviahars

Fy, Lo di mana? Pengawasnya udah nyampe nih...

Gify menghembus napas gusar saat satu notifikasi masuk ke smartphone-nya. Sudah dipastikan ia akan dapat masalah kali ini. Rion harus bertanggung jawab atas keterlambatannya hari ini. Saat sedang terburu-buru Gify tidak sengaja tersandung dan berserakanlah beberapa lembar proposal kegiatan yang sedari tadi dipeluknya. Gify sudah panik saat melihat proposalnya yang sudah terdapat noda kecoklatan akibat jatuh ke aspal halaman kampus, ia hanya mengerang frustasi ia benar-benar berada dalam masalah.

Dengan penuh harap dan doa gadis muda berpakaian putih dan menggunakan celana jeans itu bangkit dan segera berjalan cepat menuju ruang rapat yang berada di lantai dua gedung A. Saat melihat ruang yang ditujunya tertutup rapat ia semakin gelisah dan meringis melihat proposal yang berada digenggamannya.

"Permisi maaf terlambat." Mata Gify sontak terpaku pada lelaki yang menggunakan kemeja coklat yang lengannya tergulung sampai ke siku. Lelaki itu menatap Gify tajam dan membuat Gify gugup seketika, dia kah pengawas kegiatan yang katanya alumni Fakultas Ilmu Komunikasi 5 tahun lalu dan kini baru menyelesaikan magisternya di Inggris?

"Siapa nama kamu?"

"Gifyta Dewi Kak," jawab Gify sambil menundukkan wajahnya, aura dan wibawa lelaki itu sangat kuat sehingga membuatnya merasa terintimidasi.

"Bagaimana bisa yang megang proposal kegiatan malah terlambat, kamu serius mau partisipasi di kegiatan ini?" Gify hanya terdiam tidak mau menjawab, karena berdasarkan pengalamannya saat masa ospek kalau sudah dalam keadaan seperti ini sebaiknya diam, bila dia memaksa menginginkan jawaban maka sebaiknya meminta maaf saja, itu jauh lebih aman. Please jangan berpikir Gify pengecut, hanya saja Gify terlalu malas untuk mencari masalah, sekarang ia sedikit tahu dengan ketidakadilan yang dialami Rion saat SMP, inikah yang dirasakannya saat memilih tidak ingin mencari masalah?

Ruangan rapat itu senyap tidak seperti pleno yang biasanya, walau serius namun tidak setegang sekarang mungkin karena ada yang sepuh kali ini. Dengan isyarat mata dia seolah meminta Gify mendekat dan menyerahkan proposal kegiatan yang sedari tadi ditunggu. Dengan berat hati Gify berjalan perlahan mendekati lelaki itu sembari berdoa dikuatkan hatinya mendengar nyinyiran lelaki itu.

"Kamu ngasi saya proposal kegiatan atau bungkus gorengan?"

"Maaf Kak tadi saya buru-buru ke sini, saya kesandung jadi proposalnya jatuh." Lelaki itu hanya menatap tajam pada Gify, menghembus napas lelah lalu berdecak malas, dengan gerakan dagunya, ia menyuruh Gify agar segera duduk seolah malas mengeluarkan suaranya lagi untuk Gify, sedang Gify kini mood-nya terjun bebas ke dasar jurang terbawah.

***

"Fy lo tahu ga pengawas kegiatan yang galak banget-banget tadi itu rupanya, udah jadi dosen juga di sini, namanya Abriel Abyantoro, ganteng banget ya Fy berwibawa gitu." Mata Revia berbinar sambil membayangkan wajah kalem penuh karisma dosen muda yang menjadi pengawas di kegiatan kali ini.

"Tapi serem banget marahnya, bete gue jadinya."

"Lagian lo kenapa si Fy, tumben-tumbenan telat?" tanya Revia saat mereka sedang berada di kursi lorong kampus, rapat pleno kegiatan yang berlangsung empat jam secara alot itu sudah berakhir setengah jam yang lalu dan kini Gify sedang menunggu jemputan karena sudah tidak ada lagi kegiatannya di kampus setelah ini sedang Revia memilih menemani sahabatnya itu menunggu jemputan.

"Gue tidur kemaleman, ck gara-gara Rion nih, pokoknya dia harus tanggung jawab," sebal Gify, Revia spontan melotot menoleh pada Gify. Kini wajah gadis chubby itu sudah menampilkan wajah horornya jangan bilang sahabatnya ini-

May Be LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang