Orang emang ga capek apa udah di maafin bikin salah lagi udah dimaafin bikin salah lagi, kalau benar-benar merasa bersalah dan pingin minta maaf seharusnya ga diulangin lagi salahnya
~o~
Ponsel Gify menampakkan pemberitaan tentang Rion dan Naira. Gify masih belum memejamkan matanya sejak mengusir Rion tadi, perasaan bersalah kini menyusup ke hatinya. Apalagi melihat wajah Rion, kantung mata yang menghitam, bibir pucat bahkan pemuda itu kelihatan mengigil, apa selama hujan tadi pemuda itu menungguinya.
Andai kamu masih Rion yang dulu, mungkin kita ga akan seperti ini Rion.
***
"Sampai kapan sih Papa seperti ini? Kasihan Gify Pa."
"Terus Mama mau diam saja lihat anak kita masa depannya jadi gak jelas?"
"Di mana gak jelasnya si Pa, Papa kayanya terlalu termakan kata-kata Mama deh kali ini."
Dan masih panjang lagi pertengkaran orangtua Gify, walau Oma sudah pulang ke kampung halamannya barusan, tapi perdebatan tentang hubungannya dan Rion sepertinya masih berlangsung. Yang Gify tidak suka kenapa orang tuanya bertengkar karenanya, mengapa Papanya bersikeras agar ia menjauh dari Rion. Bukankah seharusnya orang tuanya membantunya untuk menyelesaikan masalahnya dengan Rion, memberikannya nasihat positif, bukan meracuni otaknya.
Dengan terburu-buru Gify keluar dari rumah ia tidak peduli kali ini menyetir sendirian. Padahal ia masih belum terlalu mahir menyetir. Ia merenung dia butuh seseorang untuk mendengarkan curhatannya namun siapa? Biasanya ada Rion kalau dia sedang gelisah, tapi tidak mungkin dia curhat pada sumber masalahnya kali ini.
Gadis itu menjalankan mobilnya menembus hujan, belakangan ini sering sekali hujan, apa langit tahu hatinya sedang mendung?
Gify memberhentikan mobilnya di sebuah kafe, setidaknya di sini dia tidak mendengar orang tuanya bertengkar hal yang tidak perlu.
"Selamat datang Mbak," sapa pelayan kafe itu dengan ramah.
"Saya pesan frappuccino sama black forest, makan di sini ya Mbak." Saat itu pula Gify melihat siaran televisi, acara gosip ternyata. Mereka sedang membahas pemberitaan Rion dan Naira.
"Kalau sampai sekarang Rion dan Naira ga konfirmasi hubungan mereka gimana tuh? Netizen udah seram banget bicarain mereka." Gify melirik pada dua gadis muda di sebelahnya.
"Lo masih inget ga yang kita minta foto sama mereka malam itu? Malam itu juga ternyata mereka baliknya ke Hotel Permata itu."
"Pantesan keliatan buru-buru." Gify mendengus sinis dam-diam, padahal belum tentu yang tertangkap kamera adalah hal yang sebenarnya kan? Gify yakin Rion bukan orang yang seperti itu.
"Tapi kenapa mereka ga ngaku aja ya? Apa jangan-jangan diam-diam salah satu dari mereka udah punya pacar?"
"Wah bisa bahaya kalau gitu, karir salah satu dari mereka bakal hancur kalau gitu." Gify tersentak, karir hancur?
Dari mencuri mendengar obrolan dua gadis itu, Gify menangkap isu yang semakin beredar semakin menghebohkan netizen, intinya salah satu dari mereka bila punya hubungan percintaan dengan orang lain maka karirnya di dunia keartisan akan hancur karena telah mendapat opini buruk dari publik. Saat itu juga mood Gify semakin memburuk.
"Mbak ini pesanannya."
"Maaf Mbak, saya ga jadi makan di sini, boleh tolong dibungkus aja?"
***
Di dalam mobil Gify membuka ponselnya melihat pemberitaan Rion dan Naira yang menjadi tranding topic di mana-mana. Banyak foto-foto kebersamaan Rion dan Naira yang beredar, gadis itu membuka komentar di setiap foto itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
May Be Later
General FictionGify selalu berusaha mengerti Rion, walau pun Rion selalu sibuk dan jarang ada waktu untuknya. Bagi Gify mendukung Rion adalah hal utama. Rion sangat mencitai Gify, Gify adalah orang pertama yang mengulurkan tangan saat dia jatuh. Bagi Rion Gify ada...