Bingkai 11

517 42 3
                                    

Lo mah aneh punya yang perhatian malah diumpet-umpetin, kalo gue jadi elo udah gue umumin ke seluruh dunia gue lah si cowok beruntung yang berhasil dapetin cewek ini

~o~

Pagi sekali Gify sudah memulai aktivitasnya, ya hari ini baksos itu diadakan. Pagi-pagi juga teman-temannya sudah stand by menyiapkan segala hal. Semua sibuk mengerjakan tugasnya namun tidak lupa untuk membantu satu sama lain. Lumayanlah kesibukannya saat ini dapat melupakan sejenak pikirannya tentang Rion.

Sebenarnya ia sangat menunggu-nunggu pesan dari Rion, sekadar mengucapkan selamat hari jadi mereka yang ke enam, hari ini hari jadian mereka, yang sepertinya akan sama dengan tahun lalu, dan tahun lalunya lagi, tanpa kehadiran orang itu, dan akan dirayakan telat waktu. Mungkin pemuda itu sedang sangat sibuk sekarang seperti biasanya, kadang dia suka bertanya-tanya apa dia yang terlalu posesif karena terus memikirkan kekasihnya ham[ir setiap waktu.

"Nis Ninisss." Perhatian Gify jadi teralih dengan nada syahdu Raden, teman satu angkatannya yang kini sedang tersenyum tebar pesona pada si anak lurah yang sedang membantu-bantu acara baksos hari ini.

"Aduh Mas kok manggil Ninis mulu si, nama aku kan Lira," sahut gadis itu sedikit kesal dengan pemuda tampan yang sedari tadi memanggil namanya salah.

"Aku ga salah manggil nama kamu kok, kamu kan memang nis manis." Gadis itu langsung berubah tersenyum malu-malu mendengar pujian Raden apalagi dengan suguhan senyuman menggoda pemuda tampan itu.

Gify hanya tersenyum tipis melihatnya lalu menoleh ke sampingnya dan melihat Revia yang hanya mendengus dan mencibir kelakuan teman seangkatannya itu, "Memang kucing di panggil manis," gerutu Revia sejak tadi.

Menurut Revia pemuda itu sangat memalukan, di sini kan mereka sedang mengadakan acara bakti sosial bukannya bantu-bantu malah godain anak orang, anak lurah lagi mentang-mentang divisi dokumentasi yang kerjanya foto-foto doang.

Padahal sejak tadi pagi Raden juga sudah sibuk, mendirikan tenda, mengangkut barang-barang, pokoknya melakukan hal-hal yang di luar tugasnya, jadi sebenarnya wajar saja kalau sekarang pemuda itu sedikit beristirahat. Revia saja yang sepertinya sensi berlebihan hari ini.

"Oh ya Ra kamu punya balon udara ga?"

"Balon udara? Untuk apa Mas Raden?" Lelaki itu menggeleng gemas.

"Ada gak?" tanya pemuda itu memastikan.

"Ga ada Mas, adanya juga balon biasa untuk bocah tuh."

"Kalo balon udara ga punya, ID line punya dong?" tanya lelaki itu lengkap dengan senyum dan tatapan tebar pesonanya, sontak Gify dan beberapa temannya yang berada di sana terbahak dengan gombalan receh ala Raden sedang si Lira dengan muka memerah langsung kabur entah kemana, pemuda itu memang terkenal tukang rayu yang recehnya minta ampun, tapi tetep saja jomblo alasannya sih klise, "Gue memang pencinta wanita tapi gue bukan kucing garong, gue punya standar kali buat cewek yang dijadiin pacar."

"Eh Raden, kalo lo ga ada kerjaan mending bantu kita nih, bungkusin cenderamata buat warga daripada lo receh ga jelas, jangan malu-maluin organisasi kita dong, mana yang lo godain anak lurah lagi, ntar kalo dia ngadu, kita ditegur gimana? Lagian lo tu ya belum aja dapat karma," omel Revia panjang lebar mengundang senyum geli pemuda yang masih tampak santai mendengar 'lagunya' Revia, sudah hal biasa baginya mendengar omelan gadis itu sejak tahun kedua perkuliahan.

"Aduh bebeb Rerev jangan cemburu gitu dong, walau aku suka ngerayu berjuta cewek, tapi yang ada di hati babang cuman bebeb Rerev seorang kok." Revia berlaga muntah, jijay banget dah nih cowok.

May Be LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang