CHAPTER 01

1.5K 90 8
                                    

🍀 Remenber US🍀

Sorak sorai terdengar gemuruh memecah keheningan di sebuah kawasan kampus yang saat itu tengah menampilkan beberapa hiburan, yah hari ini adalah acara wisuda di salah satu kampus kedokteran .

Keramaian itu tak lantas membuat pemuda dengan tatapan datarnya mampu menikmati malam yang penuh dengan kericuhan itu. Asap nikotin terus keluar dari mulut pemuda itu terbang mengikuti kemana arah angin membawanya.

Ada rasa berharap apa yang tengah ia rasakan saat ini, bisa seperti asap rokok itu yang terbebas pergi meninggalkan gulungan nikotin yang semakin memendek itu. Meskipun ini di kampus pemuda itu tak terlalu memperdulikannya.

Kelvin pemuda itu menatap jengah ke sekerumpulan pemuda yang seumuran dengannya itu tengah tertawa bahagia bersama teman maupun keluarganya. Sedangkan dirinya hanya duduk termenung dengan tatapan kosongnya.

Tanpa ia sadari bulir-bulir air matanya meluncur begitu saja dari mata tajamnya. Kelvin begitu kesepian dan Kelvin juga merindukannya yang telah lama pergi dari hidupnya.

Seharusnya ini adalah hari bahagianya. Seharusnya hari ini ia bisa tertawa puas-puas menikmati hasil kerasnya dalam pendidikan yang ia tempuh selama ini. Tapi kenapa ini justru menjadi hari yang menyedihkan untuknya.

Kelvin berdiri dari duduknya lalu melangkahkan kakinya meninggalkan keramain itu. Kakinya melangkah tanpa tujuan menyusuri jalanan yang padat akan kendaraan umum yang menebar polusi.

Tak lagi ia hiraukan tatapan-tatapan manusia yang seakan hanya tahu bagaimana caranya mencibir keadaannya yang kacau. Karna mereka tidak ada yang tahu bagaimana selama ini ia hidup.

Langkahnya kini terhenti di sebuah gundukan tanah yang mengubur orang terkasihnya. Kelvin menghembuskan nafasnya yang terasa berat. Ia tak sadar langkahnya membawa ke tempat ini, padahal ia tak berniat untuk menemuinya.

''apa kabar lo di sana? Lo marah ya sama gue karena gue udah lama banget gak kesini. Lo tahu hari ini gue wisuda, karena itulah lo seakan nuntun gue kesini. Padahal gue belum siap buat ketemu sama lo'' kelvin mengusap nisan yang bertuliskan adik kesayangannya.

''maafin gue Bintang, gue belum bisa terima semua ini. Ini terlalu berat buat gue jalani sendirian.  Tidak ada cerita indah lagi yang bisa gue ceritaan ke lo semenjak kepergian lo. Semuanya hampa dan kosong'' keluh Kelvin dengan sesekali ia mungusap air matanya.

''gue harus pergi, semoga lo selalu bahagia di manapun lo berada sekarang dan gue merindukan lo'' ucap Kelvin sebelum pergi meninggalkan tempat pemakaman itu.





























Kelvin kini berada di sebuah bangunan yang tak asing lagi di matanya. Rumah sakit.

Yah hari ini ia memutuskan menemui seseorang yang sudah membantunya sampai ia  bisa mencapai gelar dokternya. Setelah sampai di depan sebuah pintu yang bertuliskan nama seseorang ia langsung mengetuknya, hingga terdengar sautan dari dalam.

Kelvinpun memasuki ruangan itu dan langsung di sambut dengan hangat oleh pria seumuran dengan papanya, lalu menyuruh Kelvin duduk di depannya.

''tak ku sangka kamu datang secepat ini. Oh gimana acara wisudamu? Maafkan om ya tidak bisa hadir ke acara wisudamu'' ucap pria paruh baya itu yang menampakkan raut menyesalnya.

''tidak papa kok om,toh semuanya juga berjalan dengan lancar'' balasan Kelvin membuat pria itu mengulum vurvanya.

Pria paruh baya itu adalah kakak dari mamanya yang selama ini berada di Jerman. Kelvin memanggilnya dengan om Arsen. Om Arsen inilah yang membantunya bangkit selama ini. Menggantikan peran orang tua yang seharusnya di tanggung oleh kedua orang tua kandungnya.

"kamu yakin mau langsung kerja di sini Kelvin? Om tahu kamu butuh istirahat setelah menyelesaikan pendidikannmu'' Arsen mencoba memberi keringanan, karena ia tahu betul kedatangannya kesini adalah untuk langsung bekerja di rumah sakit yang menjadi mikinya ini.

''aku tak butuh itu semua om. Lagi pula lebih cepat lebih baik. Jadi kapan aku bisa mulai bekerja om?" tanya Kelvin yang kini tengah menatap Arsen dengan serius.

Arsen yang melihatnyapun tak bisa berbuat apa-apa "bekerjalah mulai lusa, ruangan mu masih dalam perbaikan" Final Arsen.

"baiklah om. Terima kasih banyak, om selama ini udah baik banget sama aku. Aku tidak tahu lagi harus membalas kebaikan om bagaimana. Kelvin benar-benar berterima kasih" ucap Kelvin dengan tulus.

"balaslah dengan hidup lebih baik lagi Vin, om tidak minta apa-apa sama kamu. Om cuman minta hiduplah dengan baik.

Kamu memang kehilangan, tapi ingatlah Vin kamu tidak pernah sendiri. Masih banyak yang sayang dan peduli sama kamu".

Kelvin terdiam mendengar ucapan Arsen yanh lebih mengarah ke nasehat. Akankah ia bisa melakukan apa yang omnya minta.

"a..akan a..aku coba om.." hanya itu yang bisa Kelvin ucapkan. Kelvin tidak mau memberi kepastian yang dirinya sendiri masih meragukannya.

Arsen tersenyum mendengar perkataan Kelvin. Sedikit demi sedikit Kelvin sudah mau menata hidupnya kembali setelah kehancuran keluarganya.

Arsen cukup tahu tentang kehidupan Kelvin dan keluarganya, meskipun ia sibuk di Jerman, Arsen selalu menyempatkan dirinya untuk bertukar kabar dengan satu-satunya keluarga yang berada di Indonesia.

Bahkan ia tak menyangka, kepulangannya ke Indonesia di sambut dengan hal yang tragis menurutnya.

Bintang, Arsen begitu merindukan anak manis itu. Enam tahun tak pernah bertemu. Dan sekali bertemu justru di pemakaman. Bahkan ia tak sempat melihat keponakannya.

Apalagi setelah mendengar bagaimana anak itu hidup. Arsen tak mampu memendam amarahnya hingga memukul Haris membabi buta. Mencaci maki Allana adik satu-satunya. Semua ia lakukan untuk menebus rasa kecewanya ke keluarga adiknya.

Menyesal? tentu saja.

Tapi ia bisa apa, semuanya sudah terlalu terlambat. Arsen juga harus bisa menopang Kelvin yang saat itu benar-benar kehilangan arah.

Arsen bahkan masih ingat dimana Kelvin dengan tampilan berantakannya selalu menatap kosong jendela.

Bahkan sedetikpun ia tak bisa meninggalkan Kelvin sendiri, jika sampai itu terjadi, maka ia akan melihat Kelvin mengakhiri hidupnya.

Tidak sekali dua kali Arsen melihat Kelvin yang mencoba mengakhirk hidupnya, tapi terlampau sering.

Hingga ia memutuskan untuk membawa Kelvin ke rumahnya. Dan dari situ Kelvin mulai kembali menata hidupnya, dengan bantuan psikiater tentunya.

"baiklah kalau begitu, ayo ikut om. Tantemu itu pasti sudah menyiapkan sesuatu untukmu" kata Arsen setelah ia menjelajahi masa lalunya.

"tante..? Bukannya tante Belva masih di Surabaya ya om?" tanya Kelvin dengan heran.

Setaunya tante Belva yang tak lain istrinya om Arsen ada di Surabaya untuk masalah pekerjaanya. Dan itu selama seminggu dan ini belum ada seminggu. Jadi wajarkan kalau Kelvin bingung.

"udah pulang tadi siang" balas Arsen yang melihat raut bingung Kelvin. Lalu merangkul pudak tegap Kelvin untuk pulang menuju ke rumahnya.




Selasa, 21 April 2020



Tbc...

Remember USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang