"Maaf, aku nggak tau harus gimana buat nebus kesalahan aku dulu. Apapun itu. Satu aja. Sebutin. Apa yang bisa aku lakuin biar setimpal sama kesalahanku, dulu." kata Aldo serius.
"Anda bisa menghilang dari kehidupan calon istri saya. Itu sudah setimpal."
Rasti dikejutkan akan kehadiran Daton yang tiba-tiba. Bagaimana dia bisa sampai ke sini?
Rasti melirik Salma yang sudah digandeng Bayu. Sepintas Rasti bisa melihat Salma mengucapkan kata "Maaf." dari gerakan bibirnya.
"Gue balik duluan!" seru Bayu membawa Salma dan Rasya keluar dari kafe
Aldo tersenyum menatap Daton. Matanya kembali menatap Rasti.
"Senang Anda di sini. Ayo ikut gabung makan." ucap Aldo mengikuti bahasa Daton.
Entah bagaimana Rasti terjebak situasi yang tidak mengenakan ini.
Rasti melirik Daton dan Aldo bergantian. Merek diam sediam diamnya seolah sibuk dengan pikiran mereka sendiri.
Salma penyebab perang dingin yang tidak direncanakan ini.
"Soal menghilang dari kehidupan Rasti. Saya pernah melakukannya sekali dan saya menyesal telah melakukan itu." kata Aldo memulai
Dengan pandangan tenang, Daton mengamati Aldo dengan cermat."Lalu, untuk apa Anda kembali dikehidupan Rasti setelah sekian lama menghilang?" tanya Daton
Aldo tersenyum, menatap Rasti "Jujur, saya kembali hanya untuk diberi kesempatan kedua. Tapi saya terlambat menyadari bahwa tidak mungkin setelah sekian lama Rasti masih sendiri atau bahkan menunggu saya."
Aldo menjeda ucapannya lalu menatap tepat di kedua manik Daton dengan tegas
"Saya cukup tau diri, tidak mungkin merebut hak orang lain. Saya senang pada akhirnya cepat atau lambat Rasti melupakan pria brengsek seperti saya. Saya senang ketika tau dia akan menikah yang berarti dia sudah benar-benar melupakan saya. Itu hal yang bagus."
"Tapi apa saya salah, untuk meminta pertemanan seperti dulu ke Rasti atau bahkan kepada Anda? Saya masih ingin menjadi sahabatnya. Meski saya bukan orang yang berada di sampingnya, minimal saya jadi orang yang turut berbahagia atas pilihannya."
Daton mengangguk, daton akui, Aldo cukup jantan sebagai mantan Rasti.
Daton menoleh ke arah Rasti yang sedari tadi diam.
"Bagaimana pendapat kamu?" tanya Daton
Rasti memilin ujung baju yang dia kenakan. Ragu-ragu menatap Daton. Pasalnya, dia masih bimbang akan perasaannya. Terlebih tawaran Aldo semakin menggoyahkan tekad awalnya."Tapi bukannya tante Rasti bakal jadi mamah Mona ya?"
Ucapan polos dari anak Aldo sontak menjadi pusat perhatian orang satu meja itu. Terlebih Dea yang memasang wajah tidak terima.
"Mamah Rasti itu mamah Dea!" sungut Dea kesal. Dea langsung beringsut memeluk Rasti sebagai bukti paten hak kepemilikannya.
Aldo tersenyum masam melihat putri kesayangannya.
"Tante Rasti cuma temen papih, sayang." kata Aldo sambil mengelus kepala Mona dengan sayang.
"Dea." peringat Daton akan tingkah putrinya yang kurang sopan membentak orang.
Dea memasang wajah melas. "Tapi pah aku nggak mau mamah Rasti jadi mamah Mona. Papah kan dah janji sama aku." cicit Dea pelan.
Rasti yang terjebak situasi super canggung ini segera mengalihkan topik pembicaraan.
"Aku udah selesai makan, gimana kalau kita pulang aja? Aku juga udah capek nemenin Salma muter-muter."
Daton mengangguk, mengiyakan ajakan Rasti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Janda Vs Duda
ChickLitJanda tapi masih perawan. Duda udah punya ekor satu. Bagaimana mereka menyatu? "Sekali-kali main dong ke kamar aku, siapa tahu kita khilaf."