Akai sudah memikirkan rencana itu, dia dengan sengaja membunuh targetnya agar dia kena skors atau bahkan di keluarkan dari pekerjaannya. Namun si boss hanya memberikan skors satu minggu kepadanya. Tidak buruk untuk sebuah pencarian.
Di apartemennya, Akai mencari kembali album milik Akemi Miyano, kekasihnya yang sudah meninggal. "Jika tidak ada di album, aku pikir dia akan menaruhnya di flash disk." Pikir Akai. Akai membuka laptopnya lalu menyambungkan flash disk milik Akemi. Membuka setiap file, dengan teliti dia melihat setiap gambar.
"A, ini dia."
"Wajahnya memang sama, tapi kenapa dia terlihat nakal? Di foto ini dia seperti anak yang serius dan kalem." Akai mengingat bagaimana sikap Shiho semalam, dia seperti wanita penghibur. "Apa aku salah orang?"
Esokan harinya. Tanpa melakukan pergerakan, Akai hanya duduk di dalam mobil sambil mengamati sekitarnya. Akai melihat Shiho masuk ke dalam club malam harinya namun dia tidak mendekati Shiho. Hingga malam berganti fajar, Akai hanya memperhatikan di dalam mobil. Dia melihat Shiho keluar sendirian.
Akai menunggu hari agak siang lalu dia mulai bergerak. "Apa dia tinggal di dekat sini ya?" Dia turun dari mobil lalu menanyai seorang yang sedang menyapu di samping club malam. "Bu, apa anda kenal wanita ini?" Tanya Akai sambil menyodorkan foto Shiho yang sebelumnya sudah di print.
Wanita tua itu melihat dengan seksama. "Aku baru pertama melihatnya."
"Terimakasih." Akai mengantongi foto itu lalu dia jalan lurus melewati club. "Aku melihatnya jalan ke sini." Sampai tiba dia ada di persimpangan jalan. "Lurus menuju stasiun kereta sementara belok kanan adalah perumahan dan belok kiri jalan pertokoan." Akai berhenti sesaat. "Buntu." Gumamnya.
"DRRRRRRTTTTTTT..." Ponsel Akai bergetar.
"Ya."
"Ini aku, apa kamu tidak merindukanku?"
"Kir. Ada apa?"
"Ke tempat biasanya ya, aku mabuk. Tolong."
"Kenapa sepagi ini kamu sudah mabuk?"
"Tut. tut. tut."
"Astaga, wanita itu seenaknya saja." Akai kembali ke mobilnya lalu pergi ke tempat biasanya Kir dan dirinya Minum.
"Hei, Akai..." Kir sudah sangat mabuk, dia melambaikan botol yang di pegangnya.
"Akai tolong bawa wanita ini pergi sebelum dia membuat masalah."
"BODOH, JANGAN PANGGIL AKU WANITA INI." Kir menarik kerah pakaian bartender.
Akai menarik lengan Kir. "Ayo aku antar kamu pulang."
"Akai aku belum mau pulang." Rengek Kir.
"Kir, ayo pulang." Akai menatap Kir.
"Ayolah Akai, kamu juga minum dulu. Aku tahu kamu butuh minuman ini." Kir menyerahkan sebotol wiski pada Akai.
"Kir!"
"Aku tahu kamu sedih karena di tinggal pergi Akemi, aku juga. Aku juga sedih Akai." Kir mulai menangis.
"Kir, ayolah." Akai menarik tangan Kir hingga terbangun dari duduknya. "Aku akan bawa dia. Maaf ya." Akai bicara kepada bartender.
"Ok."
Akai memapah Kir.
"Kir, masuklah." Akai membukakan pintu mobilnya.
Dengan sempoyongan Kir masuk ke dalam mobil. "Akai aku tahu kamu sedih..." Katanya berulang kali.
"Ya, ya aku sedih. Tidurlah jangan bicara terus." Akai pun menyetir mobilnya.
"Akai bagaimana jika kamu di suruh membunuhku?" Kir bertanya tapi matanya terpejam.
Akai menengok sebentar tapi dia tidak menjawab.
"Bagaimana rasanya jika kamu di suruh membunuh sahabatmu?"
"Kir, tidurlah."
"Akai aku tidak bisa...."
Akai melihat Kir yang sudah benar-benar tertidur.
Sesampainya di apartemen Kir, Akai membawanya hingga masuk ke dalam. Tak lama dia pun keluar.
Karena kejadian seperti ini sering terjadi (mabuknya Kir) jadi Akai pun tahu apa password apartemen Kir.
Saat di tempat parkir.
Akai duduk di dalam mobil, dia melihat foto Akemi dan Shiho. "Akemi..."
Seorang wanita bermantel coklat melewati mobil Akai.
Wanita yang di carinya.
"Shiho."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akai Vs Amuro
Random"Tak ada yang tidak mungkin bagi mereka berdua." Begitulah ungkapan dari teman-teman mereka. Ya, bagaimana tidak, Akai dan Amuro bisa di katakan sempurna saat melakukan pekerjaan mereka. Namun sayang sekali, ada masa lalu kelam yang terjadi di antar...