5.

345 24 0
                                    

"Kir selalu saja merepotkan, dia selalu minum sampai mabuk jika suasana hatinya buruk. Dia hanya bicara bagaimana pilihanku jika aku harus membunuh temanku sendiri? Sungguh aneh." Akai masuk ke dalam mobilnya. Sejenak dia menenangkan diri. Saat dia menatap ke depan, seseorang melintas di depannya. Wanita yang selama ini di cari.

"Shiho..." Tanpa pikir panjang Akai turun dari mobil hendak menyusul Shiho. Namun saat dia keluar dari mobil, Shiho sudah tidak ada. Akai melihat sekitarnya. "Itu nyata atau hanya bayanganku saja?" Ia menghela nafas lalu kembali masuk ke dalam mobil.

Sementara itu.

Shiho diam menyembunyikan diri di salah satu mobil yang terparkir. Ia mengawasi hingga Akai benar-benar pergi. "Ternyata dia benar-benar mengikutiku." Tangannya gemetar, lalu dia mengepalkannya. "Siapa yang memberitahu dia, padahal aku sudah bilang jangan ada yang beritahu alamatku. Bahkan kepada ibu yang ada di samping club. Pria itu, apa yang di inginkannya."

Shiho segera masuk ke dalam apartemennya. Mengunci pintu dan jendela, tergesa dia melakukan semua itu.

"Aku tidak tahu siapa dia, apa yang dia inginkan?" Shiho mengusap lengannya. "Aku sampai merinding. Apa dia stalker?"

Sambil berpikir Shiho membuka lemari pakaiannya. "Pria itu tidak asing bagiku. Tapi siapa ya?" Ia membuka kopernya lalu memasukkan pakaian ke dalamnya. "Bagaimanapun, aku harus pergi dari sini. Tapi kemana aku harus pergi?"

Siang harinya.

"Aku tidak bisa pergi di siang hari seperti ini. Aku akan tunggu sampai sore." Gumam Shiho. Ia melihat jendela. "Jika mau bersembunyi lakukan di malam hari."

Akai kembali ke club. Namun di sana masih tutup. Dan tidak ada tanda-tanda keberadaan Shiho. Lalu dia memutuskan untuk kembali ke apartemen Kir. Bukan tanpa alasan, Kir mengirimkan SMS pada Akai untuk datang ke sana.

Perjalanan cukup jauh, Akai tiba hampir sore.

Dia berdiri di depan pintu apartemen Kir. Menekan bel apartemennya. Akai merasa ada yang memperhatikan namun dia tidak melihat siapa pun di sekitarnya.

Tak lama Kir membuka pintu apartmennya. "Kamu kan tahu passwordnya, kenapa harus menekan bel lagi?"

"Tidak sopan masuk begitu saja ke rumah seorang wanita."

Kir tersenyum lalu membiarkan Akai masuk.

Beberapa saat yang lalu.

Shiho sudah memantapkan diri untuk pergi dari apartmennya. Koper dan tas gendong sudah siap untuk di bawa. Namun, baru saja membuka pintu. Sekilas dia melihat sosok Akai melihat di hadapannya. 

Shock.

Tentu saja. Mata Shiho terbelalak. Dengan segera dia menutup pintu apartemennya. "Ini gila." Shiho duduk di balik pintu yang sudah di kuncinya. "Astaga, ini gila. Bagaimana aku bisa pergi. Dia ada di sampingku."

Shiho memikirkan banyak kemungkinan. "Jika aku keluar sekarang, aku takut dia keluar juga. Dia tepat di sampingku, bagaimana aku bisa keluar sekarang?"

Sementara itu di sebelah apartemen Shiho.

Kir tiduran di sofanya.

"Kir, apa yang mau kamu katakan. Cepatlah, aku tidak ada waktu." Akai berdiri di samping sofa. Wajahnya menunjukkan kegelisahan.

"Duduklah sebentar, memang seharusnya aku mengatakan ini kepadamu dari dulu."

Dengan enggan Akai pun duduk. Mereka saling berhadapan.

"Aku ingin mengaku dosaku padamu. Hal yang selama ini aku tutupi dari mu. Aku tahu akibatnya dan aku akan terima semua sikapmu nantinya. Karena aku tahu pada akhirnya memang aku harus membuat sebuah pengakuan."

"Apa maksudmu? Jangan berbelit-belit. Langsung saja ke intinya."

Kir menatap wajah Akai, ia menghela nafas lalu mulai berkata. "Aku lah yang membunuh Akemi."



Akai Vs AmuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang