Aku menatap kumpulan kertas yang tertempel di mading raksasa, tepat di hadapanku. Aku mengerutkan dahi, tidak mengerti. Kertas berwarna merah, jingga, kuning, dan hijau saling bertumpukan tertempel diatas mading, aku bahkan sampai bingung bagaimana caraku membaca satu-satu kertas sebanyak itu.
"Tempat apa ini?" Tanya Yura yang ekspresinya tidak jauh berbeda dariku. "Banyak sekali kertas aneh."
Lizzy terkekeh pelan. "Ini namanya papan misi. Semua siswa disini dilarang bekerja. Jadi, untuk menghasilkan uang, pihak yayasan memberikan kesempatan mendapatkan uang yang cukup banyak sesuai dengan misi yang siswa ambil. Seperti contohnya kertas hijau itu,"
Lizzy menunjuk kertas hijau yang berada paling atas papan mading raksasa. Sedetik kemudian, muncul layar transparan di hadapan Lizzy.
"Misi harian - Mudah
Mengumpulkan 15 Junk Fruit
dari pohon Oleva di bukit
Roneve, kemudian
serahkan kepada miss Luve
untuk diracik menjadi obat.Imbalan : 10.000 point
Terima/Tolak"
Aku membaca baris per baris kalimat yang terdapat di layar transparan. "Sepuluh ribu poin? Apa itu maksudnya?"
Lizzy menatapku sambil tersenyum lebar. "Sepuluh ribu poin itu uang yang banyak, Kena! Kita bisa membeli selusin baju modis di pusat kota dengan uang sebanyak itu!"
"Ya, ya ... baiklah. Sekarang aku mengerti, jadi, poin itu seperti mata uang disini, huh?" Ujar Yura sembari menghela napas pendek. "Lalu, dimana letak bukit Roneve ini? Apakah jauh?"
"Sebenarnya tidak jauh," Lizzy mengelus tengkuknya. "Jika naik sapu terbang."Yura menatap Lizzy dengan tatapan horor. "Aku terbang selama satu menit saja sudah jatuh, apalagi aku harus kesana dengan sapu terbang?!"
"Menurutku ini ide yang bagus." Ujarku tanpa memedulikan tatapan maut dari Yura. "Yura, kamu bisa melatih menaiki sapu terbangmu dalam perjalanan kesana. Atau, jika kamu takut, kenapa kamu tidak memakai kekuatan teleportasimu saja?"
Yura mendengus kasar. "Aku hanya bisa berteleportasi dengan membayangkan tempat yang akan aku tuju. Bagaimana mungkin aku bisa bertelepostasi kesana sedangkan aku tidak tau bagaimana bentuk tempat itu?"
"Ya sudah, itu deritamu."
"Kena jahat!!" Yura mengembungkan pipi chubby nya. "Aku juga mau ikut, tahu!"
"Sudah, sudah, menurutku ucapan Kena tidak ada salahnya dicoba. Lagipula, ujian kenaikan tingkat 'kan sebentar lagi. Kamu tidak mau gagal 'kan? Jika aku pribadi sih, aku tidak mau gagal kali ini." Ujar Lizzy, lengkap dengan senyuman manisnya.
Aku tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Yura cemberut penuh kekalahan. "Bagaimana?"
"Baiklah, aku ikut."
"Yosh! Baiklah kalau begitu!" Lizzy menekan tombol "terima" di layar transparan yang mengambang tepat di hadapannya. "Kita berangkat besok sehabis kelas, ya? Menurut perhitunganku, hanya memakan waktu sepuluh menit untuk terbang dari sini ke bukit Roneve. Semangat!"
Aku tersenyum lebar. "Yah, ayo semangat." Godaku sambil melirik Yura dengan tatapan penuh ejekan.
Yura mendengus kesal. "Baiklah, mungkin besok akan menjadi sepuluh menit terburukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tales: School of Magic
Fantasy[OLD VERSION] Apakah kalian percaya dengan sihir? Ah, mungkin sebagian besar dari kalian tidak mempercayainya. Tapi, ke marilah bagi kalian yang percaya. Akan aku bisikkan sebuah rahasia yang bisa mengguncang seluruh alam semesta. Mau tahu rahasiany...