Aku tidak pernah mempercayai keajaiban. Sekalipun aku melihat seseorang yang sedang menaiki sapu terbang dan melayang satu meter diatas permukaan tanah tepat di depan mataku, aku tetap tidak mempercayai adanya keajaiban.
Mungkin ironis jika aku yang tidak mempercayai sesuatu yang bernama keajaiban itu justru sedang merasakan sebuah keajaiban.
Ya, itu terjadi padaku.
Dan aku mempercayainya.
***School of Magic***
Aku dapat merasakan sebuah sensasi dingin menjalar di seluruh tubuhku. Luka dan lebam akibat hajaran Griselle sama sekali tidak dapat kurasakan rasa sakitnya. Aku menatap dua manusia--atau bisa dibilang penyihir--yang berdiri tepat di hadapanku dengan tatapan tajam.
"Kamu boleh menyakitiku, tapi jangan sekalipun sentuh teman-temanku!!" Seruku murka.
Griselle balas menatapku tidak suka. "Tch, banyak gaya!"
Gadis itu mengangkat kedua tangannya, puluhan anak panah tajam muncul di sekitarnya, ada serbuk-serbuk hijau yang berhamburan di sekitar panah tersebut.
Raut wajah Alex pun berubah. "Griselle! Jangan menggunakan jurus itu! Kau bisa membunuhnya, bodoh!"
"Biar saja!" Desisnya. "Aku paling benci orang seperti dia! Berlaku seakan-akan dapat menyelamatkan semua orang ... padahal kenyataannya ...." dapat terlihat kesedihan yang sangat mendalam saat aku menatap sepasang mata Griselle.
"Griselle, tenanglah!" Alex berjalan cepat menghampiri Griselle.
Aku tetap menatap kedua bola mata bening Griselle, begitu juga sebaliknya. Griselle balas menatap mataku.
Baru saja aku membuka mulut hendak bertanya, dia langsung menyela.
"Kalian enak, wahai White Witch!" Seru Griselle parau. "Kalian berada di posisi yang jauh lebih menguntungkan daripada kami."
Aku kembali mengatup mulutku, kemudian ragu-ragu sebelum menjawab, "apa yang terjadi pada kalian?"
"Bukan urusanmu!" Griselle membanting tangannya ke tanah. Saat itu juga, puluhan anak tanah melesat dengan cepat ke arahku.
Aku menghindarinya sekuat tenagaku. Aku menciptakan bongkahan es raksasa untuk melindungiku, kemudian memikirkan rencana yang harus kulakukan selanjutnya.
"Hei, hei ... White witch? Kau bersembunyi?" Griselle muncul begitu saja dari balik bongkahan es dengan tangan terkepal, siap menghantamku.
Aku menghindari pukulan Griselle dan melompat menjauh.
Griselle menatapku dengan senyum sinis, aura yang tepancar darinya sangatlah suram dan menyeramkan. Gadis itu memasukan tangannya kedalam saku yang berada di celananya dan mengeluarkan sebuah pisau lipat.
"Ayo kita bertarung, White witch."
Keringat dingin mengalir di keningku. Tanpa aba-aba, dengan cepat Griselle telah maju untuk menerkamku.
Aku segera menghindari serangan pertamanya, tapi aku sedikit terlambat. Ujung pisaunya menggores pipi kananku. Sekarang, sudah ada dua goresan di pipiku.
Griselle mengokohkan kuda-kuda, dan kembali memancarkan serangan. Tak ada yang dapat kulakukan kecuali menghindar. Aku tidak dapat melukai siapapun, apalagi membunuh. Miss Rosseline pernah bilang padaku, bahwa kekuatan yang kumiliki ini adalah sebuah anugerah, dan hanya dipakai untuk kebaikan.
Dan aku tidak ingin mengingkari perkataan itu.
Terbesit sebuah rencana di otakku, suatu rencana gila yang nekat, dan tentu saja aku harus melakukannya. Tidak ada pilihan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tales: School of Magic
Fantasy[OLD VERSION] Apakah kalian percaya dengan sihir? Ah, mungkin sebagian besar dari kalian tidak mempercayainya. Tapi, ke marilah bagi kalian yang percaya. Akan aku bisikkan sebuah rahasia yang bisa mengguncang seluruh alam semesta. Mau tahu rahasiany...