Ruangan laboratorium yang besar dan megah tampak sangat sepi, suasana yag dingin membuat uap muncul setiap kali aku bernapas, apalagi berbicara. Setetes keringat menetes dengan mulus dari wajahku. Aku dengan penuh konsentrasi menuangkan setetes cairan Invisible leaf yang nyaris tak dapat kulihat kedalam botol alkemia yang memiliki mulut botol kecil.
"Hati-hati menuangnya, jangan sampai tumpah dan mengenai benda, apalagi menyentuhnya. Nanti bisa-bisa menjadi tidak terlihat." Travis mengingatkan sembari menghancurkan beberapa material ramuan dengan sebuah alat seperti blender di duniaku dulu.
"Iya, iya ... aku tahu! Kamu sudah bilang begitu lebih dari seratus kali!" Cibirku sebal, kemudian kembali berkonsentrasi.
Plung!
Suara tetesan jatuh membuatku menghela napas lega. "Setetes saja cukup, kan?"
Travis mengangguk. "Sisanya kau simpan saja, satu botol cairan invisible leaf dapat digunakan untuk membuat sekitar sepuluh botol invisible potion lagi."
Aku mengangguk mengerti, kemudian mengeluarkan secarik kertas berisi cara pembuatan ramuan. "Habis ini, cairan invisible leaf dicampurkan cairan junk fruit?"
"Benar," Travis menyerahkan gelas kecil berisi cairan berwarna kuning kepadaku. "Sepertinya tiga tetes juga cukup."
Aku memasukan tiga tetes cairan junk fruit kedalam botol alkemia, kemudian mengaduknya. Kemudian, sesuai dengan catatan di kertas, aku mencampurkan lagi dengan beberapa cairan, hingga airnya menjadi warna putih bening dan bersinar.
"Wah, cairannya bersinar!" Seruku kegirangan.
"Hmm ... tidak buruk juga ya untuk seorang pemula." Puji Travis.
"Travis! Kena!! Aku kembali!!!" Suara melengking Chaerin membuatku terkejut. Gadis itu tiba-tiba saja muncul di hadapanku, nyaris membuatku terjatuh karena saking terkejutnya.
"Cha, Chaerin! Jangan asal muncul begitu!" Protesku. "Kamu bisa membuat seseorang jantungan tahu!"
"Eeeh? Kenapa?" Chaerin mengembungkan pipinya. "Tapi ini sangat efektif, tahu! Aku dapat menerobos antrian di Cafeteria dengan mudah, lho! Jadi aku tak perlu susah payah mengantri." Kata Chaerin dengan bangga.
"Dasar," Travis menjitak pelan kepala Chaerin dengan gemas. "Jangan melakukan hal seenaknya."
Chaerin mengelus kepalanya. "Tapi, dengan kekuatan ini juga, aku bisa membelikan minuman enak untuk kalian." Chaerin memamerkan kantung berisi minuman kalengan dengan senyum lebar. "Silahkan!"
Aku dan Travis saling tatap, kemudian tertawa.
"Dasar!" Travis mengacak-acak rambut Chaerin.
Aku menerima minuman kalengan dari Chaerin tanpa menghentikan tawaku. Aku membuka dan meminum minumanku sedangkan Travis dan Chaerin masih bercanda tawa,
"Aku penasaran ..." gumanku, membuat kedua pasangan itu menoleh dan menatapku.
"Apa?"
"Apa kalian ..." kataku, "pa ... patner?"
"Tentu saja!"
"Lalu ,,," Aku menatap mereka dengan penasaran. "Apakah kalian ,,, pacaran??"
"Tentu saja!" Sahut Chaerin sembari memeluk erat tangan Travis.
Wajah Travis memerah. "Eh? Kata siapa? Kita tidak pacaran!"
"Kataku," ujar Chaerin sembari memamerkan deretan giginya yang rapih. "Dan aku bilang, kita pacaran! Hehehe ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tales: School of Magic
Viễn tưởng[OLD VERSION] Apakah kalian percaya dengan sihir? Ah, mungkin sebagian besar dari kalian tidak mempercayainya. Tapi, ke marilah bagi kalian yang percaya. Akan aku bisikkan sebuah rahasia yang bisa mengguncang seluruh alam semesta. Mau tahu rahasiany...