Choice

1.3K 102 2
                                    

Kita seperti dua kutub magnet yang saling berlawanan, sama-sama mencoba mendekat namun akhirnya akan menjauh

-Rafela-

Pict Rafa yang pergi ke rumah Adel

***

"Adel kalau udah besar jangan iri ya sama Dela" Ucap Keano yang sedang mengobati luka di lutut Adel  kecil dengan tersenyum, sementara Adel kecil menangis menahan sakit di lututnya.

Kejadiannya pagi itu ketika ia bermain sepeda dengan Dela di sekitar taman komplek. Adel yang berada di depan karena Saat itu Dela belum belum bisa menaiki sepeda. Awalnya semuanya baik-baik saja, sampai ketika ada anak laki-laki nakal yang sama sepertinya sedang mengendarai sepeda sengaja menendang ban sepedanya. Membuat sepeda yang di kendarai oleh Adel oleng dan akhirnya terjatuh.

Adel meringis kesakitan melihat luka yang berdarah di siku dan lutunya sedangkan Dela hanya memar saja di bagian siku. Melihat saudara kembarnya terluka Dela menangis dengan tersedu-sedu membuat Adel kebingungan sendiri. Untungnya rumah mereka sudah tidak jauh lagi sehingga mendengar anaknya menangis Keano langsung dengan sigap menghampiri mereka bersama Kinanti.

Kinanti memarahi Adel habis-habisan karena tidak dapat menjaga adiknya dengan mendekap erat tubuh Dela yang bergetar karena menangis. Sementara Adel hanya menatap nanar mereka berdua. Adel tidak di dekap seperti Dela ketika merasakan sakit, bahkan luka Adel lebih parah daripada yang di terima oleh Dela.

"Kenapa aku nggak boleh iri yah? Aku juga mau di peluk Mamah kaya Dela"

"Adel itu kuat makanya Mamah lebih memilih untuk memeluk Dela, Adel itu punya segalanya makanya Mamah lebih memperhatikan Dela"

"Jadi Dela nggak kuat? Kalau gitu Adel juga nggak mau kuat"

"Dengar Ayah! Adel itu kuat, baik sekarang ataupun nantinya"

Adel memandang kosong jendela gudang yang ditutup dengan papan. Faktanya adalah Adel tidak sekuat apa yang dikatakan Keano. Adel bahkan lebih lemah sekarang jika dibandingkan Dela.

Adel mengusap air matanya yang tidak bisa berhenti mengalir. Entah kenapa air matanya tidak pernah habis untuk menangisi takdirnya. Perutnya sungguh-sungguh lapar sekarang Dan beberapa kali berbunyi dengan nyaring ditengah kesunyian gudang penyimpanan.

Jika diperkirakan mungkin hari sudah berganti malam karena tidak ada satupun cahaya yang memasuki ruangan ini. Suara-suara hewan malam seperti jangkrik pun mulai terdengar untuk menemani sepinya suasana malam.

Perutnya semakin melilit karena satu hari ini ia sama sekali tidak memasukan makanan kedalam mulutnya. Biasanya setiap pagi ia memakan sarapan dengan Bi Sumi di meja makan namun karena tadi Kinanti Dan Keano masih berada di dalam rumah jadi Adel mengurungkan niatnya untuk makan pagi.

'ceklek'

Pintu gudang terbuka lebar membuat cahaya terang sedikit menyinari gudang yang gelap. Kinanti berdiri di depannya dengan wajah datar. Adel tersenyum bahagia karena mengetahui ia akan bebas dari ruangan gelap dan kotor seperti ini.

"Rafa di depan mencarimu dan jangan katakan apapun tentang ini kepadanya" Adel hanya mengangguk patuh mendengar ucapan Kinanti.

Rafela Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang