Thank's for coming to my life, dear
-Rafela-
****
Hari pengumuman kelulusan tiba, masing-masing anak kelas 12 sudah bersiap upntuk berdiri di papan pengumuman dan para orang tua sedang mengadakan konseling di ruang guru. Bagi Adel, hari ini adalah hari kelulusannya dan hari pengumuman apakah dia mengikuti tes pendidikan tinggi di Canada.Kata wali kelasnya, hasil pengumuman akan di lihat bersama nanti jam 12 siang. Tepatnya satu jam dari sekarang, Adel tidak melihat keberadaan Rafa dimana. Tadinya dia ingin menemani Rafa karena pasti di hari seperti ini dia merasa kesepian. Awalnya Adel juga berpikir bahwa dia pasti akan merasa kesepian, tetapi kali ini tidak.
Ada Via, Galih yang tadi datang untuk memberinya selamat dan bunga namun kini sudah pergi kembali. Ada Dela juga yang memaksa teman-temannya untuk meminta maaf dan mengucapkan selamat kepadanya. Mama juga tadi datang, katanya saat ini sedang pergi ke ruang guru untuk mengadakan konseling, tentu saja untuk Dela.
Sementara untuknya, tadi dia sudah berbicara langsung kepada wali kelasnya bahwa dia akan mengadakan konselinh sendiri dan selesai beberapa menit yang lalu. Saat ini mereka berada di kantin. Via dan seluruh teman kelasnya merayakan kelulusan dengan makan bersama. Tentu saja di bayar Via.
Adel tersenyum bahagia, sampai matanya menyipit. Jenis senyuman yang jarang sekali dia perlihatkan selama ini. Adel sedikit menyesal karena melewatkan masa SMA nya dengan kenangan buruk dan menutup dirinya. Adel dulu merasa tidak pantas bahagia karena telah membuat kembarannya menderita maka dia juga harus merasa menderita, begitu pikirannya.
Adel menengok kesampingnya melihat Dela yang sangat gembira mengobrol dengan teman kelasnya. Dela memang mudah beradaptasi dengan orang, dia mudah membuat orang lain tersenyum, dan Adel bersyukur karena Tuhan masih mengijinkan dia untuk melihat senyum kembarannya lagi.
"Adel, bentar lagi mau pengumuman lo nih, semoga aja keterima ya" Via tersenyum lebar, tangannya mengepal keatas dengan bersemangat. Tipikal seorang Via yang selalu memberikan energi semangat kepada siapapun di dekatnya.
Yang lainnya mulai bergantian menyemangati Adel. Adel ingin menangis rasanya, dia merasa bersalah karena telah menutup dirinya selama ini. Melarang siapapun untuk mendekatinya, meskipun banyak orang yang mendukungnya.
"Adel, gue harap lo gak akan lupain kita. Meski lo mikir kalo selama ini kita diem karena gak perduli sama lo, sebenernya kita perduli" Ucap Xavier-dia adalah teman Via yang lain, kata Via dulu dia ini mantannya dan Adel cukup terkejut karena mereka masih main bersama. "Lo jangan nutup diri lo lagi ya, you deserve to happy "
"Banyak omong lo Xav" sambung Via membuat yang lain tertawa.
"Gak enak banget lo manggilnya sumpah"
"Gaess bentar dulu, ada yang mau gue sampein ke kembaran gue"
Semuanya terdiam, menyimak Dela yang kini duduk menghadapnya. Matanya berkaca-kaca memandangnya. "gue minta maaf karena udah lahir di dunia ini dan buat lo menderita"
"Jangan bilang gitu, Del. Kamu lahir itu udah jadi separuh kebahagiaan aku"
"Sejauh apapun lo pergi, jangan pernah lupain gue, lo juga punya ponsel tuh digunain jangan cuma buat dengerin musik doang, buat sosial media kek twiter, instagram biar gue tau keadaan lo kalo sampai lo gak bales pesan gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafela
Fiksi RemajaPada akhirnya yang mencintai akan berusaha untuk berhenti berjuang ketika mereka tau perjuangan yang dilakukannya hanyalah sia-sia. Cerita ini dari hasil pemikiranku sendiri, bila ada kesamaan tokoh, tempat, ataupun lainnya mungkin itu hal yang tid...