Hai hai hai.....
Whats'up gaesss, hehehehe
Akhirnya datang lagi buat update cerita yang mungkin aja ga ada yang nunggu huhuhu :"
Tapi, beban aja gitu kalau punya cerita ga aku tamatin.Oh ya oh yaa aku ucapin terimakasih buat kalian yang selalu support aku untuk terus update cerita ini sampai menuju part cerita ini ending. Sampai sini udah ketebak belum endingnya kaya gimana? Aku harap sihh ga ketebak yaa, ga asik soalnya kalo udah ketebak.
Oh ya aku mau umumin lagi nihh, aku mohon partisipasi kalian untuk selalu tekan bintang dan tulis beberapa komentar tentang cerita ini. Entah itu komentar memaki mamahnya Adel atau komentar lainnya aku tampung kok :" kalo ada yang curhat di komentar juga gapapa, aku dengerin eh maksudnya aku baca wkwkwk. Enjoy the story.
Gue boleh jadi desember yang selalu menantikan datangnya januari?
-Rafela-****
Semua tampak normal bagi Adel. Hari-harinya berjalan lebih baik saat ia mencoba untuk melupakan segalanya, melupakan tentang rasa sakitnya, dan mencoba melepaskan apapun yang ia miliki. Termasuk Rafa dan Dela.Tapi tidak dengan hari ini, hal normal itu telah hilang dikarenakan Rafa yang saat ini berada di depan rumahnya dengan duduk diatas motornya. Jika saja Della tidak pergi dengan mamahnya beberapa menit yang lalu maka ia tidak akan merasa heran seperti ini.
Della memang diantar oleh mamah tadi pagi, mamah pulang dari luar kota tadi malam dan ia ingin menghabiskan waktu dengan Della. Adel mendengar bahwa mamah merasa menyesal karena telah meninggalkan kembarannya sendiri selama berhari-hari.
Tentu sakit rasanya, Adel yang sakit sampai berhari-hari saja tidak ada yang mengetahuinya. Karena, memang ia yang tidak pernah keluar dari dalam kamarnya ketika berada didalam rumah. Hanya bibi asisten rumah tangganya saja yang setiap hari mengantarkannya makan dan obat secara rutin. Tidak ada yang mengkhawatirkannya, dan itu sedikit membuatnya sesak.
Adel menundukan kepalanya ketika berjalan melewati motor yang dinaiki oleh Rafa. Entah perasaannya saja atau memang itu benar-benar terjadi, ia merasakan Rafa sedang tersenyum geli menatapnya. Tentu saja itu membuat jantung Adel berdetak sangat kencang. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain untuk membuatnya tidak terlihat gugup didepan Rafa.
"Adel"
Adel mematung ketika namanya dipanggil, rasanya seperti untuk melangkahkan kakinya saja ia tidak sanggup. Ia mendongakan kepalanya dan melihat wajah Rafa yang begitu dekat dengannya membuatnya gugup dan melangkah mundur dengan cepat.
"Lo kaya lagi liat hantu aja"
"Itu- Dela udah pergi ta-tadi" Adel merutuk dirinya yang terbata-bata dalam berbicara. Pasti Rafa akan menganggap jika dirinya belum sepenuhnya merupakan lelaki itu.
"Memang, gue tau"
"Te-terus kamu nunggu siapa di-disini?"
"Nunggu lo" Rafa melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukan pukul tujuh kurang lima belas menit.
Ia mengambil helm biru di motornya kemudian mendekat pada Adel. Rafa memakaikan helm yang dibawanya pada Adel kemudian menepuknya.
"Ayok berangkat"
"Ta-tapi Dela?"
"Oh ya gue lupa ngenalin diri gue, Hai gue Rafa, bukan pacar ataupun tunangan Dela. Boleh gue deket sama lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafela
Roman pour AdolescentsPada akhirnya yang mencintai akan berusaha untuk berhenti berjuang ketika mereka tau perjuangan yang dilakukannya hanyalah sia-sia. Cerita ini dari hasil pemikiranku sendiri, bila ada kesamaan tokoh, tempat, ataupun lainnya mungkin itu hal yang tid...