Marvin tampak tengah melakukan latihan otot dengan menggunakan barbel machine. Ia menyetting beratnya sejumlah 120 kg. Ia melakukannya sebanyak 4 set. Ia kemudian pindah melakukan pull up dengan teknik seperti menaiki tangga sebanyak 4 set. Ia pindah lagi ke bicep curl machine, tricep curl machine, shoulder press machine, berlatih dengan dumbbell, barbel dan static bike. Berbeda dengan Marvin yang fokus membentuk otot-ototnya, Raina memilih berlatih anggar. Ia tampak mengenakan satu set pakaian pelindung dan pedang anggar jenis floret.
Namun, Marvin berbeda dari biasanya, wajahnya terlihat seperti sedang haus darah dan matanya tampak tajam seolah ingin membunuh orang, dan mandi dengan darah orang yang ia bunuh itu. Biasanya ia beristirahat sejenak sambil menonton Raina berlatih, kali ini ia hanya istirahat untuk mengambil air minum dari dispenser dan melakukan peregangan maupun sekedar plank atau sit up.
"Rai, cowok lu kenapa sih?" Tanya Ocha, trainer sekaligus teman Raina yang sparing dengannya.
"Panjang Cha urusannya." Gumam Raina sambil menenggak air putih dari tumblernya.
"Ketauan main football lagi??" Tebak Ocha.
Gak sih... Cuma...."
***
"Halo??" Suara Marvin masih agak parau lantaran baru saja terbangun - tentu saja ia masih akan tidur jika ponselnya tidak berbunyi.
"Vin, aku lolos seleksi beasiswa ESMOD."
Seketika rasa kantuk Marvin seolah lari kocar-kacir tanpa meninggalkan jejak. Ia begitu shock mendengar kabar yang baru saja didengarnya. Pikirannya terlempar jauh membayangkan bagaimana ia bisa kuliah tanpa didampingi Raina. Selama ini, Raina yang selalu menemaninya belajar walaupun ujung-ujungnya ia mendapatkan nilai C.
"Terus??" Tanya Marvin.
"Ya... Tiga bulan lagi berangkat." Ujar Raina.
"Terus kuliahku gimana??"
"Ya kamu lanjutin."
"Damn!! How could you??!!" Bentak Marvin.
"Kenapa??" Tanya Raina.
"Kenapa??? Kamu tau aku masuk jurusan bangsat itu karena kamu??!!" Tukasnya.
"Ya dulu kamu kan masih bingung mau masuk mana... Jadinya aku arahin ke akuntansi." Ujar Raina.
"Kamu bahkan bisa liat sendiri UAN ekonomiku jelek parah... Dan bisa-bisanya kamu cuma ngasih pilihan akuntansi atau putus??!!"
"Ya pokoknya kamu tamatin kuliahmu, abis itu kamu mau me-reward diri kamu dengan mutusin aku juga gapapa."
"Kamu tau aku gak akan melakukan itu." Kali ini suara Marvin merendah. "KARENA AKU GAK AKAN LULUS SAMPE KAPAN PUN, KAMU PAHAM GAK???!!!!"
"Kamu akan lulus, Vin... Kamu pasti bisa. Aku yakin kok."
"Serah kamu deh... Aku gak mau denger kamu marah-marah kalo nilaiku jelek lagi." Kata-kata Raina tidak membuat Marvin melunak dan malah membuatnya semakin kesal.
***
Marvin dan Raina menyudahi latihan mereka. Mereka segera mandi dan ganti baju. Marvin menunggu Raina di member lounge sambil meminum sisa proteinnya. Ia membuka situs resmi NFL untuk sekedar membaca berita. Ia sedikit iri kala melihat banyak alumni USC Trojan yang baru saja di-pick oleh banyak tim NFL.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST YARDS
Fiksi Remajamenggemari sebuah olahraga yang sangat jarang peminatnya di Indonesia tentunya sangat menyebalkan. Itulah yang dialami oleh Marvin Wiranegara, mahasiswa tingkat awal di Indonesia. menggemari olahraga American Football yang merupakan olahraga kebangg...