arunarendratm replied to your story: Nessa cantik...
Aku menyentuh notifikasi yang baru muncul di layar handphone-ku. Tampillah fitur direct message instagramku dengan Aruna.
Nessa cantik ya Kai, tulisnya membalas instagram story-ku.
Aku memutar bola mataku malas sembari mengetikkan balasan untuk Aruna.
Iyalah, cewek.
Tak lama, Aruna membalas lagi.
Kalo gue nembak Nessa, dia mau nggak ya Kai?
Tanya sendiri lah. Gue bukan Nessa.
Lampu LED di handphone-ku menyala merah. Tanda bahwa daya baterainya harus diisi ulang. Segeralah kupasang charger dan kusetel mode pesawat agar tidak ada yang mengganggu proses pengisian daya handphone-ku dan juga aku. Ya, tentu saja aku juga butuh mengisi daya setelah kuliah kalkulus dan geometri selama 5 jam tanpa jeda.
***
Aku terbangun karena pintu kamarku diketuk berkali-kali. Masih dengan mata penuh kantuk, aku bangun dan membuka pintu kamarku. Nessa.
"Apa?" tanyaku malas.
"Aruna nembak gue, Kai. Gimana, nih?" tanya Nessa panik seraya memaksa masuk ke kamarku.
"Nembak?"
"Ya, nembak. Minta gue jadi pacarnya. Ah, elo, bangun tidur lama banget loadingnya," seru Nessa sambil berkacak pinggang.
"Kok bisa?"
"Ya bisa, lah, Kainaaa. Aruna chat gue tadi, ngungkapin perasaannya. Terus ya dia nembak gue."
"Chat?"
"Iya, ih! Diulang-ulang terus, sih, gue ngomong apa. Gimana, nih?"
"Lo ditembak lewat chat?"
"Iyaaa," jawab Nessa gemas.
"Mau?"
Nessa terdiam dan terduduk di kasurku.
"Keputusannya di tangan lo, lah. Ngapain nanya gue? Kalo mau ya tinggal bilang mau, kalo enggak ya tinggal bilang enggak," lanjutku karena Nessa tak kunjung menjawab.
"Gue belom pernah ketemu sama Aruna, tapi gue udah ngerasa nyaman gitu, Kai, selama chatting atau video call sama dia."
"Kata orang-orang, sih, masa PDKT itu emang manis banget. Hati-hati aja ketemu orang munafik di masa PDKT."
"Jadi menurut lo tolak aja, nih?"
"Gue nggak ada nyuruh nolak atau nerima, ya. Tanya sendiri sama hati lo maunya gimana. Udah, ah, gue mau tidur lagi. Keluar sana," ucapku sambil menarik tangan Nessa untuk keluar dari kamarku.
"Kai." Nessa menahan pintu kamarku sebelum kututup.
"Kalo gue nerima Aruna berarti lo jadi jomlo sendirian, dong. Nggak papa?" tanyanya sambil tersenyum jahil.
"Yang penting gue bahagia," jawabku sambil menutup pintu kamar dengan agak keras.
"Minta Mas Janu buruan nembak makanya, Kai!" seru Nessa dari luar pintu disusul dengan tawanya.
Aku menghela napas pelan.
Kucabut charger handphone-ku dan ku-non-aktifkan mode pesawat di handphone-ku. Segera saja muncul banyak notifikasi dari berbagai macam aplikasi. Namun hanya ada satu yang menarikku untuk langsung membukanya. Sebuah notifikasi WhatsApp.
Mas Janu
Maaf, habis kelas.
Nanti sore aku ke kostmu.***
Kata orang, kalo lagi galau itu manusia lebih produktif untuk berkarya. Bener, ya? Hehehe.
Selamat malam minggu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Merpati
Teen Fiction"Cari pacar, sih, Kai." "Biar apa?" "Biar nggak sinis-sinis sama orang pacaran." "Siapa suruh perbandingan cerita sambil ketawa sama cerita sambil nangis dari orang pacaran lebih banyak sambil nangisnya?" Katanya cara manusia mencintai itu beda-beda...