Tiga (2)

18 2 0
                                    

"Mau ngobrol di sini atau di luar?" tanya Mas Janu setelah memberikan kemeja putih miliknya yang ingin kupinjam.

"Ini kan udah di luar, Mas," jawabku sambil menunjuk pintu pagar kost.

"Maksudnya di luar daerah kost-mu."

"Di luar aja, deh. Laper aku."

"Kamu mau makan?"

Aku mengangguk.

"Katanya mau ngobrol, gimana, sih?" tanya Mas Janu sambil menahan senyumnya.

"Ya ngobrol... Sambil makan juga."

"Nggak boleh tau ngobrol sambil makan, nanti keselek."

"Ngobrol itu paling enak kalo sambil makan bareng tau, Mas. Perkara keselek, mah, kurang cerdas berarti itu orangnya."

"Ya, kan, baru nyuap nasi, nih, masih ngunyah, terus dia ngomong, 'sayang, aku mau cerita, deh' ke pacarnya," kata Mas Janu.

"Terus dia keselek, nasinya kesembur ke pacarnya," lanjutku.

"Terus pacarnya marah, 'ih, kamu jorok banget, sih' terus, 'ditelen dulu kalo mau ngomong, tuh' terus pacarnya pergi, deh."

"Pacarnya itu cewek atau cowok?"

"Cewek, lah. Masa dia homo."

"Nggak dianterin cowoknya?"

"Pacarnya, kan, ngacir aja abis marah-marah karena disembur."

"Terus terus?" tanyaku antusias. Aku selalu suka percakapan kami yang seperti ini kalau kamu mau tau.

"Si orangnya tadi HPnya bunyi," lanjut Mas Janu.

"Yang makan sambil ngomong ke pacarnya tadi?"

"Iya. Ditelepon pacarnya."

"Kata pacarnya apa?"

"Kamu, kok, nggak nyusul aku, sih?" ucap Mas Janu sambil meniru suara perempuan.

"Kupikir kamu marah," sahutku berperan sebagai laki-lakinya.

"Udah tau aku marah bukannya disusul terus dibaik-baikin malah dibiarin pergi gitu aja, gimana, sih?"

"Jadi kamu mau aku susul, nih?"

"Nggak usah!"

"Terus ceweknya beneran pulang sendiri?"

"Enggak, dia balik lagi ke warung makan nyamperin cowoknya."

"Lah, ngapain?"

"Marah-marah lagi terus minta dianterin pulang saat itu juga."

"Ih, kalo aku jadi ceweknya, mah, pulang tinggal pulang. Ngapain balik lagi ngemis-ngemis dianter pulang? Lagian cowoknya jorok gitu."

"Kan ceweknya bukan kamu. Kalo kamu, mah, pas disembur nasi paling kamu sembur balik, atau nggak, langsung kamu tonjok sampai babak belur."

"Ih, aku nggak gitu, ya," ucapku sambil memukul lengan atasnya pelan.

"Nah, ini buktinya, nih," katanya dan disusul tawa kami berdua.

"Udah, ah, aku ganti celana dulu, abis itu kita keluar cari makan sambil ngobrol," kataku.

"Oke, jangan lama-lama, ya, Kai."

***

Aku gregetan gitu pengen post adegannya Kaina sama Mas Janu. Ini narasinya dikit banget btw, soalnya aku sukanya Kaina sama Mas Janu ngobrol terus aja gitu. Random banget mereka aslinya, tuh. Ya begini deh. Hehehehehehe. Semoga suka, ya.

With love,
Dev.

MerpatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang