Part 3 | Menggilai Aroma Itu

22 3 11
                                    

Jangan pernah tunjukkin rasa gugup ini sama cowok lain. Tolong jangan biarin cowok lain menikmati nya. Karena, ku pikir, baru saja aku meng-claim bahwa itu adalah milik ku.
-Arnan Eraslan-
.
.
.

Aku masih setia mengurung seluruh tubuh dalam balutan selimut. Ya, ini posisi yang paling aman untuk menutupi rasa malu sekaligus kesal yang ku rasakan. Bagaimana tidak? Mas Eyin benar-benar keterlaluan! Membiarkan aku menanggung malu selama keberadaan cowok aroma kayu manis itu di dalam ruang rawat inap ku.

Jadi, dua kali pertemuan ku dengan Arnan Eraslan, aku melakukan kesalahan yang sama dan berujung dengan mempermalukan diriku sendiri. Sepertinya, tidak satu pun situasi baik berpihak pada ku.

Pertemuan pertama di taman, ketika Arnan menggendong tubuh ku, tanpa sadar untuk beberapa saat sebelah tangan ku terangkat menyentuh bahu nya, sementara kepala ku dengan tidak tahu malu nya menyender ke dada nya. Mengendus aroma kayu manis yang melekat ditubuh lelaki itu. Memabukkan? Kurasa bukan itu yang kutemukan. Tapi, kenyamanan yang menjalar ke hati ku. Membuat ku merasa seperti terlindungi.

Dan dipertemuan yang kedua, aku melakukan nya -lagi-.

Sungguh, aura panas langsung menguar dari wajahku ketika mas Eyin tiba-tiba masuk dan memergoki aku yang sedang bergelayut nyaman menikmati aroma lelaki itu. Sementara lelaki itu, ku rasa dia hanya tersenyum geli melihat kelakuan ku yang absurd itu.

Mungkin dia menertawakan sikap ku yang tidak konsisten. Galak di awal pertemuan, namun kalah kalau sudah di perlakuan seperti itu. Ya ampun, benar-benar setipis itu harga diriku!

"Dek, kamu ngapain? Ngendus-ngendus kayak anak bayi?"

Itulah pertanyaan mas Eyin ketika melihat posisi ku yang masih bergelayut dalam gendongan Arnan.

Refleks aku langsung membuka mata dan bergerak memukul brutal dada Arnan untuk menurunkan tubuh ku. Padahal itu kulakukan sebagai pelampiasan rasa malu. Sementara hati ku masih menginginkan berada di posisi nyaman itu. Dasar penghianat kau Nara Blossom!

Ya, mama dan papa memberi nama Nara Blossom pada ku. Ketika aku berada dalam kandungan, mama sangat menyukai bunga-bunga yang sedang bermekaran di Korea ketika sedang musim semi. Nama pohon yang memekarkan bunga cantik itu adalah Cherry Blossom. Maka, terciptalah ide untuk membuat nama akhir ku dengan kata Blossom yang sebenarnya sedikit janggal ditelinga orang Indonesia. Tak jarang juga orang mengira aku memiliki keturunan orang luar, tapi berulang kali aku harus selalu menjelaskan hal yang sama pada orang yang berbeda-beda.

"Hmm... Hmmm" Aku gugup, bergerak salah tingkah diatas tumpuan kaki. Ku rasakan wajah ku semakin memanas.
Sementara mas Eyin cuma terkekeh geli melihat tingkah ku, tak jauh berbeda dengan ekspresi yang diberikan Arnan. Sikap nya yang lebih tenang dariku, tangan dimasukkan ke saku celana, posisi nya sangat santai, lalu..... Memandang ku dengan ekspresi yang seolah mengatakan 'kamu lucu kalau lagi salah tingkah gitu'.

"Ara mau tidur" ucap ku sembari menggapai tiang infus yang berada di sebelah kiri. Namun sulit. Pergerakan buru-buru ku karena rasa gugup lagi-lagi membuat roda nya tersangkut! Tenang Ara! Tidak boleh mengumpat.

"Tenang, jangan buru-buru gitu, kamu jadi keliatan banget gugup nya. Sini mas bantu!"

Tawar mas Eyin. Namun masih terdengar kekehan di akhir kalimat nya, menandakan kalau dia masih meledek ku. Kali ini, aku benar-benar kesal dengan mas Eyin. Awas saja akan ku adu kan lagi dia dengan mbak Citra.

"Udah, gak perlu!" Ketus ku pada mas Eyin sembari menepis tangan nya yang sedikit lagi menggapai tiang infus.

"Ketus banget sih neng" Ledek nya betambah parah dengan kekehan yang lebih jelas. Ya ampun! Sekarang dia terang-terangan meledek ku. Dia... Dia masih menganggap ku adik kandung gak sih? Kenapa dia senang sekali mempermalukan ku? sementara dia jelas tahu orang yang menyebabkan aku malu sedang berada disini, menyaksikan perdebatan kami.

Cowok Aroma Kayu ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang