"Mulut nya ditutup, jangan mangap terus. Jangan biarin lalat ngeduluanin aku buat ngerasain bibir kamu. Gak lucu kan kalau aku harus bersaing sama lalat"
-Arnan Eraslan-
.
.
."Enak ya taman nya dipandangin terus sama cewek cantik”.
Seruan seseorang yang berhasil membuyarkan lamunan ku.
Seketika ku putar arah pandang ku ke sumber suara yang parah nya telah berhasil menurunkan kadar mood ku ketitik yang paling terendah. Kupandang lelaki itu dengan ekspresi masa bodo, namun sedetik kemudian telah kembali beralih ke objek pandang ku semula.
“Lagi ngeliatin apa sih mbak?” sadar aku tak merespon ucapan nya yang sebelum nya, dia kembali mencoba peruntungan nya yang kedua dengan menimpal sebuah pertanyaan yang membuat aku semakin murka.
“mbak jidat lo! muka lo terlalu tua buat manggil gue mbak” jawab ku tanpa mengalihkan pandangan ku. Kudengar dia sedikit meringis sembari menggaruk tengkuk nya yang kuyakini tidak gatal.
“heemmm sorry, yaudah aku ulangi. Lagi ngeliatin apa sih dek?” dia mengulangi pertanyaan nya dengan senyum yang sedari tadi tidak pernah menghilang.
Percayalah! Hal itu membuat darah ku semakin mendidih. Walaupun tidak bisa ku pungkiri senyum itu terlihat manis dan cukup meneduhkan.
“lo pikir gue anak TK seenak jidat lo manggil gue adek” jawabku ketus.
Ah cukup sudah! Ku pikir dia akan menyerah berbicara denganku dan memilih untuk angkat kaki. Namun, itu hanya perkiraan ku. Nyatanya dia masih bertahan pada posisi nya yang sedikit berjongkok, dimana salah satu posisi kaki di buat lebih tinggi dengan ujung tumit yang sedikit menjinjit. Ku anggap dia berusaha untuk mensejajarkan posisinya dengan ku yang sedang menggunakan kursi roda.
“Kamu lucu yaa, dipanggil mbak protes, dipanggil adek juga protes. Terus aku harus manggil apa dong? tante, ibu, atau eyang?” Ucapnya dengan cengiran tanpa dosa.
Aku mendelik tajam pada nya, mendengus sekasar yang ku bisa. ah dasar cowok gila! Namun hal itu tidak seketika melunturkan dunia nya yang dengan gamblang nya terus menertawakan ku. Ku sorot cowok gila itu dengan tatapan tajam ku hingga akhirnya dia berhenti tertawa dengan memegangi perut nya.
“ihh makin cantik kalau lagi kesel gitu”. Ucap nya tanpa rasa berdosa.
Ya Tuhan, makhluk macam apa dia ini?? Ingin rasanya aku menendang nya keluar dari bumi dan mendarat ke planet pluto yang bahkan sekarang sudah tidak di akui lagi keberadaan nya.
Ku ayun kan cepat tanganku untuk menggerakkan kursi roda berniat meninggalkan cowok sinting itu. Aiiissssshhh kenapa susah sekali digerakkan. Apa kursi roda ini juga sedang ingin mempermain kan ku, huh?
Baiklah, akan kupaksa dia untuk menjalankan tugas nya membawa ku menjauh dari cowok planet pluto itu. Satu, dua, tiga, tarik!! Tapi…..ah melayang.
Aku merasakan tubuhku melayang diudara untuk beberapa detik. Apa yang terjadi? Aku hanya memejamkan mataku dan sedetik kemudian kurasakan sepasang tangan kekar kini sedang membalut tubuhku dalam gendongan nya.
Kenapa tiba-tiba wajah nya dan wajah ku jadi begitu dekat. Tega sekali jarak memangkas diri sehingga mendekat kan ku dengan nya. Ah, posisi wajah nya yang cukup dekat membuatku dapat merasakan nafas mint yang segar itu. Cukup memberikan sensasi aneh yang aku sendiri pun tidak dapat menerjemahkan nya.
Bibirnya yang merah cukup menarik untuk disentuh. Kira-kira bagaimana ya rasa bibir merah nafas mint itu?
Kecup!! Kecup!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Aroma Kayu Manis
Fiction généraleMengagumi aroma nya yang lembut, aroma yang memberi kesan nyaman saat menyentuh indra penciuman ku. Cowok itu mempunyai aroma yang khas, aroma yang kusuka. Saat aku, berada didekat nya, tepat nya dihadapan nya, menyimpan kepalaku didada bidang nya...