Part 8 | Meraba Hatimu

11 4 4
                                    

"Kenyataan yang harus diterima oleh sisi pesimis ku bahwa aku telah jatuh pada sosok Arnan"
-Nara Blossom-
.
.
Happy Reading!
Typo? Please correct it!

Malam itu, malam ketika satu pesan yang ku kirim pada Arnan berakhir tanpa sebuah balasan, kenyataan pahit yang harus ku terima bahwa lelaki itu memang tak berniat membalas pesan ku.

Satu bulan telah berlalu dan aku benar-benar tidak pernah bertatap muka lagi dengan Arnan. Bahkan, dia pun tak pernah lagi menganggu ku melalui chat pribadi. Padahal dulu, sebelum malam acara makan malam itu berlangsung, dalam rentang 1 minggu kami bertukar nomor, dia selalu merecoki ku dengan pesan-pesan yang isi nya selalu jatuh pada godaan-godaan receh.

Ketika malam pertama dia sah memiliki nomor ponsel ku, dia mengirimkan pesan yang mampu membuat diriku melayang tak tau malu.

Hai, akhirnya punya nomor calon istri juga. Jadi gini ya rasa nya, berbunga-bungan pengin buru-buru nyapa calon istri. Eh, boleh nelpon, gak? Kangen dengar suara kamu kalo lagi nge-galakin aku.

Tentu nya pesan itu terabaikan begitu saja. Tak berniat sama sekali untuk membalas. Dia memang se-ambigu itu. Terkadang aku bingung, disatu saat dia bisa bersikap sangat dingin dan cuek, namun di satu saat juga sikap nya bisa jadi sangat slengek-an seperti seorang remaja lelaki yang sedang mengalami masa pubers, jatuh cinta pada lawan jenis dan sedang gencar-gencar nya untuk mendapatkan sang pujaan hati.

Terkadang aku juga merasa dia itu seperti jelmaan dari seorang Casanova tangguh yang mulut nya memang sudah terlatih untuk mengeluarkan gombalan-gombalan dikala dia sedang menggoda ku. Seolah dia sudah sering dan terbiasa dengan para wanita. Kemudian, sisi pesimis ku berbisik agar jangan memberi celah pada hati ku untuk menerima segala godaan-godaan nya.

Namun gagal, kenyataan yang harus di terima oleh sisi pesimis ku bahwa aku telah jatuh pada sosok Arnan.

Tidak tau kapan pasti nya, namun sosok itu benar-benar masuk dan diterima dengan mudah oleh hati ku.

***
Hari kembali berlalu tanpa terasa, terhitung sejak malam itu, malam terakhir Arnan mengirim pesan dan kubalas dengan pernyataan yang mungkin saja menjadi penyebab Arnan tak menampakkan lagi batang hidung nya kepada ku.

Satu bulan yang lalu aku masih bisa mentoleransi ke-alpaan diri nya dari kehidupan ku, ke-alpaan nama nya dari deretan ID Contact yang masuk dalam aplikasi chat ku, namun untuk bulan kedua ini, ku rasa sudah cukup.

Dengan mengenyampingkan segala rasa malu, meruntuhkan segala ego dan harga diri, membangun sekuat-kuat nya pondasi pijakan, dan menempel setebal-tebal nya rasa percaya diri diwajah yang mungkin akan mendapat julukan sebagai muka tembok. Tak peduli! Karna saat ini pijakan ku telah menapak di depan pintu ruangan Arnan.

Mencoba mencari keadilan untuk hati ku yang terlanjur di pontang-pantingkan oleh sikap manis nya. Dan kuputuskan untuk mengambil tindakan nekat ini. Ketika tangan ku telah siap untuk mengetuk pintu, tiba-tiba saja sekelebat ingatan memenuhi memori ku tentang wajah nya yang selalu tengil ketika berhadapan dengan ku, ekspresi yang seperti mengejek melihat tingkah ku ketika dia selalu berhasil membuat pergerakan ku kaku dan salah tingkah. Argh, memang kurang asem itu si Arnan Eraslan. Ternyata kilasan ingat itu sangat berefek dan membuat nyali ku kembali ciut.

Mengembalikan tangan ku keposisi semula dan mengambil langkah mundur, kemudian berbalik menjauh dari ruangan itu. Semuanya telah pupus. Sepertinya tak akan pernah ada yang namanya adegan mewek-mewek menuntut kejelasan dari Arnan. Padahal aku sudah membayangkan ketika diri ku tak berdaya dengan berderai air mata di depan Arnan. Aish, sepertinya akan sangat memalukan. Aku perlu berbangga dengan keputusan ku yang satu ini. Dengan harga diri yang menurutku telah menipis di mata Arnan, setidaknya aku tidak jadi menceburkan diri kedalam lubang malu-maluin.

Cowok Aroma Kayu ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang