Cowok Aroma Kayu Manis

Part 9 | Menemukan Jawaban

"Mungkin kata maaf hanya akan membuat ku semakin menjadi lelaki bajingan dimata mu. Untuk itu, aku gak akan membuat image ku semakin bertambah buruk"
-Arnan Eraslan-
.
.

Aku rekomendasiin dengerin lagu Bukan Cinta Biasa dari Afgan sambil baca part ini.

Happy Reading!

Sekitar setengah jam menunggu, akhirnya mas Eyin datang. Sebelum pulang, mas Eyin menawarkan untuk jajan ice cream di cafe yang biasa aku, mba Citra dan mas Eyin kunjungi. Tentu saja aku menerima tawaran itu. Apalagi mas Eyin mengatakan kalo mba Citra sudah menunggu disana. Rasanya sudah lama sekali tak berkunjung dan menikmati waktu disana bersama mereka.

Dulu, ketika aku masih diawal semester, kami bertiga selalu kesana bersama. Namun, seiring berjalan nya waktu, kami semakin sibuk dengan urusan masing-masing, waktu pun semakin sempit untuk hanya sekedar mencocokkan waktu untuk berkumpul. Terkadang aku datang sendiri berkunjung sembari membaca novel yang baru saja ku beli. Ku pikir, ice cream akan bisa meredakan rasa sesak ketika aku selesai membaca novel yang selalu berakhir sedih dan mengembalikan mood ku setelah nya.

***
Aku dan mas Eyin sampai dirumah ketika sore hari. Malam nya aku disibukkan dengan skripsi yang akan ku sidangkan minggu depan. Tadi, saat menunggu mas Eyin dimobil, aku mendapat 1 pesan dari salah satu staff bagian umum fakultas bahwa jadwal sidang ku telah keluar, yaitu hari selasa minggu depan. Rasanya campur aduk, bahagia sekaligus gugup. Aku memberitahukan pada mas Eyin saat masuk ke mobil. Dia memberikan semangat, menenangkan dan meyakinkan ku bahwa aku pasti mampu melewati nya dengan baik. Yang terpenting katanya aku harus tampil percaya diri dan menguasai isi skripsi ku. Seketika semangat ku seperti ter-charger kembali. Mungkin, ini juga salah satu alasan mas Eyin menawarkan untuk jajan ice cream siang tadi. Membuat ku semakin sayang jadi nya sama mas ku yang satu itu.

Mengulang kembali bab 1, 2 dan 3 yang membahas tentang latar belakang, teori-teori dan metodologi. Ketiga bab ini hanya perlu kuulang kembali karna telah ku presentasikan ketika seminar proposal. Yang perlu ku fokus kan adalah bab 4 yang berisi hasil dari penelitian ku. Kemudian bab 5 yang hanya berisi tentang kesimpulan dan saran. Jadi tidak perlu terlalu dibahas secara spesifik.

Ketika pikiran ku sedang fokus membahas bab 4, ponsel ku tiba-tiba berdering menandakan ada satu panggilan masuk. Kuraih ponsel yang terletak di meja nakas samping ranjang. Melihat ID Contact yang terpampang di layar ponsel membuat ku membeku sejenak. Menyadari bahwa yang menelpon adalah orang yang dua bulan belakangan ini membuat hari-hariku cukup berantakan. Orang yang membuat ku terlanjur berharap kemudian dengan mudah nya melenyapkan harapan itu. Orang yang namanya sejak sore tadi kuputuskan untuk masuk dalam daftar nama yang perlu dihapuskan dari deretan nama-nama orang terpenting dalam hidup ku. Dia bukan siapa-siapa, jadi tidak ada alasan yang mengharuskan ku untuk menjawab panggilan dari nya.

Ku biarkan saja ponsel itu berdering hingga berhenti dengan sendiri nya.

Setelah sekian lama terus berdering, tak ada panggilan masuk lagi. Ku raih kembali ponsel ku, melihat ada 12 panggilan tak terjawab dan itu semua dari Arnan. Tenyata, dia berhenti pada panggilan yang kedua belas. Apa, dia telah menyerah? Semudah itu? Kenapa aku malah tersakiti sendiri dengan ini?

Kusimpan tangan tepat di bagian dada, meremas nya sedikit seolah bisa meredakan rasa sesak ini. Sebisa mungkin ku tahan untuk tak mengeluarkan air mata. Lelaki seperti nya, tak perlu ku tangisi! Batin ku berteriak, berbanding terbalik dengan hati ku.

Ditengah-tengah rasa sesak yang kurasakan, ponsel yang masih berada dalam genggaman ku kembali berdering. Namun kali ini bukan lagi dari ID Contact 'Cowok A.K.M', tapi dari satu nomor tanpa ID Contact.