Dengan gerakan pasti singto memangut kedua belah bibir itu rakus dan tangannya tidak tinggal diam, ia telusuri tiap jengkal kulit punggung krist di dalam kaos yang krist gunakan.
Mereka terhanyut dengan ciuman yang mereka berdua lakukan. Sampai akhirnya Krist tersadar dengan apa yang mereka lakukan itu salah, apalagi di rumah itu bukan hanya ada mereka berdua saja, masih ada kakaknya-Gun yang juga berstatus 'istri' lelaki yang berciuman dengannya barusan.
Kenapa dia sampai bisa melakukan hal seperti itu dengan si brengsek Singto umpat Krist dalam hati.
"tidak semudah itu Singto" ucap Krist sambil mendorong Singto dan kemudian tersenyum meremehkan lalu berlari menuju ke kamarnya.
Singto terdiam ditempatnya, mencerna apa yang baru saja dia lakukan dengan adik iparnya itu.
"apa yang baru saja aku lakukan" ucap Singto sambil menjambak rambutnya.
"Singto bodoh, kenapa kau bisa sampai kelepasan seperti tadi" maki Singto pada dirinya sendiri.
Singto langsung kembali ke kamarnya takut Gun terbangun dan dia tidak ada di sampingnya. Sesampainya Singto di kamar dia memandang Gun dengan tatapan bersalah. Singto merasa bersalah pada 'istri' imutnya itu. Dia berjalan kearah sisi ranjang yang kosong. Dia membaringkan tubuhnya disamping Gun yang tertidur dengan pulasnya. Dia menolehkan wajahnya tepat kearah Gun.
"maafkan aku" ucap Singto tepat di depan wajah Gun tidak lupa memberi kecupan di dahi Gun.
Singto menutup matanya dengan menggunakan lengannya, dia ingin tidur dan melupakan kejadian tadi.
.
.
.
Krist lari ke kamar dan mengunci pintunya, dia langsung merosot terduduk di depan pintu kamarnya. Dia merasa marah dan sedih pada dirinya sendiri karena berani melakukan hal seperti itu dengan suami kakaknya dan dia merasa telah berhianat pada kakaknya. Bayang bayang mereka berciuman tadi tergambar dengan jelas pada otaknya. Krist mengusap wajahnya dengan kasar.
"lupakan kerjadian tadi Krist" ucapnya sambil memukul mukul kepalanya.
"lupakan, anggap hal tersebut tidak pernah terjadi" monolog Krist pada dirinya.
Krist lalu beranjak ke tempat tidurnya. Dia ingin melanjutkan tidurnya dan juga ingin melupakan kejadian yang baru saja terjadi.
.
.
.
Matahari sudah menampakkan dirinya menggantikan bulan untuk rehat dari tugasnya, kicauan burung burung bagai nyanyian di pagi hari yang cerah ini. Sinar matahari pagi mengganggu tidur sesosok laki laki manis yang sedang asik bergumul dengan selimutnya. Laki laki itu Krist, dia membuka mata sambil mengucek mata bulatnya untuk menyelesuaikan sinar matahari yang menyinari wajahnya. Setelah nyawanya terkumpul dia beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.
Krist keluar kamar sudah dalam keadaan rapi, dia langsung menuju ruang makan. Di ruang makan sudah ada Singto yang duduk di meja makan dan Gun yang juga menyiapkan makanan untuk mereka semua. Krist berjalan menuju ke meja makan dengan ragu ragu, dia masih teringat tentang kejadian semalam. Sedangkan tidak jauh berbeda Singto yang melihat Krist berjalan kearahnya-lebih tepatnya ke meja makan- merasa canggung, ketika melihat Krist bayangan kejadian semalam langsung tergambar begitu saja di pikirannya.
"Pagi kit!" sapa Gun saat melihat Krist berjalan menuju meja makan.
"Pagi phi"balas sapa Krist dengan pelan.
"ada apa dengan wajah mu itu? Ini masih pagi" tanya Gun setelah melihat raut wajah Krist yang tidak bersemangat.
"tidak ada apa apa phi" jawab Krist dengan tersenyum palsu

KAMU SEDANG MEMBACA
flirting
Fanfickau yang menyeretku dalam permainan gilamu,jadi jangan berharap aku akan menyerah.aku akan berjalan sampai finish,sampai kau meneriakkan game over dan kau mengaku kalah dan terjerat dalam permainan cintaiku - singto aku bertaruh dengan takdir,membuk...