Prologue

45 14 4
                                    

Semua orang pasti berharap bisa mendapatkan kehidupan yang mereka inginkan entah dikehidupan sekarang atau dikehidupan selanjutnya.

Seperti bisa membeli barang-barang mewah, liburan ketempat-tempat yang indah dan menikmati kehidupan, layaknya berada disebuah negeri dongeng.

Tapi tidak bagi Yena rasanya semua itu hanyalah sebuah mimpi disiang bolong. Walaupun begitu tidak ada kata lelah, kepercayaan nya akan sebuah kata bahwa setiap orang setidaknya berhak mendapat kebahagiaannya walaupun hanya sekali.

****

"Dia itu orang aneh!!"

"Jangan pernah bermain dengannya atau nanti kalian akan kena sial!!"

"Benar! Dia itu berteman dengan hantu!!"

Terlihat segromobolan anak kecil dengan bola salju ditangannya mengrumuni gadis kecil yang tersungkur diatas salju tebal. Rasanya seperti puluhan semut yang mengrumuni makanannya.

"Ya! dengar !! dia adalah anak yang terkutuk, ibuku bilang jika kita berteman dengannya kita akan kena sial",

Ucap bocah laki-laki, yang mulai melempar bola salju yang dari tadi  dipegangnya, lemparannya pun mulus mengenai kepala gadis kecil yang malang itu.

Rasanya kurang asik jika hanya satu bola salju yang mengenai gadis itu, kiranya seperti itulah yang ada dipikiran anak-anak nakal itu, tanpa pikir panjang semua anak itu mulai melempar bola salju yang sebelumnya sudah mereka siapkan.

Semua anak itu tertawa keras seperti sedang memainkan permainan yang sangat menyenangkan,

Tapi tentunya tidak dengan gadis kecil itu, air matanya perlahan mengalir membasahi pipi merahnya, dengan tangan kanannya yang  berusaha melindungi kepalanya dari lemparan bola salju yang dingin.

"Aku bukan orang aneh...." Ucapnya dengan bibir bergetar menahan air mata yang sebenarnya tidak ingin ia tumpahkan. Air matanya seakan bertanya, mengapa meraka melakukan ini?Apa yang salah pada diriku? Apa menjadi berbeda adalah suatu kesalahan?

Tapi apa daya tubuh mungilnya tidak sebanding dengan mereka, yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu dan berharap akan ada keajaiban menghampiri nya.

" Sudah waktunya kita kembali ke kelas, aku mendengar suara bel!! aku tidak mau dihukum guru galak itu lagi ",Ucap bocah perempuan dengan menunjuk gedung tidak jauh dari taman ini.

Semua anak itu melihat gedung yang ditunjuk gadis itu, lalu beralih memandang anak laki-laki yang sepertinya ketua dari geng mereka.

"Ayo lagian aku tidak ingin kena sial jika terus dekat dengannya", Ucap ketus anak laki-laki itu dengan menunjuk gadis kecil dengan salju yang hampir  menutupi badan mungilnya.

"Kaja!!" (Ayo pergi), Layaknya seorang komandan yang memimpin pasukannya, gerombolan anak itu serentak pergi mengikuti anak laki-laki itu dan meninggalakan gadis kecil itu tanpa belas kasih.

Gadis kecil itu menunduk dengan sedikit berusaha membersihkan salju yang mengenai jaket tebalnya. Air matanya seakan membrontak jatuh bercampur dengan salju yang semakin lebat.

"Ya Gwaenchanha?"(Apa kau baik-baik saja?). Terdengar suara lembut anak laki-laki.

"Buat apa mereka kembali, apa mereka begitu bodoh!! mereka yang melakukan ini dan sekarang mereka menanyakan apa aku baik-baik saja

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang