chapter 2

22 9 0
                                    

Setelah acara makan malam yang panjang, Yena kembali ke kamarnya masih dengan suasana hati yang kacau. Entah Yena tahu atau tidak, di belakang tubuh mungilnya itu ada seorang namja(pria) yang setia membututinya kemana pun Yena pergi.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Yena langsung menuju kasur empuknya setelah ia sampai kamar. Yena sama sekali tak memikirkan bagaimana keadaan tubuhnya sekarang. Tidak mandi dan masih mengenakan baju yang sama sejak pagi buta. Separah itukah suasana hatinya? Hanya Yena yang tahu itu.

-

Flashback on

Yena pov

Malam ini seperti biasa aku pulang setelah kelas tambahan untuk persiapan ujian akhirku, dengan ditemani headset yang selalu setia menemaniku.

Malam ini cuaca cukup dingin ditambah lagi angin malam yang seperti ingin menasehatiku dengan rok pendek yang ku kenakan.

Sesekali aku hangatkan tubuhku dengan mengosok kedua tanganku, "Sepertinya akan turun hujan," gumamku di dinginnya malam ini.

Mataku menjelajah mengelilingi taman ini "sunyi dan tenang", padahal saat pagi buta seluruh sudut taman dipenuhi oleh orang-orang yang ingin membuang beban mereka. Tapi, ketika malam datang, hampir tidak ada kehidupan ditaman ini. Rasanya seperti ada gerbang pembatas antara malam dan siang.

Mataku terus menelusuri taman dengan mulut yang terbenam dalam lagu balad yang akhir-akhir ini aku dengarkan, hingga mataku terfokus pada seseorang yang duduk dibangku panjang 10 langkah di depanku.

Ku hentikan langkahku, aku kedipkan mataku berulang kali untuk memastikan apa yang ku lihat ini nyata. Entah berapa kali aku kedipkan mataku tapi sosok itu masih ada, "huft" lega rasanya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa aku memiliki kemampuan seperti ini, entah bisa disebut kelebihan atau kekurangan aku pun tak tau. Tapi jika aku bisa mengubah takdirku aku tidak ingin dilahirkan seperti ini.

Melihat sesuatu yang seharusnya tidak bisa dilihat orang lain. Ku pikir kemampuan ini adalah kutukan untuku, Jika apa yang ku lihat orang-orang tampan aku sih ok saja, tapi aku selalu melihat sosok-sosok arwah penasaran yang menjengkelkan.

Aku lanjutkan langkahku perlahan, dan berjalan seolah tidak melihatnya. Tapi seketika langkahku membeku setelah mendengar suara tangisan dari pria itu, aku tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup oleh hoodie yang terlihat terlalu besar untuknya.

Dia menunduk dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi dengan pakaian serba hitam yang melekat ditubuhnya. Isakannya terdengar sangat menyayat hati, siapapun yang mendengarnya pasti ikut merasakan kesedihannya.

Aku sebenarnya bukanlah orang yang suka ikut campur urusan orang lain. Namun isakan pria itu membuat kakiku melangkah tanpa persetujuan hatiku,

"Gwaenchanha?"(apa kau baik-baik saja) Tanyaku menundukkan kepalaku -meneliti wajahnya tapi, percuma saja hoodie yang ia kenakan mampu menutup seluruh wajahnya.

Seketika pria itu menghentikan tangisnya. "Ya. Gwaehchanha?" tanpa ragu ku ulangi pertanyaan ku. Entah apa yang kupikirkan berbicara dengan orang asing bukanlah jati diriku.

Perlahan pria itu mendongakkan kepalanya, aku pun mulai mengamati wajah yang sebelumya tidak bisa kulihat.

Aku sedikit menunduk berharap bisa melihat wajah pria misterius ini, seketika mataku bertemu dengan sepasang mata indah, namun dengan tatapan mata yang kosong.

Beberapa menit mengamati wajahnya, tiba-tiba saja mataku tidak bisa berkedip. Tidak ada suara, hanya suara angin dan daun- daun berguguran yang terdengar.

Bibirku bergetar ingin rasanya ku berteriak saat melihat orang yang ada di depanku. Apakah ini mimpi? Aku melihatnya, tepat di hadapanku dengan jarak yang dibilang sangat dekat.

"Tae.... Tae.... Taehyung?!!" Dengan bibir yang seakan terkunci aku berusaha menyebutkan nama yang terdengar sangat familiar.

Ku lihat wajahnya sekali lagi untuk memastikan aku tidak sedang berhalusinasi atau bermimpi, tapi sia-sia saja aku masih melihat wajah yang sama. Siapapun tolong katakan jika ini benar-benar bukan mimpi.

Apa benar dia Kim Taehyung?? Idol yang sangat terkenal itu!! Sedang apa dia ditempat sepi seperti ini?! Apa dia kabur?! Atau jangan-jangan dia habis kencan dengan seseorang? Pikiran buruk memenuhi otakku yang besarnya tidak seberapa ini.

Banyak pertanyaan yang ingin ku lontarkan pada pria tampan di depanku ini. Namun ku urungkan niatku setelah tiba-tiba dia berdiri dengan wajah yang shock, aku tidak bisa menggambarkan ekspresinya. Dia nampak sangat kaget dengan kehadiranku. Terlihat dari mulutnya yang terbuka diikuti dengan matanya yang melebar.

Perlahan dia melangkah mundur, dengan mata yang masih menatapku intens, pasti dia berfikir bahwa aku fansnya yang ganas atau bisa disebut sasaeng fans. Apa wajahku terlihat seperti itu? Kurasa tidak.

Sadar dengan ekspresi takut miliknya, aku segera menggelengkan kepalaku mantap dan kedua tanganku yang berusaha mengatakan padanya bahwa aku bukan orang berbahaya seperti yang dia pikirkan. Tapi sepertinya usahaku sia-sia, dia tetap melangkah mundur menjauhiku.

Dia terus berjalan mundur dengan mata yang masih menatapku, sehingga membuatnya tidak bisa melihat batu dibelakangnya sampai membuat dirinya jatuh terduduk. Di keadaan normal mungkin aku akan tertawa, tapi sekarang rasanya tidak mungkin aku menertawakannya.

"Omo apa kau sedang mabuk??Ya Gwaenchanha??" Dengan cepat aku mendekatinya, lalu ku ulurkan tangan yang tidak terlalu panjang ini padanya. Aku meyakinkannya dengan anggukan mantap kepalaku, perlahan idol tampan itu meraih tanganku meskipun dengan ragu ragu.

Dingin. Itulah yang kurasakan saat tanganku bersentuhan dengannya.

Ku kira itu suatu kebetulan, saat ku pikir-pikir lagi, ternyata itu bukan suatu kebetulan. Karena aku tau saat itulah segalanya dimulai.

Mungkin dia sudah lama berdiam diri di sini.Aku menariknya untuk duduk di bangku dimana dia duduk tadi, tidak ada perlawanan darinya dan dia tidak mengatakan sepatah katapun semenjak kami bertemu.

Kami duduk dibangku panjang ini. Aku memandangnya, sebenarnya aku takut untuk bertanya padanya. Tapi ternyata Tuhan membuat rasa takutku kalah dengan rasa penasaranku. Ku kumpulan keberanianku untuk menanyakan hal yang sadari tadi aku tahan.

Aku menarik nafas pelan, "Ya. Kenapa Idol sepertimu bisa berada di tempat seperti ini??"


****

Destiny is something we've invented because we can't stand the fact that everything that happens is accidental.

Takdir adalah sesuatu yang menemukan kita karena kita percaya fakta bahwa semua hal terjadi secara kebetulan.

The Truth Untold

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang